Sebagai pemegang kendali perusahaan eletronik nasional terbesar namanya tak asing lagi di telinga. Ia sebagai generasi kedua, penerus National Gobel. Kepiawaiannya mengembangkan industri elektronik, didukung tenaga-tenaga ahli pilihannya dari dalam maupun luar negeri mampu menghasilkan produk-produk elektronik kebanggaan Indonesia .
Pria kelahiran Jakarta , 3 September 1962 ini terkenal aktif menjaga kepercayaan investor agar mereka bertahan di Indonesia, sekalipun beberapa perusahaan elektronik asing akhirnya hengkang. Maka ia terus berupaya mengajak pemerintah untuk menyelami apa yang dibutuhkan pengusaha demi kebangkitan industri elektronik di tanah air.
Anak ke lima dari tujuh bersaudara dan anak lelaki tertua mendiang H Thayeb Mohammad Gobel ini terus berupaya ‘mempertahankan’ perusahaan warisan ayahnya ini. Ia bukan saja mengelola bisnisnya agar tetap bertahan di tengah masa krisis, namun juga berusaha membangun perusahaan sekaligus membangun tempat kerja bagi banyak orang. “Karena perusahaan ini tempat banyak orang bergantung,” katanya.
Untuk itu, ia terus berupaya agar produknya diterima masyarakat. Jika saat ini produknya lebih banyak dikenal dengan merek Panasonic, karena memang menyesuaikan dengan nama perusahaan yang terus berubah. PT. National Gobel bergandengan dengan Panasonic sudah 36 tahun lebih. Komposisi kepemilikan saham yang senantiasa berubah menyebabkan namanya juga terus mengalami penyesuaian. Panasonic merupakan brand yang dimiliki Matsushita Electric di Jepang. Sedangkan National adalah merek yang dimiliki oleh perusahaan miliki keluarga Gobel.
Tahun 1970, Panasonic bekerjasama dengan National Gobel dalam penjualan produk-produk perusahaan Jepang tersebut di Indonesia . Sedangkan tahun 1980 nama National Gobel berubah menjadi Gobel Dharma Nusantara dan di tahun 1991 berubah menjadi National Panasonic Gobel. Dan akhirnya mulai 1 April 2004 berganti nama menjadi PT. Panasonic Gobel Indonesia .
Sebagai Presiden Komisaris PT. Panasonic Gobel Indonesia (PGI), Rahmat mengaku memulainya dari bawah. “Tidak serta merta begitu saja saya mendapatkan tempat dijajaran Direksi National Panasonic Gobel, tetapi melalui proses yang panjang,” katanya. Rahmat mengaku mengenal pabrik ayahnya sejak Sekolah Dasar. Bahkan setiap hari minggu, ketika teman-teman sebayanya asyik bermain, ia malah diajak ‘ngantor’ sang ayah, Almarhum H. Thayeb Mohammad Gobel.
Sang ayah berusaha memperkenalkan dunia usahanya itu sejak Rahmat kecil. Rahmat sering diajak diskusi, “Pokoknya diajak ngobrol apa saja walaupun saya tidak tahu,” ujarnya mengenang. Masa SMP bahkan SMA lebih intens lagi. Ia sudah terbiasa memahami pabrik. Belakangan Rahmat tahu jika ayahnya itu ingin dirinya bisa mewarisi nilai-nilai bisnisnya. Untuk itu, selepas SMA Rahmat dikirim ke Jepang. Selama enam tahun ia belajar di sana. Bahkan ia belajar tentang kultur perusahaan selama setahun di Negara Sakura itu.
Kembali ke Indonesia , tahun 1988 ia ditempatkan sebagai tenaga pelatih di pabrik baterai. “Saya tidak langsung jadi bos. Saya memulai sebagai karyawan baru,” katanya. Satu tahun kemudian, ia baru masuk jajaran manajemen menengah yang terlibat membuat perencanaan manajemen. Beruntung ia sudah belajar globalisasi, pergerakan bisnis dan perkembangan pabrik ke depan. Sejak saat itulah ia merasa bisa berkiprah. Lalu diundangnya investasi langsung Matshushita. Hasilnya, sekarang perusahaannya berorientasi ekspor.
Sumber : www.kupubiru.wordpress.com