blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Alexei Miller Berprestasi dengan Tangan Besi

Kebangkitan Gazprom sebagai perusahaan raksasa Rusia serta pemasok energi terbesar dunia tidak bisa dilepaskan dari kiprah Alexei Miller yang sukses mereformasinya hanya dalam waktu tiga tahun.
Miller masuk ke Gazprom pada Mei 2001, saat perusahaan itu sedang mengawali proses reformasi besar-besaran setelah terus-menerus mengalami kerugian. Pria asal Leningrad ini ditunjuk dewan direksi sebagai Direktur Komite Manajemen Gazprom, menggantikan Rem Vyakhirev.

Kehadiran Miller jelas tidak diinginkan banyak pihak, terutama mereka yang selama ini telah banyak mengenyam untung dari ketidakberesan manajemen perusahaan tersebut.
Sikap Miller yang tegas dan sangat konservatif diyakini membahayakan pejabat-pejabat Gazprom yang sudah terlalu lama menyalahgunakan wewenangnya untuk mengeruk keuntungan pribadi dari perusahaan.
Musuh-musuhnya adalah jajaran manajer lama serta perusahaan minyak asing yang takut kalau penunjukan Miller bakal membuat perusahaan itu stabil. Bukan rahasia lagi, kekacauan internal di Gazprom selama ini sudah memberi banyak keuntungan bagi perusahaan asing karena mereka bisa mendapatkan aset-aset Gazprom dengan harga murah.
Di awal-awal penunjukannya, Miller harus menghadapi berbagai prasangka serta rumor. Banyak pihak meyakini dia akan langsung kehilangan jabatannya dalam waktu lima bulan.
"Miller mengambil posisi penting di Gazprom setelah perusahaan itu bertahun-tahun dalam mismanagement dan kekurangan investasi yang membuatnya terus mengalami kerugian. Miller memerlukan rencana koheren agar Gazprom bisa kembali meraih keuntungan,"tutur Sabrina Tavernise, wartawan New York Times dalam tulisannya pada 19 Desember 2001.
Berbagai kritik dan desakan toh tidak membuat dewan direksi mundur dari keputusannya. Mereka bergeming dan tetap menempatkan Miller di tempatnya untuk menggantikan Vyakhirev yang dianggap tidak becus mengurus Gazprom. Karena ketidakbecusannya, perusahaan yang sahamnya mayoritas dikuasai pemerintah itu (50,01%) harus menanggung banyak masalah. Bukan hanya problem internal yang sudah akut, Gazprom juga terjebak dalam persoalan keuangan.
Berbekal gelar doktor di bidang ekonomi, Miller kemudian menata manajemen Gazprom dengan keras serta membuat gebrakan baru di Gazprom yang mengakibatkan banyak pihak meradang.
Miller membuat tiga kebijakan untuk mengatasi kesalahan manajemen di Gazprom. Pertama, dia meminta dewan direksi menyetujui rencananya guna membeli kembali aset perusahaan yang sudah lepas. Pertimbangan Miller sangat sederhana, dia ingin mengembalikan aset-aset Gazprom yang sudah lepas agar bisa membangun Gazprom lebih besar.
Kedua, dia akan mengambil tindakan tegas bila ada pegawai yang kedapatan mencuri kekayaan Gazprom.  Ketiga, dia meminta konsolidasi pengawasan dengan pemerintah.
Langkah pertama yang diambil Miller di Gazprom adalah menggunakan wewenangnya untuk memaksa dewan direksi membeli kembali perusahaan gas Purgaz yang pernah dilepas Gazprom pada 1999.
Setelah usulnya disetujui, pria berusia 47 tahun ini kemudian segera memberesi keuangan Gazprom. Di mata Miller, menstabilkan keuangan Gazprom terlebih dahulu sangat penting sebelum meningkatkan kapitalisasi ataupun melebarkan ekspansi. Kebijakan Miller ini memakan beberapa korban seperti Vitaly Savelyev, wakil presiden, dan dewan keuangan Gazprom yang dipaksa meninggalkan perusahaan pada 2002 karena tidak bisa memenuhi target yakni mengurangi utang jangka pendek perusahaan.
Miller kemudian menggantinya dengan Boris Yurlov yang sangat konservatif dalam perencanaan keuangan. Penunjukan Yurlov ini membuat sosok Miller semakin dibenci. Banyak pihak terutama tetua di Gazprom termasuk Perdana Menteri Viktor Chernomyrdin yang meminta dewan direksi serta Presiden Vladimir Putin mencopot Miller. Miller juga membuat kebijaksanaan keras serta kontroversial lainnya dengan menyingkirkan petinggi Gazprom yang sebelumnya dekat dengan Vyakhirev.
Dia memilih tim kerja berdasarkan keprofesionalan serta etos kerja keras. Kendati banyak ditentang, Miller terus bekerja tanpa mendengarkan kritik pedas yang ditujukan padanya. Pria kelahiran 31 Januari 1962 ini bahkan sudah merancang rencana jangka panjang yang akan diimplementasikan untuk masa 25 tahun ke depan. Salah satu rencananya adalah memperbaiki kebijaksanaan harga serta mengatur pajak agar mereka bisa menguasai pasar Eropa.
Miller juga menginginkan agar Gazprom melakukan ekspansi ke wilayah Asia Pasifik saat perusahaan itu sudah kuat dan untung. Miller kemudian mempelajari pasar di China, Jepang, Korea yang direncanakan menjadi target produksi dan pasar utama Gazprom di Asia Pasifik. Miller bahkan menjajaki kemungkinan membuka pasar di Amerika Serikat. Miller juga menolak untuk memprivatisasi Gazprom atau memecah perusahaan itu menjadi beberapa perusahaan yang lebih kecil agar Gazprom menjadi perusahaan solid. Kendati awalnya dipenuhi rintangan dan cibiran, Miller mampu membuktikan diri dengan meraih prestasi cemerlang dalam waktu singkat.
Dia hanya butuh waktu tiga tahun untuk membawa Gazprom kembali menjadi perusahaan yang sehat, bahkan meraih keuntungan. Selain meraih target penjualan, Gazprom juga meraih keuntungan sekitar 200 miliar rubel atau sekitar Rp80 triliun pada 2003. Prestasi Miller di Gazprom secara otomatis membuat pendapatannya melonjak drastis. Tahun lalu pendapatan pria yang terkenal irit bicara ini diperkirakan mencapai USD5,3 juta (Rp53 miliar).
Atas jasa dan pengabdiannya, Miller juga dianugerahi berbagai penghargaan seperti Medal of the Outstanding Services, St Mesrop Mashtots Order (Rep Armenia), hingga Patriarchal Merit.
Miller lahir dan besar di Leningrad (sekarang St Petersburg). Setelah menamatkan pendidikan kesarjanaannya pada 1984, Miller bekerja sebagai divisi perencanaan untuk Institut Penelitian Leningrad bagian pembangunan sipil.
Pria keturunan Jerman ini kemudian melanjutkan program doktornya di Institut Ekonomi dan Keuangan Leningrad pada 1986 dan meraih gelar PhD tiga tahun setelahnya. Pada 1991-1996, Miller bekerja di Kantor Wali Kota St Petersburg. Dia juga menjadi kepala departemen pengawasan pasar di direktorat hubungan ekonomi luar negeri. Miller sempat bekerja untuk berbagai organisasi sebelum Presiden Rusia saat itu Vladimir Putin memintanya untuk bergabung dengan Gazprom.
Hanya selang delapan tahun setelah reformasi besar-besaran di Gazprom dan kedatangan Miller, perusahaan itu kini menjelma menjadi raksasa dan menguasai pasokan energi di dunia. Total aset perusahaan yang mempekerjakan 445.000 orang ini diperkirakan mencapai 7,2 triliun rubel (Rp2.800 triliun). Tidak hanya menghasilkan minyak, bisnis Gazprom juga merambah ke gas hingga pipa gas. Namun, kedigdayaan Gazprom kini mulai dikhawatirkan banyak pihak.
Pasalnya, mereka menilai Gazprom sudah beralih fungsi menjadi kendaraan politik yang efektif, bukan lagi sekadar sebuah perusahaan penghasil laba bagi negara. Salah satu indikasinya adalah saat Rusia memberikan harga yang lebih murah kepada negara-negara sahabat mereka seperti Belarusia dan Armenia, dan menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produknya bagi negara yang dianggap membangkang seperti Ukraina dan Georgia.
Rusia juga langsung mengurangi pasokan sebesar 40% ke Republik Ceko setelah negara itu menandatangani kesepakatan pertahanan dengan Amerika Serikat.
Sumber: http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/07/22/22/240866/


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More