Nah mari kita bicara soal EQ ini lebih jauh. Pembaca, yang jelas, dalam berbagai siaran radio maupun siaran TV 'Motivatalk' saya di SUN TV terkait soal Kecerdasan Emosi yang saya pandu, pertanyaan yang seringkali muncul adalah: bagaimana dong langkah-langkah sistematis supaya saya bisa mengembangkan EQ saya baik di rumah maupun di tempat kerja? Nah, kali ini kita akan belajar dari suatu model pengembangan Kecerdasan Emosional yang mengacu pada buku bestseller soal Kecerdasan Emosional yang saya tulis yakni buku Emotional Quality Management atau yang biasa disingkat menjadi EQM.
Di dalam buku Emotional Quality Management, tersebut saya memberikan tips 4 langkah utama untuk mengembangkan EQ Anda yang sering saya sebut sebagai Tangga Kecerdasan Emosional atau tangga EQ. Nah, bagaimanakah tangga EQ ini?
Inilah tangga yang perlu Anda naiki untuk membangun kecerdasan emosional yang lebih tinggi. Diibaratkan seperti tangga yang perlu Anda naiki, maka satu tangga akan menjadi dasar untuk membangun tangga lainnya. Dan sebelum Anda mantap di suatu tangga, ada kemungkinan besar Anda akan mengalami kesulitan di tangga berikutnya. Jadi, apa saja tangga-tangga kecerdasan emosional ini?
Pembaca, tangga pertama adalah tangga yang saya sebut sebagai tangga kesadaran atau Emotional Awareness. Di tangga yang pertama ini isinya mencakup kemampuan Anda secara sadar untuk membuat pilihan-pilihan atas hidupnya. Dan di tahapan awal ini, kompetensi terpenting adalah terus-menerus melatih kemampuan Anda untuk memilih pikiran-pikiran yang akan mempengaruhi perasaan Anda. Berikutnya, dari perasaan Anda, hal tersebut akhirnya akan berdampak pula pada tindakan Anda. Jadi, jika Anda mengikuti kelas komprehensif Kecerdasan Emosional yang kita seringkali selenggarakan dalam setiap kuartal, inilah prinsip yang seringkali kita mainkan lewat berbagai game yang seringkali kita sebut sebagai prinsip THINK - FEEl dan ACT (berpikir - merasa dan bertindak). Hal penting di tangga pertama ini adalah bagaimana Anda mulai bisa memilih untuk menjadi manusia yang bukan tergolong manusia 3C. Apa itu 3C? 3C adalah singkatan dari complain (mengeluh), condemn (menyalahkan orang lain dan sekitar) lantas criticize (banyak mengkritik). Tetapi, yang penting yang perlu Anda pelajari di tangga pertama ini adalah Anda punya kuasa dan bisa memutuskan untuk menjadi penyebab dan bukan sekedar menjadi korban atas apa yang terjadi dalam kehidupan Anda. Intinya adalah Anda bisa membuat pilihan-pilihan sendiri atas bagaimana Anda akan bereaksi terhadap apa yang terjadi pada diri Anda. Dengan demikian, Anda mungkin tidak bisa mengendalikan apa yang akan terjadi tetapi Anda bisa membuat pilihan mengenai apa yang akan Anda lakukan. Bicara soal ini, salah satu kisah favorti saya adalah kisah tentang putera raja Louis XVI yang terkenal dimana ia menolak kehidupan dalam martabat yang rendah. Ceritanya, setelah ayahnya digulingkan, si pangeran ini pun dibesarkan dan dimasukkan ke tempat-tempat yang mengajarinya dengan segala hal yang buruk. Ia ditempatkan diantara penjudi, pemabuk dan pelacur. Tapi luar biasanya, si putra raja ini tidak terpengaruh sama sekali. Si putra ini mempunyai kesadaran diri yang luar biasa. Bahkan, kesadaran diri yang tinggi ia ungkapkan dengan kalimat, “Saya tahu saya ditempatkan di tempat yang bisa mempengaruhi saya secara buruk. Tetapi saya memilih untuk tidak terpengaruh olehnya. Sebab saya tahu dan sadar kalau saya ini adalah putra seorang raja”. Nah, pertanyaannya kepada Anda adalah bagaimana dengan pilihan-pilihan dalam hidup Anda? Apakah Anda menyadari serta memutuskan dengan sadar pilihan-pilihan Anda ataukah Anda membiarkan lingkungan, kejadian serta peristiwa yang mempengaruhi Anda sehingga Anda biasanya hanya meratapi, mengeluh atau menyalahkan situasi? Ingatlah, Anda bisa membuat pilihan. Apapun yang kini terjadi dan Anda alami, sebagian besar adalah hasil dari pilihan-pilihan yang telah Anda buat!
Berikutnya, langkah kedua adalah penerimaan atau yang biasanya saya sebut sebagai Emotional Acceptance. Yang jelas, penerimaan diri merupakan salah satu tema penting untuk membangun rasa percaya diri positif yang Anda tunjukkan setiap harinya. Di dalam suatu konsep terkenal yakni Psikosibernetik yang dikembangkan oleh dr.Maxwell Maltz, sangat ditekankan bahwa “Untuk memiliki rasa percaya diri utuh yang ditampilkan keluar, orang harus mampu melihat dirinya berharga terlebih dahulu.” Penerimaan diri yang baik adalah dasar untuk berinteraksi secara sehat dengan orang lain. Perhatikan bagaimana kisah dan sejarah orang-orang terkenal, kadang tidak dimulai dengan kondisi dan latar belakang yang bagus, tetapi mereka mampu menerima bahkan berdamai dengan masa lalunya. Inilah yang perlu Anda miliki. Contoh yang paling menarik adalah kisah Oprah Winfrey. Kalau Anda tahu kisah hidupnya, bahkan diceritakan bagaimana Oprah pernah hamil di usia remaja bahkan lari dari rumah. Orangtuanya pun tidak harmonis. Namun, dalam perjalanan hidupnya, akhirnya ia belajar untuk menerima diri serta masa lalunya yang buruk secara positif. Bahkan, tak segan-segan ia menceritakan masa lalunya tersebut. Tetapi, justru penerimaannya yang utuh itulah yang membuatnya bisa tampil secara otentik dan ia pun dicintai dan dipuja oleh banyak orang. Nah, kembali ke diri Anda sendiri. Sudahkah Anda mencintai dan menghargai diri Anda? Yang saya maksudkan bukanlah mencintai diri yang sifatnya narsis yang meremehkan orang lain. Tetapi, Anda bisa merasa bahagia dan nyaman dengan diri Anda termasuk segala kekurangan serta kelemahan yang Anda miliki. Namun, di sisi lain, Anda pun menghargai dan bisa mengapresiasi kesuksesan dan kehebatan pada diri orang lain.
Berikutnya pembaca, langkah selanjutnya atau langkah ketiga ini terkait dengan kemampuan networking kita atau yang biasa saya sebut sebagai Emotional Affection. Bagian ini mencakup bagaimana kita mampu berelasi dengan sehat dan harmonis dengan orang lain. Oleh Daniel Goleman, tahapan ini seringkali disebut sebagai kecerdasan sosial atau social intelligence. Nah, apa saja isi dari social intelligence ini? Intinya, hal ini mencakup kemampuan Anda dalam berinteraksi dengan berbagai orang dengan tipologi yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya adalah juga kemampuan Anda untuk membaca berbagai bahasa verbal dan non verbal serta bagaimana kemampuan Anda dalam mengisi Rekening Bank Emosi yang positif kepada orang lain. Dan yang menarik, pada dasarnya, dikatakan bahwa ada penelitian neuroscience yang menemukan adanya mirror neuron pada diri manusia yang menjelaskan bahwa pada manusia terdapat potensi kemampuan bersosialisasi yang tinggi. Bagian otak inilah yang membuat kita mampu beradaptasi dan menjadi salah satu kunci evolusi manusia dari jaman dahulu hingga sekarang. Manusia bukanlah mahkluk terkuat di planet ini tetapi berkat kemampuan beradaptasinya itulah yang membuatnya mampu bertahan. Prinsip inipun menjaleskan bahwa kita punya kemampuan beradaptasi yang luar biasa terhadap berbagai situasi dan kondisi. Sayangnya, kemampuan ini bagi banyak orang, jarang dilatih dan dikembangkan.
Akhrnya, tangga yang paling akhir disebut sebagai tangga Penguatan atau Emotional Affirmation. Dalam tahapan ini tercakup kemampuan untuk terus memotivasi diri dan juga memotivasi orang lain saat menghadapi tantangan. Tahapan inilah yang oleh Paul Stoltz disebut sebagai Adversity Quotient (AQ) atau kecerdasan menghadapi tantangan. Salah satu kisah terbaik soal Emotional Affirmation adalah kisah penjual door to door terkenal, Bill Porter. Meskipun cacat sejak lahir, kisah kesabaran dan kegigihan bahkan menginsprasi dibuatnya sebuah film tentangnya. Bahkan, saat ini ia menjadi top retail salesman di perusahaan sabun Watkins serta menguasai penjualan di empat wilayah di Amerika.
Demikianlah, 4 Tangga Kecerdasan Emosional ini bisa menjadi dasar acuan yang sistematis bagi Anda yang ingin mengembangkan kecerdasan emosional Anda. Semoga sekelumit penjelasan empat tangga EQ ini membuat Anda lebih semakin cerdas EQ lagi!
Oleh : Anthony Dio martin