Para peneliti dari University of North Carolina , AS , menyimpulkan bahwa orang yang banyak konsumsi buah dan mengurangi daging akan memiliki risiko yang relatif kecil untuk terkena kanker kolon atau kanker usus.
Hasil penelitian itu sekaligus menguatkan riset lainnya yang juga menyebutkan bahwa daging akan meningkatkan risiko terjadinya kanker, terutama kanker kolon.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Nutrition tersebut melibatkan sebanyak 725 orang yang baru menjalani pemeriksaan teropong usus (colonoscopies). Mereka ditanyai soal kebiasaan makan, rokok, dan sebagainya. Dari seluruh responden tersebut, sebanyak 203 orang mengalami adenomas, yakni polip di usus yang sering berkembang menjadi tumor.
Setelah jawaban para responden dianalisa, mereka kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni mereka yang makan banyak buah dan sedikit daging, mereka yang banyak makan sayuran dan cukup daging, serta mereka yang banyak makan daging.
Responden yang berada dalam kelompok pemakan daging, baik sering atau jumlahnya sedang, ternyata 70% memiliki polip, dibandingkan dengan mereka yang banyak makan buah dan sedikit daging. Jumlah responden yang sering mengonsumsi buah dan jarang makan daging, hanya 18% yang mengalami polip.
Banyak studi yang menunjukkan manfaat dari konsumsi buah dan sayur. Tetapi lebih banyak lagi studi yang mengatakan tidak ada kaitannya antara buah dan sayuran dengan risiko terkena neoplasm (tumor) dan pra-tumor usus.
Penyakit kanker kolon merupakan penyebab kematian nomor satu di AS akibat kanker. Di perkirakan korban yang meninggal akibat penyakit ini mencapai 52.000 orang di tahun 2007. Di Indonesia, penyakit ini termasuk dalam penyakit kanker yang paling sering dijumpai.
Gejala kanker kolon adalah adanya perubahan pada buang air besar, terdapat darah pada buang air besar, nyeri perut, penurunan berat badan, dan disertai rasa badan yang lemah.
Untuk melakukan diagnosa kanker kolon, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan kolonoskopi yang dilakukan dengan memasukkan pipa lentur yang dilengkapi dengan kamera dan jarum biopsi. Melalui pemeriksaan tersebut selaput lendir usus besar dapat dilihat dan bagian yang mencurigakan dapat dipotret serta dibiopsi (diambil sedikit jaringan).
Sumber : Journal of Nutrition