Kehidupan manusia modern selalu terjebak pada penilaian sempit dan formalistis. Aktivitas kerja, misalnya, melulu dipahami sebagai kerja yang dilakukan di sebuah gedung perusahaan. Namun bagi saya, tidaklah begitu memahaminya. Pekerjaan dalam keyakinan saya, segala hal yang bisa kita kerjakan dan tidak harus terikat dengan sebuah perusahaan.
Sejak 2006 saya telah bekerja di sebuah perusahaan yang sangat menggurita di dunia. Cabangnya pasti ada di setiap gerak kehidupan manusia. Tidak perlu ijazah untuk melamar kerja di perusahaan yang telah saya abdikan diri. Ya, perusahaan itu ialah apa yang diciptakan Gusti Allah. Bagi siapa pun bisa memeroleh penghasilan yang dapat membiaya hidupnya di perusahaan yang diciptakan Allah. Sebagai penciptanya, Allah Swt., ialah Boss yang super bijaksana. Dia tidak pernah memecat karyawan-Nya dari perusahaan yang didirikan-Nya ini.
Bagi saya, bekerja bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja; tidak terikat waktu. Hanya saja, sebagai Boss, yang kekuasaannya Maha Mutlak, Allah Swt. hanya memerintahkan setiap karyawan-Nya untuk meluangkan waktu mengingat-Nya setiap lima waktu dalam sehari. Dia adalah Boss terAgung dan terbijaksana bagi saya. Sebab, hingga saat ini saya masih bisa mendapatkan anugrah gaji yang diberikan-Nya pada saya.
“Ron, di mana kamu bekerja?”
“Di mana pun tempatnya, disanalah kantorku.”
“Siapa atasanmu, Ron?”
“Allah Swt.”
“Berapa gajimu, Ron.”
“Tak terkira, mas!”
“Di bidang apa kamu bekerja,”
“Di seluruh bidang kehidupan, mas.”
“Di Perusahaan apa namanya kamu bekerja?”
“Di Perusahaan PT Bumi Allah Swt., mas.”
“Jadi, siapa bossmu?”
“My Boss, is Allah, mas!”
“Wah, mas, kalau gitu saya nggak bisa menandingi Bossmu itu, mas. Jadi, kita batalkan kerjanya, ya.”
“Okeh, terima kasih. Kalau saya bekerja di sini, berarti telah menduakan My Big Boss, Allah Swt.”
Bagi saya Boss yang terMahaBijaksana hanyalah Allah Swt. Ketika kita melakukan ribuan kali kesalahan, Dia tidak pernah memecat. Dia tidak pernah berhenti menggaji saya. Dia sesuai persangkaan hamba-Nya. Betullll?
Nabi Muhammad Saw., bersabda, “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil”. (HR. Bukhari).
Tuhan memang tak pernah alfa pada kita. Hampir setiap saat Dia terus memerhatikan aktivitas kita semua. Hanya, kitalah yang tak sadar bahwa apa yang kita lakukan di dunia ini tak luput dari perhatian-Nya. Kadang, kita lupa atau dengan sengaja melupakan-Nya karena begitu sibuknya mengejar kedudukan, harta, dan harkat.
Pagi hari kita dengan cara bergegas harus berangkat menuju kantor. Tak ada waktu lagi untuk bercengkrama dengan para tetangga. Tak ada waktu lagi untuk bersua dengan orangtua. Bahkan dengan pandangan yang dipenuhi obsesi, cita-cita, dan keinginan menggebu; ambisi diri kerap mengakibatkan kita dengan mudah menghalalkan segala cara untuk mewujudkannya.
Saya mengingatkan diri sendiri, Tuhan selalu bersama kita; saat kita sedang susah dan senang, Dia selalu hadir untuk menyapa hati kita. Di tahun yang ke 30 ini saya masih belum berlari mengejar rezeki. Karena saya memahami, rezeki tak pernah lari terbirit-birit. Asalkan kita sabar, tabah, dan dawam mengerjakan apa yang dapat dikerjakan; akan ada balasan dari-Nya di dunia dan akhirat.
Yakinlah kawan, rezeki tak pernah tertukar bagiannya dengan bagian orang lain.Innallaha Ma’ana!
Sumber : kompasiana.com