Jika beberapa waktu lalu kita merasa tidak nyaman dengan pengakuan negara tetangga kita, Malaysia, atas kepemilikan budaya asli kita. Maka, yang pantas kita tanyai sebenarnya adalah diri kita sendiri. Sudah seberapa cintakah kita pada produk asli negeri ini. Batik misalnya. Hal ini diungkap oleh seorang desainer dan pelestari seni batik asli Indonesia, Iwan Tirta. Perancang busana batik yang karyanya sudah dipakai oleh banyak petinggi dunia ini mengatakan bahwa sebenarnya justru kitalah yang kurang maksimal dalam mengenalkan seni batik ini ke dunia internasional.
Iwan Tirta yang bernama asli Nusjirwan Tirtaamidjaja ini memang tak asal bicara. Pengusaha dan perancang busana batik nasional ini menemukan fakta bahwa kita kurang maksimal dalam mempromosikan produk kita sendiri. "Sekarang Malaysia ke mana-mana mengaku batik sebagai milik mereka. Itu karena kita tidak punya kemampuan
public relations," kata penerima Anugerah Kebudayaan 2004 kategori individu peduli tradisi ini. Karena itu, pria yang sebenarnya justru mendalami bidang hukum-Iwan adalah lulusan sekolah Hukum di Yale University Amerika-ini kemudian justru memilih batik sebagai jalan hidupnya. Keprihatinannya yang mendalam membuat ia lantas melakukan penelitian seni batik nusantara dan lantas mendirikan perusahaan batik PT Ramacraft. Iwan Tirta yang bernama asli Nusjirwan Tirtaamidjaja ini memang tak asal bicara. Pengusaha dan perancang busana batik nasional ini menemukan fakta bahwa kita kurang maksimal dalam mempromosikan produk kita sendiri. "Sekarang Malaysia ke mana-mana mengaku batik sebagai milik mereka. Itu karena kita tidak punya kemampuan
Sebenarnya, ketika kecil, Iwan malah bercita-cita menjadi diplomat. Karena itulah ia mengambil sekolah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, dan lulus pada 1958. Ia pun kemudian sempat menjadi dosen bidang Hukum Internasional. Untuk memperdalam ilmunya, Iwan lantas menempuh pendidikan ke London di School of Economics and School of Oriental and African Studies. Merasa belum cukup, ia kemudian mengambil gelar Master ke salah satu universitas terbaik dunia, Yale University di Connecticut, Amerika. Saat itulah, ia sering mendapat pertanyaan tentang budaya Indonesia yang kemudian membuat Iwan makin tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia.
Sejak saat itu, demi mengetahui ragam kekayaan budaya Indonesia, ia makin mencintai budaya tanah leluhur. Hal ini diperkuat saat ia menerima hibah dana dari John D Rockefeller III untuk mempelajari tarian keraton Kesunanan Surakarta. Di sanalah Iwan memutuskan mendalami batik dan bertekad mendokumentasi serta melestarikan batik. Hasil penelitiannya ia simpulkan dalam bukunya yang pertama, Batik, Patterns and Motifs pada tahun 1966.
Keprihatinannya akan budaya batik yang justru makin tergerus oleh mode dari luar, membuat Iwan kemudian bertekad untuk mengenalkan batik ke dunia internasional. Dengan bendera PT Ramacraft-nya, ia berhasil melebarkan cabang perusahaannya ke beberapa kota, dengan produksi sekitar 3.000 meter per bulan. ''Batik tulis memang tidak dapat diproduksi secara besar- besaran, karena membutuhkan tenaga dan kehalusan cita rasa,'' katanya. Selain itu, ia memproduksi berbagai macam barang souvenir khas dengan motif batik yang telah dijual hingga ke manca negara.
Kepekaan seni dan pergaulannya yang luas dengan berbagai kalangan dari Timur dan Barat, membuat Iwan Tirta mampu membawa batik menjadi busana yang diterima bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Tiga puluh tahun kemudian, pemahaman dan pengalamannya tentang batik yang semakin matang ia tuangkan dalam bukunya Batik, A Play of Light and Shades (1996).
Perjuangan Iwan mengenalkan batik asli Indonesia ke luar negeri juga mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Bahkan, hampir semua pejabat tinggi negara di dunia yang datang ke Indonesia, sudah pernah mengenakan rancangan batik Iwan. Kini, dengan usaha keras, meski tak sempat jadi diplomat seperti impian masa kecilnya, Iwan justru telah mampu mengharumkan nama bangsa sebagai ''duta batik'' Indonesia ke dunia.
Kecintaan pada budaya asli Indonesia terbukti telah menjadi jalan sukses Iwan Tirta. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengharumkan nama bangsa dengan berbagai rancangan batik karyanya. Iwan menjadi contoh bahwa hanya dengan tindakan nyata, kita bisa "bicara" di dunia internasional. Karena itu, daripada hanya sekadar mengutuk atau merasa resah terhadap klaim bangsa lain atas produk bangsa, akan jauh lebih baik jika kita mampu bertindak nyata, seperti yang dicontohkan Iwan Tirta. (Team Andrie Wongso)