Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku selalu menerapkan cara berpikir bisnis dalam setiap mengambil tindakan dimanapun ia berada. Mulai dari ketika ia duduk di kursi pemerintahan hingga saat ini menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).
"Semua itu bisa dilakukan dengan jalan berpikir bisnis, mau di pemerintahan, sosial cuma rule-nya saja berbeda, tapi cara berpikir dan tindakannya tak perlu banyak berubah," kata JK di acara Seminar Bisnis Keluarga di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Menurutnya, dengan memakai pola berpikir bisnis maka capaian kinerja akan mudah diketahui. Bisnis bagi JK selalu punya target, termasuk keuntungan dan berapa penjualannya.
"Bedanya bisnis dengan pemerintahan, yang penting kalau pemerintahan prosedur, kalau bisnis objeknya (target) dicapai, caranya berbeda-beda," katanya.
Sehingga kata dia, gaya kepemimpinannya dimanapun selalu menggunakan angka-angka capaian bahkan dengan angka-angka yang fantastis. Seperti proyek 10.000 MW, jutaan sambungan pipa air, dan lain-lain.
"Kalau tak ada obyeknya, kita tak takut hasilnya apa, selalu punya angka dan orang terima," katanya.
JK juga memakai target tegas bagi petugas Palang Merah di lapangan. Semuanya harus dilakukan dengan cepat dan selalu memakai target.
"Dibidang sosial, selalu pakai target sampai di daerah bencana jangan lebih dari 6 jam. Kantong darah juga harus mencapai 4,5 juta selama dua tahun," katanya.
Bahkan bukan hanya itu saja, organisasi PMI saat ini akan ia poles layaknya sebuah produk yang bermerek (branded) dan terpercaya. Ia mencontohkan PMI sekarang kini memiliki helikopter dan mobil amphibi untuk menembus lokasi bencana.
"Dulu orang berpikir PMI itu hanya berkaitan dengan darah, mobil ambulan dan tandu," jelasnya.
Ia juga mengatakan dalam upaya meningkatkan PMI sebagai organisasi yang branded dan memiliki lifestyle. Beberapa terobosan ia lakukan seperti kerjasama kartu perbankan dengan PMI, seperti kartu debet untuk pembelian BBM akan dipotong Rp 10 untuk kegiatan donor.
"Sekarang donor darah juga kita lakukan di mal-mal, dan Pom Bensin, lifestyle-nya kita ubah," pungkasnya.
"Semua itu bisa dilakukan dengan jalan berpikir bisnis, mau di pemerintahan, sosial cuma rule-nya saja berbeda, tapi cara berpikir dan tindakannya tak perlu banyak berubah," kata JK di acara Seminar Bisnis Keluarga di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Menurutnya, dengan memakai pola berpikir bisnis maka capaian kinerja akan mudah diketahui. Bisnis bagi JK selalu punya target, termasuk keuntungan dan berapa penjualannya.
"Bedanya bisnis dengan pemerintahan, yang penting kalau pemerintahan prosedur, kalau bisnis objeknya (target) dicapai, caranya berbeda-beda," katanya.
Sehingga kata dia, gaya kepemimpinannya dimanapun selalu menggunakan angka-angka capaian bahkan dengan angka-angka yang fantastis. Seperti proyek 10.000 MW, jutaan sambungan pipa air, dan lain-lain.
"Kalau tak ada obyeknya, kita tak takut hasilnya apa, selalu punya angka dan orang terima," katanya.
JK juga memakai target tegas bagi petugas Palang Merah di lapangan. Semuanya harus dilakukan dengan cepat dan selalu memakai target.
"Dibidang sosial, selalu pakai target sampai di daerah bencana jangan lebih dari 6 jam. Kantong darah juga harus mencapai 4,5 juta selama dua tahun," katanya.
Bahkan bukan hanya itu saja, organisasi PMI saat ini akan ia poles layaknya sebuah produk yang bermerek (branded) dan terpercaya. Ia mencontohkan PMI sekarang kini memiliki helikopter dan mobil amphibi untuk menembus lokasi bencana.
"Dulu orang berpikir PMI itu hanya berkaitan dengan darah, mobil ambulan dan tandu," jelasnya.
Ia juga mengatakan dalam upaya meningkatkan PMI sebagai organisasi yang branded dan memiliki lifestyle. Beberapa terobosan ia lakukan seperti kerjasama kartu perbankan dengan PMI, seperti kartu debet untuk pembelian BBM akan dipotong Rp 10 untuk kegiatan donor.
"Sekarang donor darah juga kita lakukan di mal-mal, dan Pom Bensin, lifestyle-nya kita ubah," pungkasnya.
Sumber : http://www.detikfinance.com