“Apa resolusi Anda?” Pertanyaan ini banyak beredar di seputar pergaulan kita, terutama saat memasuki tahun baru, seperti sekarang ini. Banyak orang yang kemudian menjawab dengan membuat komitmen standar atau sekedar basa-basi. Dan, ada juga yang terkejut karena pertanyaan itu, tidak hanya mengingatkan untuk senantiasa ‘bergerak’ dan mendesain masa depan, tapi sekaligus juga bisa ‘menjewer’ kita yang melihat pergantian tahun sebagai sebuah ‘milestone’ untuk mengevaluasi diri. Di dalam salah satu pelatihan, ada peserta yang berkomentar,”Saya ingin berubah, tetapi tidak tahu kapan…”. Nah, inilah salah satu ”timing” terbaik yang kita punyai untuk membuat ”turn around” tanpa banyak mengundang tanya dari orang di sekitar kita.
Orang yang ”komit” - yang mempunyai kebiasaan dan keberanian mengeluarkan komitmen, biasanya sadar bahwa ia tengah mengkaitkan keadaan sekarang dengan keadaan di masa mendatang. Komitmen seolah sumbu yang menjadi jangkar penghubung kondisi sekarang dengan kondisi yang belum pasti. Lewat komitmennya, ia berkata “Apapun yang terjadi, saya akan...”. Sebaliknya, dalam kondisi sekarang yang ruwet dan semrawut begini, kita bisa-bisa memang takut melihat “future”. Komitmen pun bisa jadi melemah. Sampai-sampai ungkapan religius “InsyaAllah” digunakan orang untuk menyatakan “no committment”.
Kondisi-kondisi “uncertain”, “unpredictable” juga sering membuat hati gundah dan berakibat “tidak beraninya kita untuk komit apa–apa”. Belum lagi kalau kita melihat sangat jauh ke depan:“Bagaimana iklim di tahun 2030?”, “Bagaimana usaha, kalau bisnis sudah mengglobal?“. Kondisi yang tidak jelas ini sering menyebabkan kita beranggapan bahwa komitmen bisa jadi “senjata makan tuan” bagi kita, karena akan membuat kita berada dalam posisi yang sulit bila tidak bisa memenuhinya. Pertanyaannya, bisakah kita hidup tanpa komitmen?
Komitmen Memperjelas Sasaran
Di perusahaan, komitmen awal tahun memang lazim dilakukan oleh para pimpinan dan CEO. Tentunya seluruh anggota tim menyadari bahwa komitmen tersebut dibuat melalui ”pikir panjang dan mendalam” dari top manajemen untuk menentukan ”way of success” perusahaan di masa depan. Komitmen akan mengunci fokus perusahaan, sehingga karyawan bisa lebih mengarahkan tindakan dan keputusan pada apa yang diinginkan oleh para pemimpin.
”Statement-statement” awal tahun yang biasanya ”beda” dan merupakan ”BANG!” bagi karyawan sebetulnya memang bisa membuat karyawan lebih mengerti tentang masa depan perusahaan yang otomatis akan menjadi masa depan mereka juga. Katakanlah perusahaan yang punya komitmen untuk ”bermain” di regional mulai tahun depan, akan membuat karyawan sah punya angan-angan ditempatkan di Bangkok, Vietnam dan menjadi pekerja global. Bahkan para stakeholder, vendor pun akan tertarik untuk lebih erat bekerjasama dengan kita bila komitmen jelas. Ingat ketika IBM memproklamirkan niatnya untuk kembali ke PC? Komitmen ini berhasil mengundang para mitra bisnis sistem maupun “hardware” kembali berlomba bekerja sama menunjang bisnis IBM sampai sukses.
Komitmen Mengandung Fungsi “Perekat”
Bagi perusahaan, yang memang selalu perlu memikirkan bisnis, bukan hari ini saja, tetapi juga di masa mendatang, komitmen memang sangat diperlukan. Bahkan kita langsung bisa membedakan antara perusahaan yang pemimpinnya punya komitmen akan apa yang sudah dia canangkan dengan yang tidak. Pimpinan perusahaan yang sudah komit untuk menghitung bonus berdasarkan penghitungan kinerja, tetapi tiba-tiba melanggarnya sendiri dan kembali ke cara “suka-suka” akan kehilangan “trust” karyawan. Dengan sendirinya kontribusi karyawan ke perusahaan pun akan terbatasi.
Disadari atau tidak, sebuah komitmen membuat kita “bisa dipegang” sekaligus mengikat kita pada apa yang sudah kita rencanakan. Berarti, selain merekatkan keadaan sekarang dengan masa depan, komitmen juga merekatkan kita pada orang yang menyaksikan atau diberi janji.
Komitmen Mentransformasi
Siapa yang mau berada di dalam keadaan status-quo atau ”comfort zone”? Setiap perusahaan pastinya sadar akan adanya keharusan melakukan “shifting” demi teknologi, perkembangan regulasi dan kompetisi. Namun demikian, siapa pun menyadari bahwa berubah itu berat. Komitmen pimpinan perusahaanlah yang akan meringankan langkah para karyawannya menuju perbaikan. Dalam keadaan terpuruk, komitmen atasan pada hal yang diyakininya yang akan membawa semangat, energi dan gairah karyawan.
Komitmen Selalu Personal
Sebesar-besarnya komitmen, seperti komitmen JF Kennedy bahwa suatiu saat Amerika adalah negara pertama yang menginjak bulan, komitmen tidak bisa mengatasnamakan institusi. Komitmen ke bulan tetaplah komitmen JF kennedy. Untuk itu, individu yang menyatakan komitmen perlu memperlihatkan wajahnya dengan jelas ketika menyatakannya. Tidak bisa menyatakan komitmen sambil membuang muka, karena komitmen adalah janji dan keputusan pribadi yang sangat kelihatan, kendati dibuat dengan mengatasnamakan perusahaan, lembaga, ataupun negara.
Sebesar-besarnya komitmen, seperti komitmen JF Kennedy bahwa suatiu saat Amerika adalah negara pertama yang menginjak bulan, komitmen tidak bisa mengatasnamakan institusi. Komitmen ke bulan tetaplah komitmen JF kennedy. Untuk itu, individu yang menyatakan komitmen perlu memperlihatkan wajahnya dengan jelas ketika menyatakannya. Tidak bisa menyatakan komitmen sambil membuang muka, karena komitmen adalah janji dan keputusan pribadi yang sangat kelihatan, kendati dibuat dengan mengatasnamakan perusahaan, lembaga, ataupun negara.
(Eileen Rachman & Sylvina Savitri) (Ditayangkan di KOMPAS, 15 Desember 2007)