Saya telah mengumpulkan banyak kisah dan cerita nyata, bagaimana seorang sukses karena emotional challenge yang pernah dialami dalam hidupnya. Karena itu, pada kesempatan ini saya ingin membahas emotional challenge, karena kalau kita berhasil menghadapinya, kita juga akan menjadi pribadi yang jauh lebih berkembang daripada keadaan kita sekarang.Apakah emotional challenge ini? Emotional challenge pada dasarnya saya terjemahkan sebagai tantangan-tantangan yang menyentuh emosi kita. Justru karena tantangan emosi itu, kita jadi tergerak maju, membuat komitmen,melangkah dan akhirnya mencapai cita-cita kita.
Kali ini, saya ingin mengangkat kisah dari seorang pengusaha cat terkenal, Bapak Adidarma dari group perusahaan Propan Raya, yang menjadi perusahaan klien training kami. Kisah suksesnya ternyata dimulai oleh karena berbagai ejekan dan hinaan yang dia terima, saat ia baru memulai bisnisnya. Tatkala pertama kali Pak Adidarma memperkenalkan cat olahan pabrik mereka, dan menawarkan produknya ke pasar, beberapa pemilik toko menawarkan, bahkan menghina produk lokal buatannya. “Maaf kami nggak tertarik cat lokal. Soalnya kualitas cat lokal biasanya jelek!” selain itu, masih banyak hinaan lainnya. Sejak itu, muncul semacam rasa jengkel yang positif pada diri Pak Adidarma. Untuk menunjukkan bahwa produk cat lokal pun tak kalah bagusnya. Bertahun-tahun ia termotiovasi untuk mengembangkan catnya. Ia begitu tergerak untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, hingga akhirnya ia bisa membuktikan bahwa produk catnya mendapat mengakuan dan penerimaan pasar. Bahkan sekarang sudah diekspor.
Kisah sukses karena termotivasi secara emosional juga pernah dikisahkan oleh seorang wanita karir yang punya latar pendidikan sekretaris. Keluarganya terpaksa menyekolahkan dirinya ke sekolah D-3 sekretaris karena itulah cara tercepat untuk membantu meringankan kondisi ekonomi keluarga. Ia bercerita bagaimana keluarganya merupakan keluarga termiskin jika dibandingkan dengan keluarga paman serta tantenya. Lantas ia mengingat kembali bagaimana keluarganya sering dipandang secara hina. Ia merasa bahwa paman serta tantenya yang sukses memandang rendah ayahnya. Pernah dalam suatu kesempatan pertemuan keluarga, ayahnya ditertawakan didepan anak-anaknya. “Dasar mental miskin. Semua maju kok kamu nggak maju-maju. Paling-paling anakmu kalau sudah besar juga akan jadi kere kayak bapaknya.”
Si wanita yang kuliah di jurusan sekretaris itu terbangkitkan motivasinya. Dia berkata, “Saya marah, tapi juga merasa tertantang. Saya mulai berkata dalam hati, 'Saya akan buktikan bahwa saya bisa lebih sukses daripada semua anak mereka'.” Akhirnya ia pun mengorbankan waktunya untuk belajar dan berkarir dengan motivasi yang tinggi. Dari posisi sekretaris, ia sempat diangkat menjadi kepala bagian public relation hingga menempati posisi General Manager bidang Promosi dan Public Relation di suatu perusahaan IT. Belakangan, bahkan ia ditunjuk menjadi wakil direktur suatu perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi.
Tentang keberhasilannya, wanita itu berkata “Saya puas sekali bis menunjukkan kepada saudara-saudara keluarga besar bahwa kami pun bisa sukses. Rasanya itulah motivasi terbesar yang membuat saya sukses hingga sekarang.”
Masih banyak kisah sejenis yang bisa kita temukan. Ada seorang yang sukses menjadi dokter karena ketika pacaran ia diusir, karena dianggap kere dan miskin. Ada pula, seorang pebisnis senior yang terpaksa memulai dari nol, karena partnernya sempat mencibirnya sambil berkata, “Sekarang kamu akan rasain gimana jadi gembel. Kamu nggak punya apa-apa yang bisa dibanggakan. Tahu nggak?!”
Dalam usianya yang mencapai 50 tahun, ia harus memulai bisnis lagi. Dengan kemampuan teknisnya yang lumayan, ia pun memulai dari jasa servis dan reparasi elektronik yang harus dirintisnya dari bawah. Karena begitu termotivasi untuk membuktikan pada temannya, sekaligus karena ada keluarga yang masih harus diberi makan, akhirnya usahanya pelan-pelan merangkak naik.
Cerita seperti ini juga pernah dikisahkan oleh seorang Guru Besar yang berhasil. Ia menceritakan bagaimana dulu seorang dosennya pernah menghinanya dengan mengatakan dirinya “Idiot, bodoh dan tolol. Kamu tidak bakalan sukses di bidang ini.” Toh, akhirnya berkat tantangan itu, dirinya jadi terpacu untuk membuktikan bahwa ia bisa berhasil.
Cobalah sekarang pikirkan suatu situasi pengalaman Anda tatkala Anda pernah dicela, dihina atau bahkan disepelekan. Pikirkan kembali situasi itu, dan jangan marah dengan orangnya, tapi marahlah dengan kata-katanya, dan bangkitkan semangat dalam diri Anda bahwa kata-katanya salah dan Anda akan membuktikannya.
Bisa juga, Anda menggunakan suatu proses imajinasi. Caranya, bayangkan seorang kompetitor atau seorang yang Anda anggap hebat di bidang Anda. Ciptakan imajinasinya. Bayangkan seolah-olah orang itu menyepelekan, menghina atau mengatakan sesuatu yang buruk tentang diri Anda. Bayangkan, dan ciptakan suasana di mana Anda merasa tergetar dan tertantang untuk berhasil dalam hidup Anda.