Alkisah, di sebuah kerajaan, sang Raja mempunyai kesibukan yang sangat padat. Suatu ketika, Raja merasa resah dan tidak tenang. Penyebabnya, pernah sang Raja sangat ingin tahu, apakah dengan apa yang dilakukannya selama ini telah benar-benar membuat rakyatnya sejahtera dan bahagia? Selain itu, ia juga ingin tahu kapan waktu yang tepat untuk menyejahterakan rakyatnya?
Maka, untuk mencari jawaban atas kedua pertanyaan itu, para penasihat, petinggi Negara, dan para bijaksana di kerajaan tersebut dimintai nasihat dan pendapat. Sayang, jawaban yang diberikan sangat beragam dan tidak memuaskan hatinya, Raja bertekad pergi dari istana, guna mengunjungi seorang bijak yang terkenal yang bertempat tinggal di bawah kaki gunung.
Setibanya di sana, si orang bijak terlihat sedang mencangkul tanah. Tubuhnya bermandikan keringat karena sedang bekerja keras penuh ketekunan. Serta merta sang Raja menghampirinya dan berkata, “Hai orang bijak. Saya datang dari jauh ingin bertanya kepada Anda.”
Setelah menunggu beberapa saat dan tidak ada komentar, Raja tiba-tiba mengambil sekop. Ia membantu pekerjaan si orang tua sambil melanjutkan berkata, “Baiklah. Entah kamu mendengar atau tidak, aku tetap bertanya demi kelangsungan kehidupan kerajaan dan rakyatku. Pertanyaanku adalah apakah yang telah ku lakukan selama ini bermanfaat untuk kesejahteraan rakyatku? Selain itu, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat bagi rakyatku?”
Namun, si orang tua tetap membisu. Dalam kesunyian mereka bekerja, tiba-tiba tampak seorang pemuda berlari limbung ke arah mereka. Sekujur tubuhnya berlumur darah jarena diserang oleh binatang liar. Raja dan si orang tua segera berlari memberi pertolongan. Mereka membawanya masuk ke dalam rumah, menghentikan pendarahan, membersihkan luka, dan mengganti baju yang robek terkoyak.
Tak lama, Raja pun kelelahan dan tertidur lelap setelah bekerja mencangkul tanah dan seusai mengobati pemuda yang terluka. Keesokan hari, saat terbangun, sebelum pergi dari sana, Raja yang penasaran belum mendapat jawaban sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama. Dengan senyum bijak, si kakek menjawab, “Maafkan hamba yang tidak melayani baginda dengan baik. Sebenarnya yang baginda tanyakan telah terjawab semua. Yang dilakukan baginda dan bermanfaat untuk rakyat adalah sikap dan perasaan baginda setiap kali berbuat sesuatu dengan tulus dan dilandasi belas kasih demi kesejahteraan rakyat. Kemudian, kapan itu harus dilaksanakan? Jawabannya adalah saat ini. Karena yang kemarin merupakan masa lalu, dan besok sekadar harapan. Yang terpenting adalah saat ini. Dan terbukti, baginda tidak segan-segan membantu saya mencangkul tanah dan tidak canggung pula saat harus menolong pemuda yang sedang terluka parah. Membantu sesama dengan tanpa pamrih, serta dilandasi belas kasih adalah tugas kita sebagai manusia.”
Raja sangat puas mendengar jawaban tersebut. “Terima kasih atas jawaban yang saya butuhkan. Saya berjanji akan selalu memerintah dengan cinta kasih agar senantiasa bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.” Raja pun berpamitan untuk kembali ke istana.
Sebagai manusia, siapapun kita hari ini, entah menjadi si kaya, si hebat, atau si pandai serta entah berkedudukan atau sedang menjabat sebagai apapun, jangan pernah lupa bahwa kita tercipta tidak sendiri. Kita semua diciptakan oleh yang maha kuasa dengan segala tanggung jawab yang menyertainya, termasuk untuk saling membantu dan saling memberi.
Karena itu, jika ada kesempatan berbuat baik, tidak perlu nanti, tidak harus menunggu besok, segera sing-singkan lengan baju, berbuatlah yang terbaik bagi sekitar kita. Namun, jangan berbuat baik dengan perhitungan atau pandang bulu, apalagi sampai ada pamrih tertentu. Sebab, sebuah tindakan jika berlandaskan niat yang salah, akan menghasilkan hasil yang tidak bermanfaat, bagi diri sendiri, maupun orang lain.
Berbuat baiklah kepada sesama dengan penuh ketulusan yang mendalam dan tidak dibuat-buat. Dan, lakukan itu disetiap kesempatan yang ada, maka hidup akan terasa lebih indah. Sebab, laksana bibit yang kita tabur, sebuah kebaikan yang kita tanam kelak buahnya kita sendiri yang akan menuainya. Ingat! Jangan pernah meremehkan niat baik dan perbuatan baik sekecil apapun. Semoga kebaikan membantu sesama membuahkan kebahagiaan untuk kita bersama.
Sumber : andriewongso.com