Sebuah perubahan besar terjadi hanya karena hati yang mau melayani. Konon seorang Martin Luther King, Jr pernah berkata, "Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang digerakkan oleh kasih."
Di sebuah bank ada sebuah tulisan di Meja petugas customer service: rule #1: If we don’t take care of our customers, someone else will. (aturan #1: Jika kita tidak mengurus pelanggan kita, orang lain akan melakukannya). Saya tidak tahu siapa yang menuliskannya, tulisan tersebut seakan menjadi pengingat baginya betapa penting melayani nasabah.
Jika perusahaan-perusahaan besar dibedah dan ditanya bagaimana mereka bisa sukses dan bertahan di tengah maraknya persaingan, saya sendiri berani memastikan salah satu kunci terpenting adalah kesediaan untuk melayani pelanggan. Tema "kepuasan pelanggan" menjadi begitu penting dalam beberapa tahun terakhir ini. Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan berusaha memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya akan lebih mudah dalam meraih dan mempertahankan kesuksesannya.
Seperti yang saya baca dalam tulisan ini, sebenarnya paradigma melayani bukanlah sesuatu yang baru. Lebih dari 2.000 tahun silam, seorang guru spiritual telah mengajarkan bahkan mempraktikkan hal yang sama. Dengan jelas dia mengatakan siapa pun yang ingin besar harus mau menjadi pelayan. "Kamu tahu, bahwa pemerintahan-pemerintahan bangsa-bangsa yang besar memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan ke- kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani," katanya kepada para muridnya.
Melayani & Cinta Kasih
Bagaimanakah agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani? Pertama, pandanglah pekerjaan sebagai kesempatan memuliakan nama Sang Pemberi Hidup. Kedua, pandanglah kehidupan ini sebagai kesempatan membantu orang lain menjadi lebih baik. Dengan demikian, hidup akan jauh lebih bermakna. Pandangan itu terjadi jika ada cinta kasih yang perduli dan iklas.
Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, "Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan.
Ketiga, sadarilah apa yang kita tabur akan kita tuai. Jika kita selalu melakukan yang terbaik, kita pasti akan menerima upahnya. Begitupun sebaliknya! Sayangnya, para karyawan sering tidak menyadari kalau para pelangganlah yang menggaji mereka, bukan pemilik atau pemimpin perusahaan. Itulah sebabnya mereka kerap mengabaikan suara dan keluhan pelanggan, mereka kebanyakan lebih takut dan mendengar majikan. Padahal jika pelanggan diperlakukan dengan baik, semua akan menuai keuntungannya.