Kisah rags to riches ini yang dijalani seorang bernama Kalpana Saroj bukan kisah biasa. Terlebih karena dia berasal dari kasta Mahar, sebuah komunitas miskin di antara kaum Dalit India. Kaum Dalit adalah kasta paling rendah di India, yang berada jauh di bawah kasta Sudra. Di usia yang masih sangat belia, 12 tahun, Kalpana dinikahkan keluarganya kepada seorang pria yang 10 tahun lebih tua. Padahal ayahnya membolehkan Kalpana tetap bersekolah, tapi keluarga besarnya berkata lain. Dia pindah ke Mumbai mengikuti sang suami. Tapi, ternyata tempat tinggalnya yang baru berada di sebuah perumahan yang kumuh.
Masih ada penderitaan lain yang harus dijalaninya. "Saya diperlakukan secara buruk oleh kakak ipar saya dan istrinya. Mereka akan menjambak rambut saya dan memukul saya, terkadang karena kesalahan-kesalahan kecil. Saya merasa sangat depresi dengan semua siksaan fisik dan verbal," ungkap Kalpana.
Meninggalkan (baca: menceraikan) suami ditentang secara luas dalam kebudayaan masyarakat India, tapi Kalpana akhirnya mampu melepaskan diri dari hubungan yang penuh kekerasan. Semua itu berkat sang ayah yang sangat suportif. Sang ayah melihat sendiri bagaimana kehidupan putrinya yang mengenaskan bersama suaminya. Banyak warga desa yang curiga dengan kepulangan Kalpana, dan menganggapnya sebagai "orang gagal". Sejak itu, Kalpana berusaha sebisa mungkin mengabaikan komentar negatif yang dilontarkan padanya dengan cara berfokus untuk mendapat pekerjaan. Dia pun menyadari pekerjaan menjahit sebagai suatu cara untuk menghasilkan uang.
Tapi meskipun dia bisa sedikit mandiri secara finansial, tekanan yang diterimanya terlalu besar. "Suatu hari, saya putuskan untuk mengakhiri hidup. Saya minum racun rayap," ujarnya, mengingat momen terendahnya. Namun, Kalpana berhasil diselamatkan setelah bibinya masuk ke kamar dan menemukannya dalam keadaan sekarat.
Perubahan Besar
Peristiwa itu menjadi semacam titik balik bagi Kalpana. "Saya putuskan untuk menjalani hidup saya, dan melakukan sesuatu yang besar, dan setelah itu meninggal," ungkapnya. Sejak itu, saat usianya menginjak tahun ke-16, Kalpana kembali ke Mumbai untuk tinggal bersama seorang paman dan bekerja sebagai penjahit. Dia memulainya dengan menghasilkan kurang dari satu dolar setiap bulannya. Tapi tanpa kenal lelah, dia terus belajar cara mengoperasikan mesin-mesin jahit industri. Perlahan, pendapatannya mulai meningkat.
Tapi uang yang dihasilkannya tidaklah cukup untuk membiayai pengobatan adiknya yang sedang sakit keras. Saat itulah yang makin menegaskan jiwa kewirausahaan dalam diri Kalpana. "Saya sangat kecewa dan menyadari bahwa uang itu penting dalam hidup. Karenanya saya perlu menghasilkan uang dalam jumlah yang lebih besar."
Reputasinya melejit ketika dia diminta untuk mengambil alih kepemilikan sebuah perusahaan pengecoran logam, Kamani Tubes, yang saat itu tengah terbelit utang yang parah. Tapi dengan melakukan restrukturisasi perusahaan, Kalpana berhasil memutarbalikkan keadaan. "Saya ingin memberikan keadilan kepada para karyawan di perusahaan itu. Saya harus menyelamatkan perusahaan itu. Hidup saya bisa dikatakan seperti para karyawan itu yang butuh menafkahi keluarganya," kata Kalpana tentang motivasinya saat itu.
"Jika Anda memberikan hati dan jiwa Anda sepenuhnya pada pekerjaan Anda dan pantang menyerah, segala sesuatu bisa terjadi pada hidup Anda," begitulah nasihat Kalpana dengan menyarikan dari pengalamannya sendiri.
Itulah sebuah "mantra" yang sangat sakti dan terbukti membantu Kalpana melalui masa-masa terburuknya dan hingga saat ini pun "mantra" ini masih berlaku baginya.
Sesungguhnya "mantra sakti" ini tidak hanya milik Kalpana seorang. Jika kita mau mencoba menerapkannya dalam kehidupan kita sendiri: dengan cara bekerja dengan sepenuh hati dan jiwa kita, alhasil sesuatu yang baik pun akan muncul demi kebaikan kita sendiri. Kalpana Saroj sudah membuktikannya, sekarang giliran kita. Salam sukses, luar biasa!
Sumber : andriewongso.com