Prestasi akademis Riana Helmi sungguh luar biasa. Mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengantongi gelar sarjana kedokteran pada usia 17 tahun 11 bulan. Calon dokter yang tidak suka bermain boneka itu sekaligus pemegang gelar sarjana termuda dalam wisuda UGM 2009.
RIANA meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,67. Masa kuliah Riana selama tiga tahun enam bulan. Perempuan kelahiran Banda Aceh 22 Maret 1991 itu masuk Fakultas Kedokteran (FK) UGM Jogjakarta melalui PBS (penelusuran bakat swadana) pada usia 14 tahun, pada 1 September 2005. Dia lulus pada 25 Februari 2009.
Saat acara wisuda di Graha Sabha Pramana, Rektor UGM Prof Sudjarwadi menyebut nama dan meminta Riana berdiri. Riana merebut perhatian seluruh peserta wisuda. Saat sudah berdiri, Riana masih menjadi pembicaraan. Sosok imut berkerudung itu pun maju untuk mendapat penghargaan sebagai lulusan termuda. Bagaimana perasaannya setelah diwisuda" "Tentu saja senang dan lega. Alhamdulillah," jawab Riana singkat, setelah acara wisuda.
Riana lantas membeber pengalaman kuliah di usia relatif belia. Dia mengakui, tidak menemui banyak kesulitan selama menempuh studi di FK UGM. Tugas-tugas yang cukup berat dikerjakan dengan riang. "Kesulitan sih ada, tapi semua bisa diatasi. Kalau di kedokteran, tugasnya memang banyak," kata Riana. Saat wisuda, Riana didampingi ayah, ibu, dan seorang adiknya.
Ditanya apakah masih ingin melanjutkan sekolah, Riana mengiyakan. "Sehabis ini, masih ingin terus belajar lagi," tutur alumnus dengan skripsi tentang kanker payudara itu, sambil tersenyum manis. Riana ingin mewujudkan cita-citanya sebagai dokter spesialis kandungan.
Sang ayah, Helmi, mengaku, bangga dengan prestasi Riana. Menurut Helmi, Riana sejak kecil memang suka belajar. Dia sangat antusias setiap hendak berangkat sekolah. Itu terjadi sejak duduk di bangku SD.
Bagi Riana, lanjut Helmi, berangkat sekolah ibaratnya pergi ke taman bermain. Saat diantar ayahnya ke sekolah dengan sepeda motor, Riana kecil selalu tidak sabar untuk segera turun dan berlari ke dalam sekolah. "Dia menikmati betul setiap proses belajar," tutur perwira polisi pendidik di Sekolah Perwira Polri Lido, Sukabumi, Jawa Barat ini. "Oh ya, dan Riana selalu datang lebih pagi dari teman-temannya,?, imbuhnya.
Riana mulai masuk SD pada usia 4 tahun. bersekolah sejak usia empat tahun. Menurut Helmi, dia dan istrinya tidak pernah memaksa anaknya bersekolah lebih awal. Namun kecerdasan Riana sudah tampak dari usia tiga tahun. "Dari usia segitu, dia sudah bisa membaca. Meski sudah malam, dia selalu minta diajari membaca," tutur Helmi sambil memandang Riana. Helmi menambahkan, setelah lulus Sekolah Dasar (SD), Riana menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Sukabumi dengan program akselerasi.
Helmi juga membeberkan, Riana sejak kecil tidak suka bermain boneka. Menurut Helmi, sosok boneka adalah sosok yang mengerikan. Sebab itu, saat anak seusianya sibuk bermain boneka, Riana justru lebih suka belajar membaca. "Dia takut main boneka. Kalau lihat boneka malah menjerit. Makanya kerjanya belajar terus" papar Helmi lantas tertawa.