Tiga kata “Malaysia Truly Asia”, benar-benar bercerita, motivatif, prokalamatif, dan kompetitif. Malaysia menyatakan dirinya sebagai Asia sebenarnya. Seolah-olah negeri ini mengatakan bahwa kalau mau cari Asia, datang saja ke Malaysia, tak usah kemana-mana karena di Negeri inilah segala sesuatunya tersedia jika berhubungan dengan Asia. Slogan itu membuat negara-negara asia lain menjadi ngiri dan pasar pariwisata dunia menjadi tergeming. Yang lebih dasyat adalah nilai motivasi internal dalam negeri mereka sendiri yang semakin positif dan mendongkrak rasa percaya diri dalam kancah persaingan internasional.
Apalah arti sebuah kata Nokia tanpa slogan Connecting People. Apalah arti Sampoerna a Mild tanpa slogan Bukan Basa Basi. Apalah Arti SBY-JK tanpa slogan Bersama Kita Bisa.
Menurut wikipedia, Slogan adalah motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik, komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan. Bentuk slogan bervariasi, dari yang tertulis dan terlihat, sampai yang diucap dan yang vulgar.
Dalam dunia komunikasi yang makin serba cepat dan arusnya semakin deras, merek saja tidaklah cukup tanpa rambu-rambu berupa slogan yang bisa mengantarkan persepsi publik kepada tujuan pemilik merek.
Metro TV boleh berusia 7 tahun, tetapi slogan yang digunakannya saat ini lumayan “menggerakkan”. Memang banyak lembaga pembiayaan, tetapi hanya ada satu lembaga yang “menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Barack Obama kandidat presiden Amerika Serikat mendulang banyak dukungan karena slogannya, Bagaimana dengan anda?
Bermutu
Slogan adalah bahasa kampanye yang sangat berpotensi mempengaruhi persepsi dan perilaku targetnya. Itu bisa tercipta jika pemilihan kata-katanya tepat, pas dan mengena. Memang diperlukan kreativitas yang tinggi untuk memastikan penciptaan slogan yang bermutu.
Slogan bermutu adalah slogan yang orisinil dan bukan contekan. Artinya slogan itu akan menjadi satu-satunya penjelas atas merek tersebut. Persepsi target akan otomatis tersambung dengan merek jika slogan disebutkan.
Slogan yang bermutu di susun dengan mempertimbangkan efek persepsi yang akan muncul. Jadi persyaratan diferensiasi dan penempatan –ositioning—menjadi absolut. Pertimbangannya menjadi kompleks mulai dari bahasa, pilihan kata, kemudahan penyebutan, kesamaan persepsi yang ditimbulkan, kekuatan makna dan daya dobrak yang dimilikinya. Anda lebih terpengaruh dengan kata-kata “Putih seputih kapur tulis atau Putih seputih mutiara”?
Slogan diciptakan bukan karena latah tetapi sebuah penterjemahan atas makna visi dan misi perusahaan yang diselaraskan dengan tujuan / sasaran pemasaran yang ditetapkan.
Contoh ke-latahan yang tidak bermutu adalah slogan “Kami memang beda”. Slogan itu jelas latah dan tidak lagi memiliki kekuatan menggerakkan. Jika anda membaca slogan itu, jelas anda akan berkata-kata dalam hati, “Beda atau sama itu urusanmu, apa untungnya buat aku?”
Untuk sekadar berlatih, lihatlah slogan-slogan bakal calon Gubernur Sumatra Utara. Apakah anda cukup “terganggu” untuk mendukungnya?
Mendidik
Pasar pada dasarnya adalah orang asing yang tidak paham apapun mengenai produk kita. Artinya kita harus mendidik mereka agar mengerti, menyetujui, simpati, syukur-syukur jatuh cinta dan pada akhirnya membeli dan mengkonsumsi/emnggunakan produk kita.
Mendidik konsumen dengan slogan yang tepat akan memudahkan proses itu sendiri. Lihatlah betapa Aqua bolak-balik dari awal selalu mengajari pasar akan pentingnya kesehatan, proses penciptaan produk hingga jaminan kualitas dengan mengaku memiliki saringan terbanyak dll.
Rinso meyakinkan semua orang bahwa berani kotor itu baik. Yakult dan Pocary Sweat juga mendidik pasar dengan gencar. Mereka memberikan edukasi bahwa tubuh tidak sekadar butuh air, tetapi unsur-unsur penting lain yang ada dalam kandungan produk mereka.
Berkembang
Trend pasar terus berubah dan kecerdasannya juga berkembang. Itu yang menjadi dasar evaluasi apakah slogan kita tetap memimpin pasar atau semakin tertinggal dan dianggap barang tua yang sudah usang?
Saya tertarik mengamati Rinso yang terus berkembang mengikuti pasarnya. Anda ingat, “Mencuci Sendiri” lalu “Mencuci Lebih Bersih” dan seterusnya hingga kini sampai pada pernyataan yang sangat kontroversial, “Berani Kotor Itu Baik”.
Rinso jelas tetap terjaga dan selalu waspada terhadap perkembangan targetnya. Tidak salah kalau ia tetap menjadi TOP MINDED dan menempati papan atas penjualan produk ditergen.
Samperna Amild, mulai dengan HOW LOW CAN YOU GO pada saat mulai mendidik pasar akan arti pentingnya “kesehatan” bagi perokok dengan memunculkan produk yang paling rendah nikotin dan tar-nya. Begitu era reformasi bergulir, A Mild memanfaatkan situasi untuk tetap memimpin dengan slogan-slogan “berani” dengan kata dasar BUKAN BASA BASI. Dan seterusnya hingga pada usianya yang ke 10, rokok ini mengklaim bahwa pesaing lain hanya bisa mengekor dengan slogan The Others Only Can Follow. Bagaimana dengan anda?
Gagal
Tidak sedikit merek yang gagal slogannya, tetapi bukan berarti tertutup peluang untuk memperbaikinya. Dirjen Pajak Dianggap tidak cukup sukses dengan Orang Bijak Taat Pajak, tetapi kini mereka hadir dengan cukup cerdas, “Apa kata Dunia?”, walaupun masih harus diiringi sesi edukasi pemahaman tentang penggunaan pajak.
Sekarang giliran anda. Anda ingin dikenal secara pribadi sebagai apa? Atau produk anda ingin muncul sebagai apa? Perilaku apa yang anda harapkan dari publik atas pribadi atau produk anda? Segera ciptakan slogan anda dan segera publikasikan.
Slogan apapun tidak akan berguna dalam membantu pemasaran jika tidak dipublikasikan dengan benar. Pembicaraan publikasi akan saya bahas pada kesempatan yang lain, tetapi pastikan anda memiliki slogan yang bermutu dan menggerakkan.
Ingat, harus dikerjakan bukan dicoba. Orang bijak bilang, mencoba adalah gagal yang terhormat. Apalah arti kehormatan jika hanya untuk gagal!
Apalah arti sebuah kata Nokia tanpa slogan Connecting People. Apalah arti Sampoerna a Mild tanpa slogan Bukan Basa Basi. Apalah Arti SBY-JK tanpa slogan Bersama Kita Bisa.
Menurut wikipedia, Slogan adalah motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik, komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan. Bentuk slogan bervariasi, dari yang tertulis dan terlihat, sampai yang diucap dan yang vulgar.
Dalam dunia komunikasi yang makin serba cepat dan arusnya semakin deras, merek saja tidaklah cukup tanpa rambu-rambu berupa slogan yang bisa mengantarkan persepsi publik kepada tujuan pemilik merek.
Metro TV boleh berusia 7 tahun, tetapi slogan yang digunakannya saat ini lumayan “menggerakkan”. Memang banyak lembaga pembiayaan, tetapi hanya ada satu lembaga yang “menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Barack Obama kandidat presiden Amerika Serikat mendulang banyak dukungan karena slogannya, Bagaimana dengan anda?
Bermutu
Slogan adalah bahasa kampanye yang sangat berpotensi mempengaruhi persepsi dan perilaku targetnya. Itu bisa tercipta jika pemilihan kata-katanya tepat, pas dan mengena. Memang diperlukan kreativitas yang tinggi untuk memastikan penciptaan slogan yang bermutu.
Slogan bermutu adalah slogan yang orisinil dan bukan contekan. Artinya slogan itu akan menjadi satu-satunya penjelas atas merek tersebut. Persepsi target akan otomatis tersambung dengan merek jika slogan disebutkan.
Slogan yang bermutu di susun dengan mempertimbangkan efek persepsi yang akan muncul. Jadi persyaratan diferensiasi dan penempatan –ositioning—menjadi absolut. Pertimbangannya menjadi kompleks mulai dari bahasa, pilihan kata, kemudahan penyebutan, kesamaan persepsi yang ditimbulkan, kekuatan makna dan daya dobrak yang dimilikinya. Anda lebih terpengaruh dengan kata-kata “Putih seputih kapur tulis atau Putih seputih mutiara”?
Slogan diciptakan bukan karena latah tetapi sebuah penterjemahan atas makna visi dan misi perusahaan yang diselaraskan dengan tujuan / sasaran pemasaran yang ditetapkan.
Contoh ke-latahan yang tidak bermutu adalah slogan “Kami memang beda”. Slogan itu jelas latah dan tidak lagi memiliki kekuatan menggerakkan. Jika anda membaca slogan itu, jelas anda akan berkata-kata dalam hati, “Beda atau sama itu urusanmu, apa untungnya buat aku?”
Untuk sekadar berlatih, lihatlah slogan-slogan bakal calon Gubernur Sumatra Utara. Apakah anda cukup “terganggu” untuk mendukungnya?
Mendidik
Pasar pada dasarnya adalah orang asing yang tidak paham apapun mengenai produk kita. Artinya kita harus mendidik mereka agar mengerti, menyetujui, simpati, syukur-syukur jatuh cinta dan pada akhirnya membeli dan mengkonsumsi/emnggunakan produk kita.
Mendidik konsumen dengan slogan yang tepat akan memudahkan proses itu sendiri. Lihatlah betapa Aqua bolak-balik dari awal selalu mengajari pasar akan pentingnya kesehatan, proses penciptaan produk hingga jaminan kualitas dengan mengaku memiliki saringan terbanyak dll.
Rinso meyakinkan semua orang bahwa berani kotor itu baik. Yakult dan Pocary Sweat juga mendidik pasar dengan gencar. Mereka memberikan edukasi bahwa tubuh tidak sekadar butuh air, tetapi unsur-unsur penting lain yang ada dalam kandungan produk mereka.
Berkembang
Trend pasar terus berubah dan kecerdasannya juga berkembang. Itu yang menjadi dasar evaluasi apakah slogan kita tetap memimpin pasar atau semakin tertinggal dan dianggap barang tua yang sudah usang?
Saya tertarik mengamati Rinso yang terus berkembang mengikuti pasarnya. Anda ingat, “Mencuci Sendiri” lalu “Mencuci Lebih Bersih” dan seterusnya hingga kini sampai pada pernyataan yang sangat kontroversial, “Berani Kotor Itu Baik”.
Rinso jelas tetap terjaga dan selalu waspada terhadap perkembangan targetnya. Tidak salah kalau ia tetap menjadi TOP MINDED dan menempati papan atas penjualan produk ditergen.
Samperna Amild, mulai dengan HOW LOW CAN YOU GO pada saat mulai mendidik pasar akan arti pentingnya “kesehatan” bagi perokok dengan memunculkan produk yang paling rendah nikotin dan tar-nya. Begitu era reformasi bergulir, A Mild memanfaatkan situasi untuk tetap memimpin dengan slogan-slogan “berani” dengan kata dasar BUKAN BASA BASI. Dan seterusnya hingga pada usianya yang ke 10, rokok ini mengklaim bahwa pesaing lain hanya bisa mengekor dengan slogan The Others Only Can Follow. Bagaimana dengan anda?
Gagal
Tidak sedikit merek yang gagal slogannya, tetapi bukan berarti tertutup peluang untuk memperbaikinya. Dirjen Pajak Dianggap tidak cukup sukses dengan Orang Bijak Taat Pajak, tetapi kini mereka hadir dengan cukup cerdas, “Apa kata Dunia?”, walaupun masih harus diiringi sesi edukasi pemahaman tentang penggunaan pajak.
Sekarang giliran anda. Anda ingin dikenal secara pribadi sebagai apa? Atau produk anda ingin muncul sebagai apa? Perilaku apa yang anda harapkan dari publik atas pribadi atau produk anda? Segera ciptakan slogan anda dan segera publikasikan.
Slogan apapun tidak akan berguna dalam membantu pemasaran jika tidak dipublikasikan dengan benar. Pembicaraan publikasi akan saya bahas pada kesempatan yang lain, tetapi pastikan anda memiliki slogan yang bermutu dan menggerakkan.
Ingat, harus dikerjakan bukan dicoba. Orang bijak bilang, mencoba adalah gagal yang terhormat. Apalah arti kehormatan jika hanya untuk gagal!