Olga Lydia memang dikaruniai keindahan raga. Hidung mancungnya melekat sempurna di wajah oriental yang cantik. Tubuhnya tinggi semampai berpadu dengan kulit putih bersih. Tak heran jika, ia menjadi warga dunia hiburan yang cemerlang.Pamornya tetap bersinar di tengah derasnya arus pendatang baru yang membajiri dunia yang digelutinya itu.
Kecantikan itu seakan makin sempurna mana kala beradu dengan pemikirannya Sepertinya brain, beauty dan behaviour yang disebut-sebut sebagai syarat utama "kesempurnaan" seorang perempuan, dimiliki Olga. Ia tak hanya cantik, tapi juga cerdas dan punya kepedulian tinggi. Ia sangat fasih berbicara tentang persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini.2006 lalu, ia bergabung di barisan masyarakat penentang RUU Anti Ponografi dan Pornoaksi. Apa alasannya?
Di dalam blognya, Olga menulis sederet alasan cerdas mengapa ia menentangnya. Salah satunya, ia tak rela jika perempuan dilecehkan. "Menyimak, semua pasal dalam RUU ini, saya merasa kaum perempuan dilecehkan dengan dianggap sebagai penjaga moral dan sumber kemerosotan moral kaum laki-laki. Sehingga jika paha dan dadanya terlihat harus dihukum sebagai seorang kriminal," protesnya dalam blog. Olga juga menjadi bagian dari warga dunia yang terlibat aktif dalam kampanye anti-pemiskinan global yang diprakasai oleh PBB. Artinya, Olga punya komitmen untuk memberantas faktor-faktor penyebab kemiskinan yang membelenggu bangsa ini. Karena memberantas kemiskinan memang harus dilakukan bersama-sama. Kondisi lingkungan yang kini makin parah, juga menjadi perhatian Olga. Ia aktif dalam kampanye pemulihan sampah. "Keadaan lingkugan sangat berkaitan dengan kehidupan manusia dan itu bisa memberikan energi bagi kelangsungan hidup orang banyak. Karena polusi yang terjadi sekarang ini memberikan kontribusi yang besar bagi keadaan seseorang.
Karena itu saya ikut dalam kampanye pemulihan sampah. Ini juga bentuk tanggung jawab sosial saya," jelasnya pada Rumintar dari Bahana. Melihat sepak terjangnya, beberapa parpol berebut meminangnya. Namun, dengan bijak Olga menolaknya. "Saya hanya ingin menjadi orang biasa," katanya dalam sebuah situs. Yah, itulah Olga Lydia. Dari hari ke hari, kapasitasnya makin membesar. Mengawali kariernya sebagai model. Tahun 1994, ia menetas lewat pemilihan model sebuah majalah perempuan. Namun, baru 1999, ia menapakkan kaki ke ranah hiburan. Ini sesuatu yang tak lazim. Di dunia hiburan, kita mengenal "senjata sakti" meraih sukses. Senjata itu bernama aji mumpung. Biasanya, setelah namanya dikenal publik seorang model langsung "beredar" di mana-mana. Kemana saja, ia selama vakum lima tahun? "Menyelesaikan kuliah," katanya singkat. Sebuah jawaban yang terdengar klise. Namun, sebenarnya menggambarkan apa yang menjadi prioritas hidupnya. Bagi Olga, pendidikan dan ilmu pengetahuan memang penting. Hmmm....kini kita mafhum mengapa ia menjadi Olga yang seperti sekarang. Tak hanya sekadar model yang mengandalkan keindahan raga semata. Namun, ia juga punya misi dalam hidupnya.
Tuhan Terlalu Baik
Semua yang dilakukannya itu adalah bentuk rasa terima kasih atas kebaikan Tuhan yang telah ia terima selama ini. "Bentuk kasih kita pada Tuhan harus ditunjukkan dengan kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat," kata duta BKKBN ini. Terlepas dari itu semua, ia sadar dirinya bukan orang suci: yang taat dan patuh pada semua peraturan Tuhan." Kesalahan-kesalahan, pasti ada, saya tidak munafik!" tutur top model Indonesia itu. Dan justru kebaikan Tuhan di tengah ketidakbaikannya inilah yang membuat bungsu dari lima bersaudara ini malu hati. "Saya merasa malu sama Tuhan karena selalu meminta. Tapi saya akui juga kalau bukan hanya saat susah saja saya ingat Tuhan. Dalam senang pun saya selalu ingat Tuhan." Bukan saja dalam doa ia ingat Tuhan dalam rasa takjubnya atas karya Allah. Ketika di pantai atau melihat alam ia pun mengagumi keindahan karya-Nya yang indah tersebut. "Misalnya kalau lihat pemandangan alam yang indah atau pantai, dalam hati saya sampaikan kekaguman saya atas ciptaan-Nya," ujarnya diikuti senyuman.
Kembali ke soal permintaan,kini ia lebih bijak menyikapi seputar permintaan-permintaan yang disampaikannya pada Tuhan. "Request saya sih banyak, tapi saya yakin Tuhan tahu apa yang terbaik untuk saya. Jadi ketika minta dan belum juga terjawab itu berarti nggak baik untuk saya. Atau pun ternyata Tuhan kasih setelah beberapa tahun kemudian." Sebab itu Olga mengartikan Tuhan dalam hidupnya sebagai teman yang sepanjang hidup selalu ada bersamanya."Walau pun terkadang saya kesal dan kecewa, saya tahu Dia itu selalu memberikan kejutan manis buat saya. Jadi saya pikir Tuhan itu sangat baik dan itulah yang membuat saya terasa sangat akrab dengan-Nya."Untuk tidak jadi jumawa dengan semua rejeki yang ia terima, ia pernah diingatkan Tuhan. Satu kali ia pernah mewawancarai penyanyi luar yang meski sangat poplar tetap ramah dan ren-dah hati.
"Artis sekaliber William, dari Amerika yang dikenal juga berteman baik dengan Michael Jackson dan Bobby Brown tapi tetap bisa rendah hati dan ramah. Bagi saya itu seolah menyadarkan saya untuk jangan pernah sombong."Diakui Olga keluarga, terutama mama dan berlatar belakang sekolah Katolik cukup memiliki kontribusi berarti dalam menjaga keimanannya. Sang mama yang selalu mengingat-kannya untuk pergi ke gereja. Pesan-nya selalu diingat Olga, Jangan lupa, berdoa. karena doa memiliki kuasa.Untuk ini, ia punya kisah sendiri. Satu kali pergi ke luar kota dan ia harus tidur seorang diri, teman-teman dan crew bertanya kok berani tidur sendiri? Karena ia tak pernah meremehkan kuasa doa, justru ia balik bertanya pada temannya, "Apa yang harus ditakutkan?! Untuk saya setelah berdoa saya yakin semuanya akan beres, dan itu sudah terbukti!" kisahnya.
Persoalan: Seninya Kehidupan
Perjalanan hidup dan karier duta BKKBN ini, bisa dibilang selalu mulus. "Kehidupan pribadi dan karier saya ber-jalan dengan lancar. Malah saya berpikir bahwa Tuhan itu terlalu baik kepada saya. Misalnya, saya pernah ingin sekali men-coba seni peran. Saya berdoa dan nggak lama dikasih FTV bahkan langsung mendapat penghargaan Asian TV Award di Singapura. Bagi saya itu luar biasa. Nggak pernah kebayang!"Kendati demikian hidupnya bu-kanlah bebas tanpa masalah. Prinsipnya ia lebih memilih menghadapi masalah daripada mengeluhkannya. Tapi ketika ditanyai berbagai macam persoalan yang pernah ia alami, ia justru melihat masalah dari sisi lain. "Saya hidup nggak ngoyo. Kalau memang ada masalah saya nikmati dengan melewatinya. Tidak lari atau malah menghindar. Kalau lagi senang ya dinikmati juga. Kesedihan dan persoalan hal biasa. Justru itu seninya," jabarnya panjang tanpa mau berbagi satu pun masalah yang dihadapinya.Menurutnya lagi kesenangan dan kesedihan adalah variasi hidup. "Kalau senang terus juga nggak baik!" imbuh-nya singkat.Pemilik wajah oriental ini yakin bahwa persoalan dan kesedihan secara alamiah akan menghampiri hidup setiap manusia di dunia ini. Mau tak mau harus dilewati. "Karena saya tahu masalah pasti ada dan harus dilewati jadi saya tenang menghadapinya dan yakin selalu ada jalan ke luar yang dise-diakan Tuhan," tutur pelahap buku itu.
Pekerja Keras
Selain berkat Tuhan, semua pencapaian Olga dalam kariernya tak lain adalah karena kerja kerasnya. "Saya melihat bahwa di entertain butuh pribadi-pribadi pekerja keras bagi. Untuk berhasil dan maju ya memang harus demikian," jelas penghobi baca itu. Yap! Kerja keras adalah kunci keberhasilan Olga menaklukkan dunia glamour yang ketat dengan persaingan.Lebih dalam, ia mengakui keber-hasilannya dalam membawakan sebuah acara adalah berkat kerja keras sebuah tim. Ia mencontohkan, ia tak bisa berbuat apa-apa tanpa ada orang di belakang layar. Dari pembuat script sampai jasa wardrobe. "Dengan mengingat ini aku nggak pantes untuk sombong!" tegas Olga yang menyandang profesi sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Masalah yang Mengalami Kebuntuan - Usus Buntu di Republik Mimpi itu. Karena itu pula, kapasitas Olga di dunia hiburan juga makin membesar. Berbagai profesi pernah disandangnya; model, presenter, pemain sinetron.
Dan, kini, ia menjajal kemampuannya sebagai produser film Republik Mimpi (RM). Acara parodi politik yang kini ditayangkan di TV One itu, dibawakan oleh Olga bersama Anya Dwinov.Tugas Olga sebagai eksekutif pro-duser adalah sebagai bos untuk men-gatur segala keperluan produksi film itu. Misalnya saja Olga akan mencari sutradara, penulis film, dan memberi-kan ide konsep bersama tim RM yang lain. "Jadi produser adalah sesuatu yang baru buat saya. Saya masih belajar. Dan saya tidak sendiri tapi dibantu oleh tim yang lain," ungkapnya. Di sini, ketang-guhan Olga kembali diuji. Begitulah Olga, ia sedang gencar melakukan misi hidup di dunia-nya, yaitu dunia hiburan. Setiap orang juga punya tugas sama. Hanya, tinggal bagaimana ia menjalaninya; sung-guh-sungguh atau seenaknya? Sepertinya, Olga masuk golongan pertama, bagaimana dengan Anda?