Siapa yang kenal sosok nenek cantik yang masih lincah di usia kepala tujuhnya ini? Yah, dia adalah Titiek Puspa. Perempuan yang masih sangat bugar di usia lebih dari 70 tahun ini memang sudah dianggap sebagai legenda artis sepanjang zaman di kalangan pemusik tanah air. Betapa tidak, puluhan bahkan ratusan karyanya, telah mencetak hits di tembang nasional. Baik sebagai penyanyi dan pencipta lagu, kemampuan Titiek Puspa sudah tak diragukan lagi. Ia juga sudah bermain di berbagai judul film. Artis junior dan senior juga sering memakai lagu ciptaannya untuk menjadi batu loncatan melariskan album musiknya.
Di usia yang makin senja, Titiek selalu saja tampil enerjik di setiap kesempatan. Kini, selain dunia keartisan, ia juga sukses membesarkan usaha katering. Ia pun selalu tampil rendah hati pada setiap orang yang dijumpainya. Itulah yang membuatnya mampu bertahan hingga kini. Bahkan, demi menghormati kiprahnya, beberapa artis muda sempat membuatkan persembahan album musik, "A tribute to Titiek" bagi nenek kelahiran Tanjung Kalimantan Selatan 1 November 1937 ini.
Kesuksesan memang sudah direngkuh dan berhasil dipertahankan Titiek hingga kini. Tapi, jika melihat perjuangannya di dunia tarik suara, barangkali orang baru akan memaklumi mengapa ia bisa bertahan hingga sekarang. Perempuan yang punya nama kecil Soemarti ini masa kecilnya justru dilarang oleh orangtuanya untuk jadi penyanyi. Namun, karena dorongan teman dan tekadnya yang bulat, ia diam-diam ikut festival nyanyi dengan nama samaran Titiek Puspo. Titiek diambil dari nama panggilannya, sedangkan Puspo adalah nama ayahnya, Tugeno Puspowidjojo. Panggilan inilah yang justru belakangan melesatkan namanya ke belantika musik negeri.
Saat memulai perjuangannya sebagai penyanyi, kala itu ada sebuah ajang musik bernama Bintang Radio dan Televisi. Ajang tersebut adalah sebuah batu loncatan bagi banyak artis untuk naik ke puncak, dikenal, dan membuat rekaman. Beberapa kali, Titiek juga berupaya melalui jalur lomba tersebut untuk mencapai mimpinya menjadi penyanyi ternama. Sayang, ia tak pernah berhasil menjadi juara utama.
Hebatnya, kekalahan justru makin membulatkan tekadnya untuk berjuang meraih yang terbaik. Untuk menggapai jalur popularitas, Titiek pun menempuh jalur pentas dari panggung ke panggung. Sebuah perjuangan berat karena ia harus lebih intens "menawarkan suaranya" ke mana-mana agar bisa dikenal.
Dan, rupanya jalur independen melalui panggung ini sepertinya memang telah jadi jalan sukses bagi nenek 14 cucu ini. Kiprahnya di panggung bersama Orkes Simphony Djakarta pimpinan Sjaiful Bachri kala itu mengantarkannya menjadi penyanyi yang cukup laris. Apalagi, sejak sang ayah--sebelum meninggal dunia--telah mengijinkan Titiek berkiprah di dunia tarik suara.
Sejak saat itu, karier Titiek terus naik. Ia kemudian juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu yang banyak menyoroti kemanusiaan. Banyak lagu yang diinspirasikan dari rasa empati dan simpati yang sangat dalam kepada setiap manusia yang terpojok. Misalnya saja lagu tentang kehidupan cinta manusia (dalam lagu Cinta dan Jatuh Cinta), persahabatan (Bing), empati kepada kaum pinggiran seperti pekerja seks komersial (Kupu-kupu Malam), hingga ke sikap patriotik bela negara (Pantang Mundur dan Ayah).