Saat menghadapi berbagai situasi yang tidak menyenangkan, apa yang kita lakukan? Jujur saja, kebiasaan kebanyakan dari kita adalah ‘arrrghh’, kita mulai mengatupkan rahang kita. Otot-otot kita menegang dan siap untuk menghadapi ancaman. Siap berantem, siap berkelahi ataupun siap dengan reaksi bertempur. Saat inilah instink kita bekerja. Kadang, seperti yang banyak diceritakan oleh sebagian besar peserta pelatihan saya, reaksinya begitu cepat sehingga responnya tidak sempat disadari lagi.
Seorang peserta workshop Kecerdasan Emosional saya menceritakan suatu pengalamannya begini, “Saya sudah terlambat ke kantor. Pas waktu itu buru-buru dan mobil saya masuk ke gedung. Ternyata pas di depan ada mobil yang keluar, dan ada ruang kosong. E, ternyata dari arah yang berlawanan ada mobil lain yang langsung nyelonong memasuki ruang kosong itu. Saya klakson tapi dicuekin. Malah setelah parkir, wanita itu dengan tergesa-gesa tanpa rasa bersalah, lari masuk ke gedung. Saya akhirnya parkir di tempat lain. Tapi, saya masih tetap jengkel. Saya datangi mobil wanita itu. Saya baret cat mobil itu. Lalu saya kempiskan ban depan mobilnya. Saat itu saya pun merasa puas, tetapi malamnya saya merasa bersalah juga. Kenapa saya kok jadi jahat begitu ya?”
Peserta yang lain cerita juga. Saat itu, ia sedang les bahasa Inggris. Ada seorang temannya yang suka mengolok-olok orang. Saat itu, ia tergesa-gesa masuk karena kelas sudah dimulai. Ketika mengambil kursi yang kosong, si guru les sempat berkomentar, “Good evening. You’re late again!”. Saat itulah ia mendengar temannya yang suka mengolok-olok itu turut mengomentari, “Iya Miss. Telat supaya cari perhatian kok! Ha..ha…ha..” Saat itulah si peserta ini berkata bahwa ia naik pitam dan tasnya langsung ia lemparkan ke muka si peserta ini. Hingga lulus les, si peserta ini cerita ia tidak pernah berkomunikasi apapun lagi dengan si tukang olok-olok itu.
Dua kisah ini menggambarkan bahwa ada berbagai situasi yang kadang kita tidak antisipasi yang bisa terjadi begitu saja. Karena terjadi secara mendadak maka hal ini seringkali memicu respon otomatis kita. Respon untuk jengkel, marah ataupun geram. Dan dari reaksi emosi ini kemudian, muncullah reaksi sikap atau perilaku yang akhirnya kemudian tidak menyenangkan. Dan sayangnya, reaksi emosi itu terjadi begitu cepatnya, dalam hitungan sepermili detik sehingga tidak sempat disadari. Justru saat kita sadar, semuanya sudah terlambat sehingga membuat kita menyesal.
Hati-hati Emosi Tak Terkendali
Respon emosi otomatis tak terkendali, harus diwaspadai. Masalahnya, respon inilah yang banyak memicu perilaku maupun tindakan-tindakan yang tidak dikehendaki, tidak disadari bahkan juga mengarah pada tindakan kriminal. Saya teringat dengan berbagai kasus criminal yang pernah saya baca dan ingat yang terjadi secara spontan seperti ini. Misalkan saja, seorang suami yang menyiram istrinya dengan air keras ketika si istri menolak tidur dengannya, bahkan kata-katanya dianggap penolakan yang menghina. Begitu pula, seorang penjaga warung menikam korban. Dikisahkan ulang bahwa si korban ini mulanya ditagih hutangnya tetapi malahan justru si penjaga warung ini naik pitam lantaran si kroban ini balas menggertak. Karena marah, si tukang warung mengambil belati di rak serta seketika menikam si penghutang tersebut. Semuanya kejadian di atas berlangsung dengan cepat dan menimbulkan penyesalan berkepanjangan.
Bukan saja di masyarakat, bahkan dalam kehidupan di kantor pun kadang proses ‘fast track’ ini terjadi. Misalkan saja, seorang kasir yang melemparkan kalender meja ke muka nasabah yang ngomel-ngomel. Karena tidak tahan di kata-katai, si kasir itu langsung melemparkan kalender yang ada di depan mejanya. Tentu saja, ini berakibat fatal bagi karir si kasir tersebut. Begitu pula, seorang sales yang ngamuk dan mengata-ngatai dengan kasar seorang calon prospeknya karena dianggap menghina perusahaannya tempat ia bekerja. Begitu pula, seorang bawahan memaki balik atasannya lalu memutuskan keluar dan jadi pengangguran setelah naik pitam dimarahi oleh atasannya.
Sebenarnya, sudah sangat jelas sekali, apa akibat dari respon-respon emosi yang tidak dikendalikan dengan baik. Hal ini bisa mengakibatkan konflik, kesalah pahaman, hubungan yang rusak, karir yang terhambat, pertengkaran, perselisihan bahkan kriminalitas yang berakhir di penjara. Singkatnya, respon-respon emosi yang tidak dikendalikan berdampak besar terhadap kesuksesan perjalanan karir, hubungan ataupun kehidupan kita.
Jangan Biarkan Emosi Mengendalikan Kita
Suatu pepatah Indian kuno yang bagus mengatakan, “Kita tidak bisa menghalangi burung melintas di atas kepala kita. Tetapi kita bisa mencegah agar burung tersebut tidak bersarang di atas kepala kita”. Sama seperti itulah, dalam perjalanan kehidupan kita setiap haripun kita pasti akan mengalami ‘burung-burung masalah’ yang tidak kita kehendaki yang hingga ke dalam kehidupan kita. Masalahnya sekarang, kita tidak bisa mengendali ‘burung masalah’ tersebut tidak mampir dalam hidup kita tetapi kita bisa membuat agar ‘burung masalah’ tersebut tidak mengganggu hidup kita. Bagaimanakah caranya?
Pertama, bersikaplah antisipatif. Antisipatif berbeda dengan sikap paranoid yang selalu curiga akan ada hal buruk yang terjadi. Antisipatif berarti menyiapkan mental kita kalau seandainya ada hal-hal yang tidak diduga yang terjadi, Anda sudah siap dengan kemungkinan buruknya. Sikap inilah yang sebenarnya kita bisa tiru dari para atlit dalam olah raga. Banyak kemungkinan dan situasi yang memicu emosi yang bisa membuat situasi bertambah buruk. Namun, mereka diajari untuk mengantisipasi situasi yang buruk. Hal inilah yang dengan tepat dikatakan oleh seorang pelatih atletik Inggris terkenal serta mantan President of the European Athletics Coaches Association yaitu, “Anda tidak selalu bisa kendalikan ataupun memilih situasi di arena yang Anda, tapi Anda selalu bisa antisipasi dengan mengubah atau memilih respon Anda”
Kedua, tekanlah tombol ‘PAUSE’ Anda sebelum Anda melanjutkan film kehidupan Anda berikutnya. Ibaratkan kalau Anda sedang menonton film kehidupan Anda, cobalah berhenti sejenak untuk memikirkan scenario seperti apakah yang Anda harapkan terjadi.
Ketiga, pastikan Anda memikirkan apakah pilihan-pilihan yang tersedia bagi Anda. Untuk bisa memikirkan pilihan-pilihan ini memang Anda harus dalam kondisi tenang dulu. Ingatlah selalu, dalam prinsip kecerdasan emosional, tatkala Anda stress, maka Anda berada dalam situasi yang tidak bisa berpikir secara kreatif dan jernih. Karena itu, cobalah tenangkan diri Anda sejenak. Hal ini bisa diolakukan misalkan dengan: minum air, menarik nafas panjang, mengalihkan pikiran kepada hal yang lain sejenak atau bahkan berdoa singkat dalam hati.
Keempat, pastikan reaksi Anda sempat memikirkan akibat jangka panjangnya. Celakanya banyak orang bereaksi secara cepat tetapi tidak pertimbangkan akibat jangka panjangnya. Inilah yang mengakibatkan terjadinya tindakan criminal, dll. Paling bagus adalah Anda memikirkan berbagai konsekuensi dari tindakan-tindakan yang akan Anda lakukan. Intinya, kendalikan emosi Anda dan jangan biarkan emosi yang mengendalikan Anda!
Oleh : Anthony Dio martin