Bagi warga Grogol, ataw(a) Jakarta Barat, nama Toko Potret Tarzan sudah tidak asing lagi. Semula dikira nama seorang pelawak favorit saya, namun Jimmy Iskandar (56) pendirinya sudah mengantongi potret 108 Kepala Negara. Semula ia kira dunia bakalan kiamat lantaran pendidikan kelas 3 SMA-nya tidak diselesaikan karena alasan politis. Waktu itu Jimmy belum tahu bahwa beberapa tahun kemudian orang rela memalsukan ijasah demi menjadi Caleg.
Yang namanya RI-1, RI-2, RI Satu Setengah, sampai RI dua koma satu, dua koma dua, dua koma tiga dan dua koma empat (sesuai dengan jumlah istri), semua tidak lepas dari hasil jepretan fotograper kondang ini. Adalah pemandangan biasa bagi warga Grogol pada jam 6 pagi melihat Toko Foto ini sudah memulai aktivitasnya, memotret calon pengantin sampai calon wisudawan. Jimmy sekolah disekolah Tionghoa pada tahun 1966, lantas sekolahnya ditutup oleh pemerintah karena tuduhan “Baperki”. Beruntung ayahnya yang kebetulan tukang foto menyuruhnya membuka usaha yang sama di Hasyim Ashari no 86 dan diberi nama Tarzan Foto. Kemauan belajarnya memang keras, mungkin dendam karena sekolahnya tertunda. Pada 1985 ia bahkan memelopori foto kanvas sebab selain lebih nyeni, foto canvas lebih mirip lukisan daripada sebuah foto.
Tahun 1992, dia sudah jadi orang beken, dan tempat parkir di Hasyim Ashari 80 sudah tidak muat lagi sehingga ia memutuskan pindah ke komplek Roxy Mas yang juga kondang sebagai sentra bisnis ponsel di Asia Tenggara. Jimmi masih ingat pada 1992 dia “timbali” oleh menteri parpostel Joop Ave dan Mensekneg Murdiono untuk memotret 108 Menteri peserta KTT dalam waktu 3 menit, dan tak bisa diulang. Sementara persiapannya kurang seminggu. Dia mengaku “stress berat” ketika melihat Moediono sempat membuat isyarat telapak tangan seperti menggorok leher. Artinya kalau gagal, habislah karirnya. Lalu ia mulai mereka-reka posisi para menteri, dibuatnya menteri berbaris menjadi 6 barisan selebar 20 meter dengan jarak barisan depan ke belakang sejauh 4 meter. Inilah persyaratan ideal dari sudut ilmu fotography. Stress yang paling berat adalah tekanan dari pihak keamanan sewaktu gladi resik yang melakukan pemeriksaan dan menanyakan pertanyaan sama setiap sepuluh menit sekali.
Ia lalu melakukan gladi resik dengan mengambil foto orang-orang agar berpura-pura mewakili para menteri, lalu sudut pemotretan, lampu pencahayaan semuanya dengan cermat dilatih berulangkali sampai mendapatkan hasil yang baik.
“Kepala pusing…” dan ia tidak bisa tidur sejak itu. Seperti belum cukup. Ada persyaratan lain, pemotretan berlangsung jam 10 dan malamnya hasil foto 30×40 cm harus sudah selesai dalam bingkai yang apik. Hasilnya memang tidak mengecewakan. Hasil potret KTT NonBlok di Jakarta, jauh lebih baik daripada KTT sebelumnya yang dibuat di luar negeri. Untuk prestasi yang dicapainya, Tarzan eh Jimmy hanya bisa bersyukur kepada Tuhan.
Kalimat sakti Jimmy adalah “Hidup memang penuh tantangan. Tapi tantangan bukanlah penghalang. Melainkan harus dihadapi walau dengan penuh resiko..”
Kok biasa-biasa saja, yang luar biasa ya suksesnya itu lho. Jadi Grogol sekalipun kota banjir, tapi punya Tukang Foto Kondang lho. Menteri aja pada ngomongin. Belum lagi Sentra Ponsel yang bisa memuntahkan peluru.
Sumber: mimbarsaputro.wordpress.com