blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Cara Mengatasi Sifat Boros

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 701/XIV
Suatu hari, ketika saya selesai memberikan seminar tentang Mengatur Pengeluaran Secara Bijak, seorang lelaki muda peserta seminar datang kepada saya dan mengajak saya ngobrol. Setelah berbincang-bincang sebentar, ia bertanya, "Pak Safir, apakah Anda orang yang selalu hemat dalam segala pengeluaran Anda?"Saya tersenyum, "Kenapa Anda tanya begitu?"

Dia menjawab, "Yah, bukankah dengan melakukan perencanaan keuangan berarti kita harus selalu berhemat?"

Saya menggeleng, "Tidak."

Dia kaget, "Tidak?"


"Tidak," jawab saya lagi.

"Kok, begitu?"

Saya mulai menjelaskan: "Iya, perencanaan keuangan - bagi saya - bukan berarti kita harus selalu berhemat dalam setiap pengeluaran kita, tapi mengatur agar pengeluaran kita tidak melebihi jumlah yang seharusnya."

"O ya? Lha, bukankah itu hemat juga namanya?"

"Oh, tidak dong," saya menggeleng.

"Hemat adalah suatu usaha untuk menekan pengeluaran kita - kalau bisa - serendah mungkin sehingga jumlah pengeluaran kita lebih sedikit dari yang seharusnya."

"Lha, bagus, kan, kalau pengeluaran kita bisa lebih rendah dari yang seharusnya?" tanyanya lagi.

"Oh, jelas bagus. Hanya saja, jangan lupa bahwa dengan menekan pengeluaran kita menjadi lebih rendah dari yang seharusnya, maka mungkin kita harus menekan Standar Biaya Hidup kita."

"Terus, apakah salah kalau kita memiliki Standar Biaya Hidup yang lebih rendah?"

"Nggak salah dong... Hanya saja banyak orang yang menekan Standar Biaya Hidupnya hanya supaya ia bisa berhemat. Nggak semua sih, tapi kebanyakan begitu. Masalahnya disini adalah apakah Anda merasa tersiksa dengan menekan Standar Biaya Hidup tersebut. Kalau Anda merasa tersiksa, ngapain Anda harus berhemat kalau ternyata Anda harus menyusahkan diri sendiri?"

"Jadi, salah kalau berhemat itu ditempuh dengan cara menyusahkan diri sendiri dan membuat kita merasa tersiksa?"

"Iya. Nggak apa-apa kalau mau berhemat, sepanjang itu tidak menyusahkan diri sendiri."

Saya menambahkan lagi, "Dan perlu diketahui bahwa mengelola keuangan dengan baik bukan berarti bahwa kita harus selalu berhemat, tetapi mengatur agar pengeluaran kita tidak melebihi dari yang seharusnya. Kalau misalnya pengeluaran Anda untuk membeli baju baru biasanya adalah Rp 250 ribu per bulan, maka bila pengeluaran Anda ternyata jauh lebih rendah dari itu, ini berarti Anda disebut hemat, tidak peduli bagaimanapun cara Anda berhemat. Tapi, bila pengeluaran Anda untuk baju baru tiba-tiba mencapai Rp 400 ribu, maka ini berarti Anda boros."

"Tapi, bagaimana kalau anggaran seseorang itu sangat terbatas atau kondisi keuangannya sedang ketat?" dia bertanya.

"Nah, itu tidak apa-apa. Karena memang dalam jangka pendek tidak ada jalan lain. Kalau seseorang punya penghasilan yang - menurut ukuran dia - sangat-sangat terbatas, maka jelas dia harus berhemat dengan cara menekan Standar Biaya Hidupnya. Tapi, kalau dalam keadaan yang normal, dalam arti penghasilannya tidak harus besar, tetapi dirasa mencukupi, maka seseorang tidak harus memaksakan diri berhemat, tetapi juga tidak harus boros. Yah, sewajarnya sajalah."

Laki-laki muda ini kelihatannya mulai mengerti: "Oke, kembali ke Biaya Busana tadi. Jadi, orang yang per bulannya biasa membeli baju baru senilai total Rp 500.000,- per bulan apakah dia berarti lebih boros daripada orang lain yang pembelian bajunya hanya mencapai Rp 100.000,- per bulan?"
"Tidak," jawab saya. "Ini karena setiap orang memiliki standar kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga jelas bahwa orang yang kebutuhan baju barunya mencapai Rp 500 ribu per bulan bukan berarti lebih boros daripada orang yang kebutuhan membeli baju barunya hanya Rp 100 ribu per bulan."
 
PENYEBAB BOROS

"Oke, Pak Safir, cukup buat saya. Kita sudah bicara tentang hemat. Sekarang saya mau bertanya tentang boros itu sendiri. Kenapa orang bisa punya sifat boros? Misalnya, kenapa orang yang biasa berbelanja baju seharga Rp 200 ribu per bulan, lalu pada bulan terakhir tiba-tiba bisa menghabiskan dua kali lipatnya?"

"Boros? Wah, ada banyak penyebabnya kenapa orang bisa punya sifat boros. Tapi, secara praktis saja, ada tiga penyebab kenapa orang bisa punya sifat boros."

"Oke. Apa saja itu?"

"Yang pertama adalah karena orang tidak memiliki batasan untuk dirinya sendiri. Dengan tidak membatasi dirinya sendiri, maka orang merasa bebas untuk mengeluarkan uang berapapun juga. Padahal, persediaan uang seseorang ada batasnya, kan?"

"Betul, betul...," laki-laki muda ini mengangguk. "Lalu, apa penyebab yang kedua?"

"Yang kedua, orang bisa memiliki sifat boros adalah karena orang seringkali lapar mata."

"Wah, itu dia... "

Saya tertawa. "Kenapa? Anda sering lapar mata, ya, kalau datang ke pertokoan?"

"Ah, Pak Safir, nih, bisa aja..." dia kelihatan sedikit malu.

"Hayo, ngaku... ha..ha..ha..," saya masih tertawa. Tapi, kenalan baru saya ini mengangguk-angguk sambil tertawa-tawa juga. Saya yakin apa yang saya katakan itu dialaminya sendiri.

Setelah tawa kita reda, saya menambahkan lagi: "Lapar mata tidak harus selalu karena Anda datang ke toko, lho, tetapi lapar mata bisa dimulai ketika Anda melihat sebuah iklan."

"O, ya?"

"Iya, karena iklan dibuat untuk mengundang orang agar membeli. Iya, kan? Coba Anda lihat teve, seberapa banyak iklan yang diselipkan di tengah-tengah sebuah acara sinetron misalnya."

"Terus, apakah iklan itu salah?"

"Tidak salah. Iklan harus dibuat untuk memperkenalkan suatu barang dan agar Anda mengenal barang tersebut. Tapi, yang salah adalah kalau Anda lapar mata hanya karena melihat iklan. Dan semakin sering iklan suatu barang diputar berulang-ulang, bisa jadi semakin besar pula kemungkinannya Anda jadi lapar mata terhadap barang tersebut."

"Oke. Jadi, lapar mata bisa dimulai dari iklan atau langsung ketika melihat barangnya di toko. Lalu, apa penyebab boros yang ketiga?"

"Coba tebak, apa yang ketiga...?"

Dia berpikir sebentar: "Apa, ya?"

Melihat dia tidak langsung menjawab, saya menyambung lagi, "Seringkali orang boros dalam mengeluarkan uangnya adalah bukan karena dia lapar mata, tapi karena 'lapar diskon'."

"Hah?" dia melongo. "Lapar diskon? Apa lagi itu?"

"Iya. Kalau lapar mata itu, seseorang tertarik secara tiba-tiba karena melihat suatu barang, sedangkan lapar diskon adalah sebutan kalau Anda datang melihat suatu barang hanya karena ada pengumuman diskon atas barang itu."

"Contohnya?"

"Contohnya..., Anda datang ke pertokoan. Di situ ada rak besar yang penuh berisi barang-barang seperti sepatu. Mungkin tidak ada yang menarik dengan sepatu itu. Tapi, karena di atasnya digantung tulisan besar-besar yang mengumumkan kalau sepatu itu didiskon, 50 persen misalnya, maka Anda - mungkin - akan datang ke rak tersebut dan melihat-lihat."

"Terus?"

"Terus, karena sepatu itu didiskon, Anda lalu berpikir, 'boleh juga, nih, kalau saya beli... mumpung diskon'. Padahal, belum tentu sepatu itu Anda butuhkan. Iya, kan?"

Dia mengangguk-angguk lagi. "Iya, ya. Kadang-kadang saya memang begitu. Barang yang belum tentu bagus dan saya butuhkan di toko seringkali saya beli juga karena ada tawaran diskon."

"Jadi itu dia tiga penyebab boros, (1) Tidak memiliki batas terhadap diri sendiri, (2) Lapar Mata, (3) Lapar Diskon," saya lalu menyeruput minum saya. Laki-laki muda kenalan baru saya ini mengangguk-angguk. Entah apa yang dia pikirkan.


MENGATASI SIFAT BOROS

Pembaca, apakah Anda selalu boros dalam pengeluaran Anda? Bila ya, maka tips dibawah ini mungkin bisa membantu Anda untuk mengatasi sifat boros Anda: 


1.    Buat batasan terhadap diri Anda sendiri.
Kenapa Anda tidak coba membatasi pengeluaran Anda sendiri dan mencoba mematuhi batas tersebut? Anda bisa coba membuat Anggaran Pengeluaran Keluarga dan mencoba mematuhi anggaran tersebut. Ingatlah bahwa salah satu gunanya membuat anggaran adalah untuk membatasi diri Anda sendiri dalam mengeluarkan uang.

Sebagai contoh, kalau Anda rutin membeli baju baru setiap bulan, katakan Rp 200 ribu per bulan, maka buat anggaran sebesar - katakan - Rp 250 ribu per bulan untuk pembelian baju baru setiap bulan. Mengenai tinggi rendahnya angka anggaran tersebut akan kembali lagi kepada Anda, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Anda baru disebut boros kalau pengeluaran Anda melebihi dari yang seharusnya, atau melebihi dari batas yang sudah Anda tetapkan sendiri.


2.    Jangan mudah tertarik melihat suatu barang hanya karena barang itu bagus.
Jangan khawatir, tidak hanya Anda yang suka lapar mata. Terkadang saya sendiri juga sering lapar mata, dan ini manusiawi. Bedanya, ada orang yang bisa mengendalikan lapar mata itu, dan ada yang tidak. Ada banyak barang bagus di toko, tapi ketahuilah, kalau Anda tidak bisa mengendalikan lapar mata Anda, Anda akan terus menerus membeli, padahal uang Anda mungkin terbatas.

Tidak ada seorangpun yang bisa mengatasi lapar mata Anda, kecuali Anda sendiri. Bukan saya, bukan teman Anda, bukan keluarga Anda, tapi Anda sendiri. Percuma Anda memiliki anggaran kalau Anda masih juga sering lapar mata. Jadi, kendalikan lapar mata Anda.


3.    Jangan mudah tertarik melihat suatu barang hanya karena barang itu didiskon.
Tidak peduli berapapun diskonnya, kalau Anda memang tidak membutuhkan barang tersebut, kenapa Anda harus membeli? Suatu transaksi jual beli barang seharusnya terjadi karena adanya kebutuhan, bukan karena adanya diskon, entah berapapun besarnya diskon tersebut.

Baju yang biasa berharga Rp 100 ribu bukan berarti harus dibeli hanya karena harganya didiskon menjadi Rp 20 ribu, kan? Yang penting di sini adalah, apakah Anda membutuhkan barang tersebut, bukan karena apakah barang itu didiskon atau tidak. Ingatlah bahwa diskon dibuat agar Anda membeli. Betul enggak?

Sekali lagi, semua itu kembali kepada diri Anda. Anda sendirilah yang bisa mencegah sifat boros Anda. Saya tidak bisa mengubah Anda. Hanya Andalah yang bisa mengubah diri Anda. Tetapkan tekad terlebih dulu untuk mengubah sifat boros Anda, karena percuma Anda mencoba menekan sifat boros Anda kalau Anda tidak menetapkan tekad terlebih dulu dalam hati Anda.


Selamat mengatasi sifat boros Anda.


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More