Pada kesempatan ini kita akan membicarakan soal kecemasan dan kekhawatiran. Belakangan ini, pil dan obat anti depresan dan anti kekhawatiran semakin banyak dikonsumsi. Mungkin itu merupakan pertanda semakin banyaknya orang yang khawatir di dunia ini. Bahkan ada sebuah cerita lucu yang menggambarkan seorang eksekutif yang mengalami insomnia, penyakit sulit tidur. Ketika ditanya mengapa ia sulit tidur, ternyata penyebabnya adalah karena “setiap malam ia selalu khawatir malam itu ia tak akan bisa tidur.” Kekhawatiran tak bisa tidur itulah yang membuatnya sulit tidur. Hal yang ironis bukan?
Dr.Charles Mayo dari klinik Mayo yang terkenal pernah berkata bahwa kecemasan mempengaruhi sirkulasi serta seluruh sistem syaraf kita. Dia pernah mengatakan, “Saya jarang melihat seorang yang mati karena kelewat banyak kerja, tetapi saya tahu banyak sekali yang meninggal karena terlalu cemas dalam hidup mereka.”
Zig Ziglar, yang terkenal dengan bukunya, See You at the Top, mengutip hasil penelitian dari para psikolog yang mengatakan, “40% manusia cemas dengan sesuatu yang belum terjadi, sementara 30% cemas dengan apa yang telah terjadi, lantas ada 10% manusia yang khawatir soal dirinya yang tidak punya dasar, seperti soal kesehatan, masa depan, dll.”
Para pembaca, marilah kita lihat bagaimana perasaan cemas dan khawatir mempengaruhi berbagai aspek dalam hidup kita. Ada seorang analis pasar modal yang dituntut untuk ia begitu mencemaskan bagaimana jalan presentasinya. Dalam kecemasannya, ia sibuk mencari data dan waktunya habis untuk itu, sampai tak sempat mengolah datanya. Sebagai akibat dari kecemasannya, hingga akhir waktu presentasi, analisis tersebut bahkan tak punya waktu untuk mengolah data yang begitu banyak, yang telah berhasil ia kumpulkan. Presentasinya pun tidak berlangsung dengan mulus. Masalahnya, selama berminggu-minggu, yang ia lakukan adalah memberi makan kecemasannya, dengan cara mencari data dan data lagi. Padahal, mungkin jauh lebih baik jika ia sungguh-sungguh membuat persiapan presentasi dengan berlatih bukannya menghindar dengan alasan mencari informasi.
Kisah diatas mengingatkan kita pada kebiasaan burung unta. Konon kabarnya burung unta liar yang hidup di padang gersang, tatkala menghadapi yang datang menyerangnya, melakukan hal yang aneh. Ketika unta-unta ini merasakan kecemasan yang luar biasa, yang mereka lakukan justru membenamkan kepalanya kedalam pasir. Dengan tidak melihat musuhnya, mereka berpikir bahwa musuhnya telah pergi. Justru, dengan cara demikianlah, mereka menjadi santapan empuk pemangsanya.
Kisah burung unta menginginkan kita pada upaya-upaya untuk melarikan diri dari realita perasaan cemas dengan cara-cara yang justru tidak menyelesaikan masalah. Seorang anak, karena amat takut dan cemas terhadap ujian di sekolah secara tak sadar bisa mengembangkan mekanisme untuk melarikan diri. Bentuknya bisa sakit perut atau kecapekan. Di satu sisi, ia cemas akan hasil ujiannya, di sisi lain ia tidak melakukan apa pun, kecuali meningkatkan rasa cemasnya dengan tidak berbuat apa pun.
Ada contoh lain. Di suatu unit sales obat etikal, di suatu perusahaan farmasi, terjadi perubahan pada target sales. Perubahan itu terjadi satu setengah minggu sebelum masa tutup sales. Seorang pimpinan unit sales yang mendapatkan perubahan target itu begitu shock. Masalah, dalam waktu yang begitu mepet, ia mencemaskan bahwa target sales tak mungkin terkejar. Ia pun mulai membayangkan bagaimana jika target bulanan itu tak tercapai. Ia membayangkan bagaimana atasannya marah, memukul-mukul meja dan memaki tim mereka. Ia cemas, dan dalam kecemasannya itu ia merasa tidak bisa melakukan apa pun dan pasrah. Sementara itu di unit lain, seorang pimpinan sales di cabang kota lain yang mendapat informasi mengenai perubahan target ini sempat bingung. Mulanya ia juga khawatir bahwa target salesnya tak akan bisa tercapai. Namun, segera ia melupakan kecemasannya dan mulai berfokus pada apa yang bisa ia lakukan. Ternyata, di akhir masa tutup sales, berkat usahanya yang gigih, tanpa memperdulikan kecemasannya, justru tim mereka bisa mencapai target itu. Tim mereka pun mendapat pujian.
Ilustrasi di atas adalah gambaran mengenai orang-orang yang seringkali bisa dibuat lumpuh oleh kecemasan mereka. Emosi adalah sinyal. Kecemasan sebenarnya memberikan sinyal kepada kita untuk waspada, namun kewaspadaan yang berlebihan tanpa tindakan bisa berakibat lebih buruk.
Berikut adalah tips bagi Anda untuk menghadapi kecemasan akan suatu tugas di masa depan adalah :
1. Pikirkanlah apa akibatnya jika Anda hanya menunggu dan ber-”harap-harap cemas” tanpa melakukan apa pun. Apakah hal buruk yang bisa terjadi jika Anda tidak melakukan apa pun?
2. Buatlah rencana baru dan tindakan antisipasi. Siapkan suatu rencana dengan langkah-langkah kecil. Jika Anda berpikir bahwa penyelesaian tugas itu akan menjadi sesuatu yang sulit, mulailah dari hal yang kecil, sedikit demi sedikit. Pikirkanlah, sedikit itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Saya yakin, Anda akan heran betapa langkah-langkah kecil ini akan memotivasi Anda untuk mencapai hal yang lebih besar.