Manusia adalah Makhluk Penjualan

Untuk memperkuat tulisan saya yang pertama mengenai : “Meledakkan Omset” , saya akan ajak anda sekalian untuk memahami fakta menarik tentang manusia itu sendiri.

Tanpa kita sadari sebetulnya spirit of selling sebetulnya sudah melekat dari kita  bahkan sedari kita kecil, pernahkah anda melihat balita yang begitu lucunya sehingga anda rela memberikan sepersekian dari waktu anda untuk sejenak menimang-nimang atau bahkan menggendongnya.Dalam sudut pandang ini dapat saya katakan bahwa sadar tidak sadar balita atau bayi tersebut sebetulnya sudah membargain waktu kita dengan kelucuannya. Kalau anda mengatakan itu bukan suatu penjualan, coba kita renungkan, bukankan waktu adalah uang. Atau mungkin ada dari anda yang sampai saat ini membuat janji dengan seorang sukses yang mungkin saja bisa mengangkat nasib anda, namun sampai detik ini waktu belum disediakan untuk anda.
Disinilah saya ingin mengajak anda untuk lebih kritis dalam menanggapi segala sesuatu hal yang terjadi disekeliling kita.
Makhluk penjualan yang saya maksud adalah makhluk yang sepanjang hidupnya terus menerus melakukan penjualan demi penjualan ,dan barter demi barter demi kelangsungan hidupnya. Sekalilagi saya akan ajak anda untuk merenungkan terlebih dahulu tulisan - tulisan diatas dengan harapan apabila dalam perenungan anda merasa apa yang saya tuliskan adalah benar adanya, atau paling tidak ada benarnya, maka saya yakin anda akan mau untuk sejenak membuka pikiran dan memahami kebenaran ini.
Sebagai contoh yang lebih dalam lagi anda bisa lihat pada situasi penerimaan siswa baru dimanapun adanya. Di situ jelas sekali adalah suatu wujud dari proses penjualan yang lebih spesifik, dimana anak-anak kita akan “dibeli” oleh pihak sekolah apabila memiliki standar/nilai tertentu. (ujian masuk sekolah = quality control)
Untuk contoh yang lebih natural adalah saat seseorang ingin mendapatkan kekasih, atau lebih sering kita sebut dengan “menembak” bukankah proses penembakan sama dengan pitching, sama dengan penawaran.
kita menawarkan diri kita (product), menawarkan indahnya bila nanti dengan kita (aftersale),bahkan mungkin jaminan bila nanti putus tidak ada foto atau video apapun yang akan di upload di youtube (warranty), dan akhirnya diakhiri dengan “jadian” (agreement)
Sampai analogi diatas saya yakin sebagian besar dari anda sudah mulai mengangguk-angguk dan mulai memahami apa yang saya maksudkan.
Tulisan ini sengaja saya tulis untuk kembali memulihkan semangat menjual anda, dan membuka paradigma sebagian orang yang sampai sekarang ini masih beranggapan bahwa profesi di bidang penjualan adalah lebih rendah dari profesi yang lain. Manusia sepanjang hidupnya ditakdirkan untuk menjual dan menjual.

Sumber : kompasiana.com