Secara umum, saya berterimakasih ke hampir 80 orang remaja yang mengikuti meditasi ini. Sebagaimana petani yang bahagia di ladang, nelayan yang bahagia melaut, guru bahagia ketika mengajar. Untuk mengekspresikan rasa bahagia ini, izinkan saya meringkas hasil pertemuan kita selama dua hari lebih.
Dalam pengertian sederhana, meditasi adalah membiasakan pikiran. Ada beberapa pendekatan membiasakan pikiran dalam hal ini:
1. Dari pikiran mengelana ke mana-mana (yang menjadi sebab banyak kekacauan) menjadi pikiran yang menyatu rapi di saat ini. Setiap pikiran yang sudah menyatu rapi di saat ini melalui meditasi, tahu rumus sederhana mengalami kehidupan yang berbahagia: hadir di saat ini (tidak ke mana-mana karenarahasianya ada di saat ini), memeluk saat ini (tidak menendang dan melawan sebagaimana dilakukan banyak manusia bermasalah), serta senyum karena senyuman mengindikasikan manusia berhenti menjadi korban kehidupan sebaliknya menjadi tuan kehidupan. Ringkasnya: hadir, peluk, senyum … Dalam bahasa Thich Nhat Hanh: present moment wonderful moment.Saat sekarang saat menakjubkan
2. Dari pikiran negatif ke pikiran netral kemudian bertransformasi menjadi pikiran yang penuh kasih sayang. Sebagaimana telah menjadi rahasia bersama, banyak sekali manusia bermasalah yang pikirannya serba negatif (marah, iri, dengki, sakit hati, tidak puas, tidak pernah bersyukur). Dalam pikiran negatif ini, semakin keras seseorang berfikir semakin kencang masalah kehidupan mengguncang. Ia mirip dengan tenggelam di rawa-rawa yang dalam, semakin melawan semakin tenggelam. Dan meditasi dalam hal ini menggerakkan pikiran negatif menjadi pikirannetral, terutama dengan praktek “menyaksikan”. Sebagaimana bisa disaksikan di atas sana, awan putih (kesenangan, kebahagiaan, sehat, suka cita) muncul lenyap, awan hitam (kesedihan, duka cita, sakit) muncul lenyap. Demikian sifat dasar semua fenomena. Semua kesedihan, penyakit, depresi terjadi karena menggenggam awan putih, menendang awan hitam. Melalui meditasi, genggaman terhadap awan putih dilepaskan, tendangan terhadap awan hitam diakhiri. Ujungnya, seorang meditator bisa setenang, sebersih, sejernih langit biru. Apa pun yang terjadi dalam keseharian kehidupan, hanya disaksikan tanpa tersentuh sedikit pun. Inilah ketenangan batin ala langit biru. Uniknya, sebagaimana diceritakan banyak yogi yang telah membadankan meditasi, ketika batin (pikiran) “istirahat” sebagaimana langit biru (baca: berhenti menggenggam yang positif, berhenti menendang yang negatif) , tiba-tiba muncul pikiran yang penuh pengertian sekaligus penuh kasih sayang kepada kehidupan … J Inilah meditasi yang indah para remaja.Dalam bahasa YM Dalai Lama: “If l have to choose between religion and compassion, l will choose compassion”. Bila harus memilih antara agama dan kasih sayang, pilihlah kasih sayang.
3. Dalam pengertian teknis meditasi, keadaan batin seperti diuraikan di nomer 1 dan 2 di atas disebut samatha (tenang seimbang). Namun ketenangan samatha ini bukan puncak meditasi, karena masih tersisa rasa enak yang berlawanan dengan rasa tidak enak di sana. Dan penting diketahui, setiap bentuk dualitas (seperti enak-tidak enak, suka-duka, sukses-gagal, sehat-sakit dll) adalah akar penderitaan. Itu sebabnya, dualitas mana pun sebaiknya dilampaui. Ini yang ada di balik argumen, kenapa setiap langkah meditasi sebaiknya dilakukan dengan penuh senyuman. Menyenangkan senyum, menjengkelkan senyum. Dipuji senyum, dicaci senyum. Keadaan ini, sudah dekat dengan pandangan terang (Vipashana). Disebut sudah dekat, karena keadaan pandangan terang sempurna tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata manusia mana pun. Logika, bahasa, penjelasan manusia hanya bisa mendekatinya . Dalam bahasa Tao: Tao that can be explained is not Tao. Tao yang bisa dijelaskan bukan Tao. Kendati tidak bisa dijelaskan, Vipashana tidak bisa dipisahkan dengan kasih sayang. Serupa air yang sifat alaminya basah, api yang sifat alaminya panas, yogi yang sudah memasuki gerbang Vipashana sifat alaminya hanya kasih sayang
Penulis : Gede Prama
Sumber : topmotivasi.com