“Menjalankan Bisnis Berarti Harus Siap Melayani Dan Menghormati Keanekaragaman Budaya Dan Persepsi Konsumen.” – Djajendra
Bisnis adalah tujuan utama dari keberadaan sebuah perusahaan, dan hanya melalui bisnis perusahaan bisa menciptakan nilai tambah buat pemegang saham, serta menciptakan keberuntungan buat para stakeholdersnya. Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi perusahaan untuk memasuki segmen pasar tanpa batas wilayah, budaya, keyakinan, dan kepercayaan akan membuat perusahaan tumbuh menjadi raksasa.
Para pengelola perusahaan selalu sadar bahwa bisnis yang hebat membutuhkan modal, investasi, kinerja karyawan, sistem yang efisiensi dan efektif, pelanggan yang setia, tren baru, hubungan kerja yang harmonis antara karyawan, direksi, manajemen, dan pemegang saham. Namun, sering kali mereka lupa bahwa bisnis yang hebat tercipta dari kecerdasan perusahaan untuk melayani keanekaragaman budaya, keyakinan, kepercayaan dan persepsi masyarakat dengan sepenuh hati, melalui penciptaan tren-tren baru yang sesuai dengan mind set masyarakat. Artinya, produk dan layanan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan mind set dan daya beli masyarakat secara umum.
Tidak semua konsumen puas dengan apa yang mereka miliki dan yakini saat ini, dan ada sangat banyak konsumen yang terus mencari nilai-nilai kehidupan baru sambil mempertanyakan apa yang mereka miliki dan apa yang mereka yakini secara kritis. Jelas, hal ini harus dijawab oleh perusahaan melalui cara berbisnis yang tepat sasaran untuk memenuhi harapan dan keinginan target pasar secara maksimal.
Budaya – budaya baru di tengah masyarakat terus berkembang, ada yang terekspos, tapi banyak juga yang tidak terekspos. Budaya – budaya yang bersifat normatif sepertinya sangat mudah untuk dianalisa dan dipahami, tapi di luar hal-hal yang bersifat normatif memerlukan intuisi dan kecerdasan bisnis yang luar biasa dalam memahami realitas baru yang terus tumbuh bersama perubahan perilaku masyarakat.
Budaya, keyakinan, dan kepercayaan akan menjadi perilaku yang bersifat sistematik untuk mempengaruhi cara orang melakukan bisnis. Salah satu contoh dari budaya baru di dunia bisnis adalah perilaku konsumen yang menjadikan mall mewah sebagai tempat wisata untuk menikmati suasana mewah mall. Padahal mall dan pusat perbelanjaan mewah dibangun untuk menjadi tempat berbelanja aneka kebutuhan buat konsumen segmen eksklusif tertentu, tapi para konsumen dari berbagai latar belakang masyarakat telah menciptakan budaya baru, yaitu mall mewah dijadikan sebagai tempat untuk berwisata. Oleh karena itu, jangan heran bila para pedagang atau pemilik toko di mall pada berkeluh-kesah, karena sepi pembeli, tapi ramai pengunjung yang hanya melihat-lihat saja.
Di saat dunia bisnis melalui kreativitas dan inovasinya menciptakan tren baru, maka masyarakat dari berbagai latar belakang budaya masuk ke dalam tren baru bisnis tersebut, lalu menciptakan perilaku baru yang mungkin sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh pebisnis. Artinya, bisa saja tren bisnis yang dibangun tidak membawa keuntungan secara finansial buat perusahaan yang menciptakan tren baru tersebut, tapi bisa menciptakan nilai tambah ekonomi buat pebisnis lain yang mampu menangkap semangat dari perilaku baru konsumen terhadap tren baru tersebut.
Sumber : djajendra-motivator.com