blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Tukang Gembok dan Muridnya

Alkisah, seorang ahli kunci yang sangat termahsyur bermaksud mewariskan satu ilmu tertinggi dalam dunia perkuncian. Ahli kunci itu memiliki dua orang murid yang sama-sama pandai. Setelah beberapa tahun dididik, mereka sudah mahir dan menguasai semua teknik membuka segala jenis gembok. Hanya saja, ilmu tertinggi itu harus di wariskan hanya kepada satu orang yang benar-benar memenuhi kriteria. Oleh karena itu, untuk menentukan pewaris ilmu si ahli kunci menggelar sebuah ujian yang diadakan secara bersamaan. 

Maka di siapkanlah dua peti yang tergembok rapat dan di dalamnya di isi satu bungkusan barang berharga. Kedua peti itu di tempatkan di dua kamar yang bersebelahan. Berikutnya, murid pertama dan murid kedua di suruh masuk ke dalam kamar-kamar tadi secara bersamaan. “Tugas kalian adalah membuka gembok peti-peti di dalam kamar itu. Ayo, laksanakan...!” perintah si ahli kunci. Tidak lama kemudian, murid pertama keluar terlebih dahulu dari kamar dan tampak berhasil menyelesaikan tugasnya. Sang ahli kunci langsung bertanya, “Bagus... Kau berhasil. Apa isi peti itu?”
Dengan rasa percaya diri dan rasa penuh kemenangan, murid pertama menjawab. “Di dalam peti ada sebuah bungkusan. Dan di dalam bungkusan ada sebuah permata yang berkilauan... Indah sekali...”
Mendengar jawaban yang polos itu, si ahli kunci tersenyum bijak. Ia segera menoleh ke arah murid kedua yang baru saja keluar dari kamar yang satunya. Ia langsung menanyakan hal yang sama, “Bagus... kau juga berhasil. Apa isi peti itu?” Mengetahui dirinya kalah cepat dalam membuka peti, murid kedua hanya menjawab dengan pelan. “Saya hanya membuka gembok itu, lalu keluar. Saya tidak membuka petinya, apalagi melihat isinya.”
Mendengar jawaban itu, sang ahli kunci tersenyum puas. “Baiklah. Berdasarkan hasil ujian tadi, maka kau murid kedua... Kaulah pemenangnya. Engkaulah yang akan mewarisi ilmu tertinggi dalam dunia perkuncian yang aku miliki,” demikian si ahli kunci memutuskan.
Keputusan itu kontan membuat murid pertama kaget setengah mati. “Guru...!” teriak murid pertama. ”Bukankah saya yang berhasil membuka gembok lebih cepat. Mengapa justru dia yang dipilih sebagai pewaris ilmu tertinggi?” tanya murid pertama kecewa.
Mendengar ungkapan kekecewaan muridnya itu, si ahli kunci tersenyum bijak. “Murid-muridku, dengarlah... Profesi kita adalah tukang kunci dan tugas kita adalah membantu orang membuka gembok yang kuncinya hilang atau rusak. Jika gembok sudah di buka, tugas kita selesai. Kalau kita juga ingin melihat isinya, itu berarti melanggar kode etik profesi kita sebagai ahli kunci.”
Si ahli kunci meneruskan nasehatnya, “Tidak peduli apapun pekerjaan kita, moral dan etika profesional harus di junjung tinggi. Tanpa moral dan etika, maka seorang ahli kunci bisa dengan mudah beralih profesi menjadi pencuri. Kalian mengerti?”
Mendengar hal itu, murid pertama mengangguk-anggukkan kepala. Ia menyadari letak kesalahannya. Ia juga bersyukur tlah mendapat satu lagi pelajaran moral yang sangat berharga sebelum terjun ke tengah masyarakat kalaupun kecewa karena dirinya tidak bisa menjadi pewaris ilmu tertinggi sang guru, ia merasa mendapatkan satu lagi ilmu yang sangat berharga. Ilmu itu tak lain adalah ilmu mengenai moral dan etika profesional. Sejak saat itu murid pertama berjanji kepada diri sendiri, kelak dalam menjalankan profesinya, ia akan menjadi seorang ahli kunci profesional yang menjunjung tinggi moralitas dan etika profesinya.

Pembaca yang budiman,
Memang tepat apa yang diilustrasikan dalam cerita tadi. Kita sebagai seorang yang profesional di bidang apapun harus mampu melakukan tugas dan pekerjaan sesuai dengan lingkup profesionalisme kita. Jika tidak mengerti fungsi dan tanggung jawab sebagai profesional dengan benar, apalagi tidak memiliki etika dan moral, kita akan mudah terperosok ke dalam kesalahan-kesalahan profesi. Jika tidak tegas dalam mengontrol atau mengendalikan godaan pikiran negatif, kita bisa terjerumus dalam pelanggaran-pelanggaran, yang akibatnya bisa sangat fatal pada karir dan masa depan kita, bahkan bisa mempermalukan keluarga.
Dalam perjalanan hidup saya sebagai motivator dan pengusaha, saya sering mendapati betapa banyak orang-orang pandai, cerdas, berbakat, bersemangat, dan berprestasi, tetapi akhirnya jatuh gara-gara mereka tidak memperhatikan masalah etika dan moral. Ini sungguh menyedihkan. Betapa karir dan keberhasilan yang di rintis sekian lama, akhirnya rontok oleh ketidakwaspadaan dan kurangnya pengendalian diri.
Sebaliknya, saya juga sering menemukan betapa orang-orang yang kemampuannya biasa saja, tetapi karena bisa menjalankan pekerjaan secara profesional, penuh etika dan motivasinya tinggi, akhirnya prestasinya melejit dan mereka meraih kesuksesan. Kalau kita dapat menjalankan etika dan moralitas secara sinergis dalam profesi kita, maka akan terbangun atau sifat dapat di percaya. Saya berani mengatakan, xin yong atau trust adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Bahkan lebih dari itu xin yong adalah leverage atau daya ungkit yang bisa menjadi pemacu karir maupun kesuksesan kita sebagai seorang profesional. Sebab itulah, bangunlah xin yong dengan cara menjalankan profesi masing-masing secara etis dan bermoral. (Andrie Wongso)


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More