blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Emirsyah Satar, Terbangkan Garuda Lebih Tinggi

Tangan dinginnya berhasil mengangkat maskapai nasional dari jurang kebangkrutan. Berbagai inovasi dan terobosan dia lakukan untuk membenahi kinerja perusahaan pelat merah itu hingga bertahan dan terus terbang perlente dengan aroma wewangian yang menyebar dari tubuhnya.Secangkir kopi sudah terhidang di hadapannya. Tangannya terus menekan papan tombol (keypad) Blackberry. Setidaknya,itulah suasana saat Seputar Indonesia(SINDO) menemui Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar di sebuah restoran di lobi Hotel Ritz Carlton di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan,awal Januari lalu.


Waktu belum menunjukkan pukul 10 pagi seperti jadwal yang disepakati untuk wawancara,tetapi pria kelahiran Jakarta,28 Juni 1959 ini sudah berada di restoran elite itu. Setelah lima tahun memimpin maskapai pembawa bendera (national flag carrier) Indonesia itu, Emir seakan sedang memetik buah kerja kerasnya sejak dia didapuk sebagai direktur utama. Emir adalah sosok yang berhasil menyelamatkan Garuda dari keterpurukan di tengah persaingan industri maskapai yang ketat.

Sepanjang tahun lalu saja, sejumlah prestasi berhasil direngkuh Garuda lewat polesan tangan dingin ayah satu anak itu.Sebut saja saat Garuda dinobatkan sebagai maskapai yang paling berbenah di dunia (World’s Most Improved Airlines) versi Skytrax.Bahkan Garuda juga menerima Skytrax 4- star rating(maskapai bintang empat). Berdasar penilaian Skytrax pada awal 2009,Garuda berhasil meraih predikat sebagai maskapai penerbangan bintang empat.

Skytrax menganggap pembenahan yang dilakukan cukup mengesankan sehingga layak naik pangkat dari yang sebelumnya hanya bintang tiga. Tidak lupa juga,maskapai kebanggaan Indonesia ini kembali menerbangi langit Eropa, khususnya Belanda.“Waktu kita dilarang ke Eropa,sebetulnya bukan hanya Garuda,tetapi mereka juga melarang semua maskapai Indonesia yang pakai PK.Sebetulnya standar keselamatan Garuda saat itu sudah sesuai dengan standar internasional,” ujar pria lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia (1985) ini.

Kesuksesan Garuda bisa kembali menerbangi langit Benua Biru sejatinya tidak terlepas dari pencapaian 2008.Garuda Indonesia pada pertengahan tahun itu berhasil menjalani proses audit IATA Operational Safety Audit (IOSA).Karena itu Garuda secara resmi terdaftar sebagai IOSA operator atau perusahaan penerbangan yang memenuhi standar yang ditetapkan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Dunia-IATA (International Air Transport Association).

Apa yang dilakukan Garuda sebenarnya tidak terlepas dari upaya untuk menjadikan maskapai nasional ini menjadi lebih modern dan berkelas internasional.Garuda sejatinya ingin menyampaikan pesan ke masyarakat dan pemegang saham bahwa maskapai kebanggaan Indonesia berupaya meningkatkan pelayanan angkutan udara yang lebih baik.Arah perubahan menuju maskapai modern dengan manajemen yang tertata baik tentunya memberikan citra internasional yang positif.

Kesuksesan Emir membenahi Garuda sebenarnya sudah dilakukan ketika dia menjabat sebagai Direktur Keuangan Garuda Indonesia (1998–2003). Emir adalah “tokoh sentral” dalam restrukturisasi utang sebesar USD1,8 miliar sehingga Garuda selamat dari ancaman kebangkrutan pada 2001. Kesuksesan itulah yang kemudian membuat Garuda mendapat penghargaan Financial Restructuring of the Year dari majalah Travel Financedi New York. “Waktu menerima penghargaan saya datang ke sana (New York) dan menggunakan dasi kupu-kupu lho.Ha ha ha,” kelakar Emir sambil tangannya kembali menggapai cangkir kopi di hadapannya. Ayah dari Ega Dhana Rasyid Satar ini adalah seorang penikmat kopi. Emir dalam rentang perjalanan kariernya memang dikenal sebagai bankir dan profesional di bidang keuangan. Emir memulai karier sebagai auditor di perusahaan akuntan publik PricewaterhouseCoopers Jakarta pada 1983.

Setelah dua tahun di sana,dia kemudian bergabung dengan Citibank Jakarta sebagai asisten vice president of corporate banking group. Di Citibank,Emir hanya bertahan lima tahun sebelum akhirnya bergabung dengan Jan Darmadi Group di Jakarta sebagai general manager corporate finance division.Di perusahaan ini,Emir hanya bertahan selama empat tahun (1990–1994). Kemudian pada akhir 1994, Emir dipercaya menduduki posisi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation Jakarta.

Setahun kemudian,dia menjadi Managing Director Niaga Finance Co Ltd Hong Kong sebelum menjabat sebagai Direktur Keuangan Garuda. Nah,ketika ditawari jabatan Direktur Keuangan Garuda,Emir sempat menolak.Namun karena Robby Djohan yang menjabat sebagai direktur utama ketika itu menghubunginya dan menceritakan semua rencana yang menurutnya cukup masuk akal,akhirnya suami Sandrina Abubakar ini menerima tawaran tersebut.
“Waktu awal-awal ditawari saya tolak.Gaji saya di Hong Kong pakai dolar.Saya ditawari lagi dan istri saya tidak keberatan. Kemudian saya memutuskan kembali ke Jakarta dan bicara kepada Pak Robby.Akhirnya saya terima,”ujarnya mengenang. Padahal,ketika menerima tawaran itu,gaji yang didapat Emir turun dibandingkan jika dia tetap bertahan di Hong Kong. “Waktu itu gaji saya turun.Untung tabungan saya cukup.Pak Robby juga bilang ke saya,‘Kamu jangan cari duit terus. Sekali-sekali bantu negara’,”tutur Emir. Di samping karena permintaan Robby Djohan,Emir juga tertantang membenahi Garuda yang ketika itu sedang dibelit berbagai masalah.“Karena merupakan satu tantangan,saya terima,”tegas Emir. Menariknya,ketika menerima tawaran itu,dia tidak ingin banyak orang yang tahu,termasuk keluarga,terutama ibunya.Dia baru memberi tahu keluarga saat dirinya akan dilantik.“Pada saat saya mau dilantik siang hari, paginya baru saya telepon ibu saya,”katanya.

Setelah sukses menyelamatkan Garuda,Emir kemudian hengkang dari perusahaan itu pada 2003 untuk berkiprah di Bank Danamon sebagai wakil direktur utama setelah bank tersebut dibeli Temasek.Artinya,Emir memutuskan untuk kembali ke “dunianya”. Sebelum memutuskan hijrah ke Bank Danamon,Emir terlebih dahulu menghadap Menteri Negara BUMN yang kala itu dijabat Laksamana Sukardi. Kebetulan,Laksamana adalah koleganya di Citibank.“Saya bilang sudah cukup di Garuda.

Saya mau kembali ke perbankan,” ujar lelaki yang kini juga menjabat sebagai Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA) dan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Manajemen Korporasi dan Korporasi Legal. Lagi-lagi,Emir tidak bertahan lama di “rumah”barunya itu.Dia kemudian diangkat menjadi Direktur Utama Garuda menggantikan Indra Setiawan.Ketika diangkat menjadi Direktur Utama Garuda, Emir merupakan salah satu CEO perusahaan penerbangan termuda di kawasan Asia Pasifik.

Berbagai terobosan dan inovasi dia lakukan untuk membenahi Garuda yang berada di jurang kebangkrutan.Dia pun berhasil mengangkat citra (brand) Garuda sebagai maskapai pembawa bendera Indonesia,baik di tingkat lokal maupun internasional. Kerja keras dan berbagai terobosan yang dilakukan di Garuda tidak sia-sia.Dia berhasil mengangkat kinerja perusahaan pelat merah itu ke jalurnya.
Tak pelak,berbagai penghargaan diraih lelaki yang pernah mengenyam pendidikan diploma sastra Prancis di Universitas Sorbonne,Prancis ini,antara lain Marketer of the Year Indonesia 2009 dari MarkPlus Inc,The Best of the Best CEO 2009dari majalah Warta Ekonomi,dan terakhir People of The Year 2010versi harian Seputar Indonesia.

Kendati begitu,masih banyak yang harus dilakukan Garuda untuk mengatasi ketertinggalan dibandingkan maskapai lain dari negara tetangga.Terlebih untuk mengejar target sebagai maskapai berkelas internasional yang menyandang bintang lima dan salah satu yang terbaik di dunia agar Garuda bisa terbang lebih tinggi.(islahuddin/yani a)

Sumber : seputar-indonesia.com


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More