Syamsul Arif jadi salah satu pemain dengan kontrak tertinggi di Liga Primer Indonesia setelah dia dibayar Rp 2,5 miliar untuk durasi tiga tahun. Sebuah pencapaian yang dia awali dengan bola plastik.
Tak seperti banyak pemain bola yang muncul dari akademi atau sekolah sepakbola, Syamsul justru sama sekali tak pernah mengenyam pendidikan bagaimana mengolah si kulit bundar. Kalau kini dia dikenal sebagai salah satu striker muda yang berbahaya di LPI, itu karena sewaktu kecil dia sering mengasah kemampuan dengan bola plastik.
"Saya tidak pernah ikut sekolah sepak bola. Pas masih kecil malah biasanya main bola plastik biasa bersama teman-teman di kampung," ujar Syamsul mengisahkan masa kecilnya bermain dengan bola plastik di desa yang sekarang sudah menjadi ladang minyak.
Karir sepakbola pria kelahiran 1986 itu dimulai dari kompetisi antardesa dan antarkecamatan di Bojonegoro. Dianggap punya kemampuan di atas rata-rata, baru kemudia dia direkrut Persibo dan terjun di beragam turnamen yang diadakan Pengcab Bojonegoro.
"Saya banyak belajar ketika ikut di klub internal Persibo. Bimbingan dan arahan dari pelatih selalu berusaha saya laksanakan untuk kemajuan saya," sambung striker yang mengidolai Alessandro Del Piero itu.
Bersama Persibo, Syamsul terus menunjukkan kemampuannya. Setelah mulai bergabung di Divisi I pada tahun 2006, klub tersebut dia antara menjuarai Divisi I pada tahun 2007 dan menjuarai Divisi Utama semusim berselang.
Sejumlah klub besar diIndonesia pun mulai mengincar Syamsul. Dan yang beruntung mendapatkan jasanya adalah Persela Lamongan di tahun 2009, yang bermain di kompetisi Indonesia Super Liga (ISL). Namun hanya satu musim, Arif memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya dengan bergabung lagi ke Persibo Bojonegoro setelah 'Laskar Angling Dharma' menjadi juara Divisi Utama 2010.
Setelah tercetusnya LPI, dan Persibo Bojonegoro memilih untuk mundur dari ISL, Samsul Arif kembali diperebutkan sejumlah klub besarIndonesia dengan berbagai tawaran harga super tinggi. Namun, Syamsul memilih bertahan di Persibo Bojonegoro untuk mengarungi kompetisi di LPI.
Tak main-main, dia dapat kontrak sangat besar. Untuk deal berdurasi tiga tahun, Syamsul diberi bayaran Rp 2,5 miliar atau sekitar Rp 830 juta per musim. Dengan jumlah tersebut dia bisa menjadi pesepakbola dengan bayaran termahal kedua di LPI, setelah Irfan Bachdim yang kabarnya disodori Rp 1,5 miliar semusim.
Tak seperti banyak pemain bola yang muncul dari akademi atau sekolah sepakbola, Syamsul justru sama sekali tak pernah mengenyam pendidikan bagaimana mengolah si kulit bundar. Kalau kini dia dikenal sebagai salah satu striker muda yang berbahaya di LPI, itu karena sewaktu kecil dia sering mengasah kemampuan dengan bola plastik.
"Saya tidak pernah ikut sekolah sepak bola. Pas masih kecil malah biasanya main bola plastik biasa bersama teman-teman di kampung," ujar Syamsul mengisahkan masa kecilnya bermain dengan bola plastik di desa yang sekarang sudah menjadi ladang minyak.
Karir sepakbola pria kelahiran 1986 itu dimulai dari kompetisi antardesa dan antarkecamatan di Bojonegoro. Dianggap punya kemampuan di atas rata-rata, baru kemudia dia direkrut Persibo dan terjun di beragam turnamen yang diadakan Pengcab Bojonegoro.
"Saya banyak belajar ketika ikut di klub internal Persibo. Bimbingan dan arahan dari pelatih selalu berusaha saya laksanakan untuk kemajuan saya," sambung striker yang mengidolai Alessandro Del Piero itu.
Bersama Persibo, Syamsul terus menunjukkan kemampuannya. Setelah mulai bergabung di Divisi I pada tahun 2006, klub tersebut dia antara menjuarai Divisi I pada tahun 2007 dan menjuarai Divisi Utama semusim berselang.
Sejumlah klub besar di
Setelah tercetusnya LPI, dan Persibo Bojonegoro memilih untuk mundur dari ISL, Samsul Arif kembali diperebutkan sejumlah klub besar
Tak main-main, dia dapat kontrak sangat besar. Untuk deal berdurasi tiga tahun, Syamsul diberi bayaran Rp 2,5 miliar atau sekitar Rp 830 juta per musim. Dengan jumlah tersebut dia bisa menjadi pesepakbola dengan bayaran termahal kedua di LPI, setelah Irfan Bachdim yang kabarnya disodori Rp 1,5 miliar semusim.
Sumber : detik.com