Penampilan yang memukau dan smash yang mematikan dalam olahraga bulutangkis, membawa ia menjadi juara All England delapan kali dan bersama-sama dengan tim Indonesia memenangkan Thomas Cup pada 1970, 1973, 1976, dan 1979. Atas prestasi itu, nama pria yang suka berdoa saat bertanding ini diabadikan dalam Guiness Book of World Records pada 1982.
Seperti anak-anak lainnya, Rudy kecil juga tertarik mengikuti berbagai macam olahraga di sekolah, khususnya atletik. Saat masih SD, ia suka berenang. SMP, ia suka bermain bola voli dan SMA, ia menjadi pemain sepakbola yang baik. Meski demikian, bulutangkis menjadi minatnya yang paling besar.
Seperti anak-anak lainnya, Rudy kecil juga tertarik mengikuti berbagai macam olahraga di sekolah, khususnya atletik. Saat masih SD, ia suka berenang. SMP, ia suka bermain bola voli dan SMA, ia menjadi pemain sepakbola yang baik. Meski demikian, bulutangkis menjadi minatnya yang paling besar.
Saat usia 9 tahun, Rudy sudah menunjukkan bakatnya pada olahraga ini. Namun ayahnya, Zulkarnaen Kurniawan, baru menyadari bakatnya ini saat Rudy berusia 11 tahun. Ayahnya adalah pemain bulutangkis yang ikut bertanding di masa mudanya.
Sang ayah, pertama kali bergabung di Persatuan Bulutangkis Oke yang ia dirikan pada 1951. Pada 1964 organisasi ini dibubarkan dan ia pindah ke Surya Naga Group. Di sini, sang ayah diminta melatih pemain-pemain muda. Dalam melatih, Zulkarnaen menerapkan empat standar: kecepatan, olah nafas, konsistensi, dan agresivitas. Oleh karena standar itulah, ia sering melatih para pemain agar mahir juga di bidang olahraga atletik khususnya lari jarak pendek dan jauh, melompat, dan sebagainya.
Saat di Oke, Rudy untuk pertama kali memulai program latihannya yang disusun sedemikan rupa. Sebelumnya Rudy lebih banyak berlatih dengan turun ke jalan. Ia berlatih di jalan-jalan beraspal yang seringkali masih kasar dan penuh kerikil, di depan kantor PLN di Surabaya, sebelumnya bernama Jalan Gemblongan.
Ia ceritakan pengalamannya ini dalam buku Rajawali Dengan Jurus Padi (1986). Saat itu, Rudi berlatih hanya hari Minggu dari pagi hingga pukul 10.00. Dengan penuh percaya diri, Rudy mulai mengikuti kompetisi di Surabaya , dari kampung ke kampung dalam penerangan petromaks.
Setelah pindah ke Persatuan Bulutangkis Oke yang dimiliki ayahnya, latihannya menjadi lebih sistematis. Ia dilatih di sebuah gudang dekat jalur kereta api di PJKA Karangmenjangan. Ia berlatih di sana hingga malam karena ada lampu. Lantainya cukup baik dan dekat dari situ berkumpul para penjual makanan. Bila ia lapar, ia bisa pergi ke sana untuk makan dan minum.
Tidak lama kemudian ia bergabung dengan Rajawali group yang telah banyak menghasilkan pemain bulutangkis internasional. Ia merasa bisa memberikan yang terbaik saat berlatih di Rawali. Namun, setelah mendapat masukan dari ayahnya, ia mengakui bahwa kemampuan teknis dan taktisnya baru dibangun lebih baik setelah bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup di akhir 1965. Sebelumnya, di usia 15 tahun, Rudy mulai mengukir nama pada saat menjuarai Kejuaraan Nasional Yunior.
Setelah bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup, kemampuannya meningkat pesat. Ia menjadi bagian dari tim Thomas Cup yang menang pada 1967. Setahun kemudian, di usia 18 tahun ia meraih juara yang pertama di Kejuaraan All England mengalahkan pemain Malaysia Tan Aik Huang dengan skor 15-12 dan 15-9. Ia kemudian menjadi juara di tahun-tahun berikutnya hingga 1974.
Namun, nampaknya kedigdayaannya tidak berlangsung lama. Pada 1975, ia kalah dari Svend Pri. Tetapi, gelar juara All England ia rebut kembali pada 1976. Bersama tim Indonesia , Rudy menjuarai Thomas Cup pada 1970, 1973 dan 1976. Setelah absen selama dua tahun, Rudy tampil kembali pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis II di Jakarta, 1980. Semula dimaksudkan sebagai pendamping, ternyata secara mengagumkan Rudy keluar sebagai juara. Berhadapan dengan Liem Swie King di final, pada usia 31 tahun Rudy membuktikan dirinya sebagai maestro yang tangguh.
Stuart Wyatt, presiden dari Asosiasi Bulutangkis Belanda berkata, “Tidak diragukan lagi, Rudy Hartono adalah pemain tunggal terbesar di jamannya. Ia handal dalam segala aspek permainan, kemampuannya, taktiknya, dan semangatnya.” Juara tujuh kali berturut-turut dan yang ke delapan (1968-1976) menjadi bukti akan hal itu.
Rekornya ini merupakah hasil dari kemampuannya yang luar biasa di bidang kecepatan dan kekuatan dalam bermain. Gerakannya nyaris menguasai seluruh area lantai permainan. Ia tahu kapan harus bermain reli atau bermain cepat. Sekali ia melancarkan serangan, lawannya nyaris tidak berkutik. Namanya sudah menjadi jaminan untuk menjadi pemenang, sebab ia hampir tidak pernah kalah. Meski ia sudah mengundurkan diri, banyak orang masih percaya bahwa ia masih bisa menjadi pemenang. Mungkin inilah alasan mengapa orang menjulukinya ‘Wonderboy’.
Kunci Sukses ‘Berdoa’
Banyak orang ingin tahu kunci keberhasilannya. Rudi menjawab, “Berdoa.” Dengan berdoa, Rudy memperkuat pikiran dan iman. Berdoa tidak hanya sebelum bertanding, tetapi juga selama bertanding. Itu melibatkan kata-kata atau ekspresi yang akan membangkitkan percaya diri dalam hati dan pikiran.
Banyak orang ingin tahu kunci keberhasilannya. Rudi menjawab, “Berdoa.” Dengan berdoa, Rudy memperkuat pikiran dan iman. Berdoa tidak hanya sebelum bertanding, tetapi juga selama bertanding. Itu melibatkan kata-kata atau ekspresi yang akan membangkitkan percaya diri dalam hati dan pikiran.
Untuk setiap poin yang ia peroleh selama bertanding, ia ucapkan terima kasih kepada Tuhan, “Terima kasih Tuhan untuk poin ini.” Dia terus berkata seperti itu hingga skor terakhir dan pertandingan berakhir.
“Saya melakukan itu dalam semua pertandingan besar khususnya All England. Bagi saya ini adalah kenyataan. Kita berusaha tetapi Tuhan yang memutuskan. Saya juga percaya bahwa kalau kita kalah memang sudah ditentukan demikian, dan kalau kita menang, itu juga adalah kehendak Tuhan. Kalah adalah hal yang alami, karena sebagai manusia kita semua pernah mengalami kekalahan. Pemahaman ini akan melepaskan stress selama bertanding, mengurangi ketakutan, dan kegusaran, “ kata Rudy menjelaskan.
Berkat nama besarnya di dunia bulutangkis, United Nations Development Programme (UNDP) pernah menunjuk Rudy sebagai duta bangsa untuk Indonesia . UNDP adalah organisasi PBB yang berperang melawan kemiskinan dan berjuang meningkatkan standar hidup, dan mendukung para perempuan. Di mata UNDP, Rudy menjadi sosok terbaik sebagai duta kemanusiaan. Kiprahnya di dunia olahraga dan kerja kerasnya menjadi juara dunia menjadi teladan bagi generasi yang lebih muda. “Ia menjadi teladan,”
Sumber: http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/r/rudy-hartono/index.shtml