Sukses di dalam pekerjaan dan keluarga. Siapa yang tidak mau? Tapi, bagaimana cara meraih dan menyikapinya? Simak kisah sukses dan pendapat Kim Clijsters!
Clijsters (26 tahun) adalah petenis putri profesional asal Belgia. Ia memulai debutnya sebagai petenis profesional tepat pada 10 tahun yang lalu. Sejak saat itu, hari-harinya penuh dengan jadwal latihan padat, kerja keras, dan tur melelahkan ke berbagai belahan dunia untuk mengikuti berbagai turnamen tenis.
Kerja keras dan pengorbanan Clijsters terbayar, karena ia sukses mengumpulkan banyak gelar juara. Tepat pada tanggal 4 Agustus 2003, ia resmi menyandang gelar "petenis putri nomor satu dunia".
Prestasi Clijters semakin mengilat karena pada 2005, ia berhasil merebut titel "juara grand slam" pertamanya, di turnamen tenis bergengsi: AS Terbuka.
Pada bulan Mei 2007, perempuan cantik ini telah sukses mengoleksi 46 gelar juara dari turnamen WTA (Asosiasi Tenis Wanita) - 35 dari nomor tunggal putri dan sisanya dari nomor ganda putri. Luar biasa! Namun, tetap saja, ia merasa ada yang kurang dari hidupnya. Yakni, keluarga yang bahagia...
Maka, Clijsters pun mundur dari dunia tenis yang membesarkan namanya. Ia meninggalkan semua yang telah diraihnya dengan susah payah, lalu menikah dengan pemain bola basket asal AS, Brian Lynch. Keluarga ini kemudian memperoleh seorang putri cantik pada awal 2008, yang diberi nama Jada Ellie.
Kemudian di bulan Maret 2009, Clijsters kembali ke dunia tenis profesional. Absen selama 2 tahun, ia tidak lagi memiliki peringkat dunia. Tapi mentalnya siap. Clijsters berkata pada dirinya sendiri, "Oke, Kim, kamu mulai dari nol!"
Setelah mengikuti dua turnamen kecil di Cincinnati dan Toronto , Clijsters mengikuti turnamen AS Terbuka di New York pada September 2009. Datang sebagai petenis non unggulan dan non peringkat, tidak ada satu pihak pun yang menjagokan ibunya Jada ini, kecuali keluarganya.
Apa yang terjadi? Clijsters mampu tampil menawan dan impresif! Ia mengalahkan banyak petenis unggulan, melangkah ke babak final, dan akhirnya merebut gelar juara AS Terbuka setelah menekuk unggulan ke-9 yang berusia 19 tahun, Caroline Wozniacki (Denmark). Sejarah pun tercipta! Untuk pertama kalinya, seorang petenis yang tidak memiliki peringkat dunia bisa jadi juara di grand slam AS Terbuka. Dan, untuk pertama kalinya dalam waktu 29 tahun, ada seorang ibu yang jadi juara di turnamen grand slam (Evonne Goolagong Cawley dari Australia menjuarai turnamen Wimbledon, Inggris, pada 1980).
Saat diwawancara, Clijsters mengaku terkejut karena ia mendapatkan gelar dalam waktu cukup singkat. Secara umum, katanya, kunci untuk menang itu (dari dulu hingga sekarang) hanya dua: disiplin dan fokus. Tapi ada perbedaan besar pada dirinya, dulu dan sekarang. Dulu, pada 2005, ia bertanding dengan dilingkupi perasaan takut kalah dan takut bermain buruk. Pokoknya, ia sangat berambisi untuk menuai prestasi. Kini, pada 2009, ia bermain lebih bebas dan tanpa beban. Apa pun yang terjadi, ia bisa pulang ke rumah dan diterima dengan tangan terbuka oleh suami dan putrinya. Bagi Clijsters, suami dan anaknya adalah motivasi dan inspirasi terbesar baginya.
Clijsters juga bisa lebih menghargai waktu bersama orang-orang terkasih, dalam hal ini keluarga besarnya Ia ingin mengunjungi kakek/ neneknya saat ulang tahun, atau mendampingi saudara perempuannya yang akan melahirkan.
"Hal-hal kecil seperti itu sangat istimewa. Kita tidak pernah tahu berapa banyak waktu yang masih kita miliki," kata Clijsters. "Dan, menyenangkan sekali dapat mengatur sendiri jadwal hidup kita! Bila saya merasa ada satu kejadian penting dan saya ingin hadir, maka saya akan berada di sana."
Dalam waktu dekat, Clijsters yang sekarang berperingkat 17 dunia ini akan tampil di turnamen tenis Luksemburg. Dan tahun depan, ia ingin tampil bagus di turnamen grand slam Australia Terbuka. Sadar bahwa kesuksesan perlu perjuangan, dan ia memiliki keluarga yang juga harus diperhatikan, atlet yang terkenal disiplin ini sudah menyiapkan jadwal khusus. Ia bangun pukul 7 pagi untuk membuatkan sarapan bagi keluarganya. Setelah itu, ia berlatih selama beberapa jam, kemudian menyiapkan makan siang. Saat putri kecilnya tidur siang, Clijsters melakukan latihan peregangan dan latihan beban lainnya. Semua dilakukan dengan senang hati.
"Saya tidak merasa bahwa ini terlalu sibuk. Sejak dulu, saya sudah terbiasa dengan kepadatan jadwal!"
Luar biasa, Kim Clijsters! Welcome back dan semoga tetap bisa berprestasi di dalam dan di luar lapangan.
Sumber: www.AndrieWongso.com