blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Ma Wenya Menjadi miliuner Berawal dari Angpao

Penampilannya tidak menunjukkan bahwa dia merupakan profesional muda atau investor ulung. Lebih bergaya seperti anak kuliahan, tetapi nilai kekayaannya mencapai 5 juta yuan (USD732.500 atau Rp7,1 miliar).
Dialah Ma Wenya (21). Ketika lulus kuliah nanti, Ma tidak perlu pusing-pusing mencari pekerjaan. Hingga saat ini, Ma masih berstatus mahasiswa di Communication University of China (CUC) Beijing jurusan analisis pasar media. Tahun ini merupakan tahun terakhirnya duduk di bangku kuliah.
Di sela-sela kuliahnya, Ma memiliki sepak terjang di dunia bisnis. Dia bermain saham di bursa. Pria berkacamata itu juga ikut andil dalam bisnis properti. Jurus gerak cepat pun diterapkannya untuk mengumpulkan pundi-pundi keuntungan. Takdir berpihak dengan cepat kepada Ma sehingga 5 juta yuan dapat diraih sebelum dia mendapat gelar sarjana.

"Saya pindah bersama orangtua saya ke Shanghai dari Henan pada 2002. Yah, seperti kebanyakan orang lain, saya melihat bahwa Shanghai merupakan tempat di mana kekayaan itu berada. Saya melihat bahwa banyak orang kaya dengan uang dan mobil,”paparnya seperti dikutip dari Global Times.

"Ketika itu, saya pun bermimpi bahwa suatu hari nanti saya akan menjadi salah seorang dari orang kaya di Shanghai," papar Ma.

Kata Ma, semuanya berawal dari mimpi untuk menjadi orang kaya. Itu yang menjadi semangat untuk maju dan berkembang. Dengan mimpi itu, semua orang akan menyatukan niat dan perbuatan untuk meraih cita-cita tanpa memandang risiko yang ada di depan mata. Berawal dari mimpi itulah Ma memberanikan diri menginvestasikan uangnya pada 2003.

Ketika itu, Ma baru berusia 15 tahun. Uang senilai 20.000 yuan (Rp28 juta) itu dikumpulkannya dari angpao saudara-saudaranya selama perayaan Tahun Baru China. Ma berusaha meyakinkan orangtuanya agar mengizinkan dia menginvestasikan uang itu untuk membeli sebuah vila di distrik Minhang, Shanghai. Ketika itu, harga per meter persegi mencapai 4.000 yuan.

Setelah berinvestasi, Ma tidak berhenti sampai di sana. Dia selalu memantau investasinya. Dia pun selalu membaca berita keuangan lokal untuk mengetahui isu-isu terbaru serta rumor yang berkembang. Ketika teman-temannya masih sibuk bermain dan jatuh cinta pada pandangan pertama, Ma justru asyik memantau perkembangan investasi vilanya.

Ma yakin bahwa vilanya bakal mendatangkan keuntungan. Kenapa? Ketika itu, Ma berpikir bahwa lokasi vilanya sangat strategis dan bergaya arsitektur Barat yang sedang populer. "Vila itu memang benar-benar selera saya. Orangtua saya pun sepakat untuk merestui saya membeli vila tersebut dan ikut membantu pembayarannya," katanya.

Tanpa pemahaman mengenai keuangan dan bisnis properti, Ma pun menasihati orangtuanya untuk menjual vila itu satu tahun setelah pembelian. Nah, nilai per meter persegi vila itu mencapai 8.000 yuan atau dua kali lipat dibandingkan pada waktu pembelian. Akhirnya, Ma pun mendapatkan keuntungan senilai 80.000 yuan dari investasinya.

"Saya sangat senang dengan keuntungan pertama yang diraih. Saya pun berpikir begitu pentingnya untuk hidup mandiri," papar Ma.

Dengan keuntungan itu, Ma pun terus mengkaji dan mempelajari kesempatan investasi selanjutnya. Di sela-sela beraktivitas rutin di SMA, Ma melihat peluang untuk kembali berinvestasi di dunia properti.

"Saya berinvestasi di 10 proyek properti di Shanghai dalam jangka waktu selama tiga tahun. Semuanya menghasilkan keuntungan, tak ada yang merugi. Pada saat saya masih SMA, bisnis properti masih berjalan dengan normal," cerita Ma.

Ketika lulus SMA, Ma pun telah mengumpulkan kekayaan senilai 500.000 yuan. Prestasi Ma di SMA tergolong biasa-biasa saja. Tak ada yang menonjol. Ma beralasan bahwa waktunya justru lebih banyak untuk mempelajari ilmu ekonomi dan keuangan sehingga nilai-nilai kelasnya sering melorot. Namun, kata Ma, itu adalah risiko dari sebuah pilihannya untuk bermain-main di dunia properti.

Akibatnya, nilai ujian Ma untuk masuk universitas terendah di kelasnya. Ma pun memilih kuliah di CUC pada 2006. Dia mengambil jurusan penelitian pasar media karena memberikan banyak waktu luang baginya untuk fokus pada investasi. Bisa dikatakan, Ma memang lebih fokus terhadap investasinya dibandingkan kuliahnya. Bagi dia, kuliah tetap penting sebagai bekal, investasi adalah segalanya untuk masa depan. Kadang kepercayaan diri yang berlebihan juga memberikan pelajaran yang sangat berharga. Itu pula yang dialami Ma. Ketika tahun pertamanya di kampus, Ma mengubah pola investasinya dari bisnis properti ke pasar modal.

Berbeda dengan pengalaman pertama investasi propertinya meraih keuntungan, pengalaman pertama investasi di pasar modal justru mengalami kerugian cukup besar. "Sebenarnya saya telah mulai berinvestasi di pasar sudah sejak SMA. Namun, ketika itu hanya buat senang-senang saja," ujar Ma seperti dikutip dari Xinhua.

Baru ketika kuliah, dia ingin fokus di investasi pasar modal. Pada akhir 2007, Ma justru mengalami kerugian 200.000 yuan dari total investasinya 500.000 yuan. Namun, potensi kerugian itu tidak berlangsung lama. Dengan pengalaman itu, Ma pun bersikap hati-hati dalam merumuskan investasi di pasar modal.

"Nilai saham-saham saya mulai merangkak naik. Saya merasa di atas kepala dan memiliki pengalaman yang sangat banyak dalam dunia investasi," katanya.

Tak ada pahlawan yang memenangi 100% medan pertempuran. Setelah beberapa kali kekalahan di bisnis pasar modal, Ma memilih beristirahat sejenak sambil menunggu kesempatan untuk kembali ke panggung investasi. Pada tahun ini, Ma memilih kembali berinvestasi di dunia properti. Dia melihat ada peluang yang menguntungkan di Xianghe, Provinsi Hebei, China. Dia pun membeli dua vila dari seorang investor.

"Ketika itu, saya hanya memiliki uang 500.000 yuan dan tentunya tidak bisa berinvestasi di Beijing," katanya.

Jatuh bangun dalam investasi yang dilakukan Ma menjadikannya dia lebih tegar dan berani dalam melangkah. Risiko yang sangat tinggi dalam bisnis keuangan tidak membuat mata Ma terus menutup dan berhenti untuk melompat lebih tinggi.

Selain memiliki naluri bisnis yang kuat, Ma juga mengandalkan bakat alamiah sebagai modal untuk mengetahui bagaimana mendapatkan keuntungan.


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More