Kalau Anda seorang pemimpin, manajer, team leader atau kepala keluarga, gaya mana yang sebaiknya anda pergunakan dalam menghadapi bawahan anda? Apakah sebagai "good manager" (= good for the company, target oriented dan menegakan peraturan) ataukah sebagai "nice manager" (= nice to the people dan menciptakan harmoni)?
Ini adalah pertanyaan klasik, dan sepertinya seseorang hanya mempunyai salah satu pilihan saja, atau seseorang hanya bisa memerankan salah satunya saja.
Kalau kita melihat organisasi dalam 2 aspek, yaitu aspek teknis dan aspek manusia, maka organisasi yang berfokus pada aspek teknis dan lemah dalam aspek manusia ibarat sebuah Concentration Camp, dimana peraturan ditegakan dan aspek-aspek kemanusiaan diabaikan. Sedangkan organisasi yang kuat dalam aspek manusia namun lemah dalam aspek teknis, diibaratkan sebagai sebuah Country Club atau perkumpulan arisan saja.
Beberapa waktu lalu, Liputan6.com memuat sebuah artikel berisi penelitian yang menunjukkan bahwa mereka yang bekerja tanpa pamrih dan memiliki kepribadian yang hangat, dipandang sebagai calon yang kurang menarik untuk menjadi pemimpin dan diabaikan untuk promosi. Kecenderungan mementingkan orang lain dianggap sebagai tanda kelemahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka dengan kepribadian ramah memang paling populer di kelompoknya, tapi mereka juga dianggap lemah atau mudah ditipu. Mereka yang memiliki perilaku yang lebih dominan dan agresif dipandang sebagai kepribadian alpha.
Namun dalam artikel itu disebutkan pula bahwa Rob Kaplan, mantan pejabat di Goldman Sachs dan sekarang Profesor di Harvard Business School, tidak setuju dengan konsep mengkaitkan jenis kepribadian tertentu dalam menjadi seorang pemimpin. "Saya tidak percaya bahwa kualitas itu yang membuat orang bekerja sebagai seorang pemimpin," jelasnya. Ia menambahkan bahwa nilai-nilai yang kuat serta cita-cita yang tinggi lah yang cenderung membuat mereka berpotensi menjadi pemimpin. "Saya tidak mengatakan Anda harus menjadi pria atau wanita yang baik untuk menjadi CEO, tapi saya pikir Anda harus memiliki integritas, nilai, dan bekerja bersama memajukan orang," katanya.
Gaya kepemimpinan mana yang dipilih di suatu perusahaan juga tercermin dari nilai-nilai perusahaan tersebut. IBM, misalnya, 2 dari 7 Basic Beliefs-nya secara spesifik mencantumkan kedua aspek di atas: "Respect for the Individual" dan "Best results for the shareholder." Namun banyak juga perusahaan yang mengemukakan hal tersebut secara tersirat. Tapi apapun itu setiap organisasi sadar bahwa tujuan perusahaan untuk mencapai sustainable superior performance tidak mungkin tercapai tanpa engaged employees dimana untuk mengelola keduanya perlu keseimbangan.
Rupanya nenek moyang orang Sunda sudah mempunyai konsep mengenai kepemimpinan yang seimbang ini. Mereka menasihatkan bahwa untuk menjadi pemimpin hendaknya: "Teuas peureup, leuleus usap," yang berarti: "Keras kepalannya (buat menegakan peraturan), dan halus usapannya (buat menghargai)" dan keduanya dilakukan oleh tangan yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus siap untuk menghargai dan menghukum. Dalam nasihat ini tersirat bahwa seyogyanya seorang pemimpin harus memakai keduanya, sesuai dengan situasi dan kondisi yang diperlukan. Kemampuan untuk menyeimbangkan keduanya akan menentukan keberhasilannya dalam memimpin.
Keberadaan seorang good manager akan dikenang dalam sejarah perusahaan untuk prestasi-prestasi yang telah dicapainya, sedangkan keberadaan seorang nice manager akan selalu disimpan dalam hati karyawannya.
Oleh : Amman Wahju,
Knowledge Management Senior Consultant
Dunamis Consulting
Knowledge Management Senior Consultant
Dunamis Consulting