“Cleanliness is indeed next to godliness” (Christopher Morley)
Saat tinggal di Vancouver, saya selalu menjumpai semacam ritual setiap musim panas tiba. Pada musim itu, sering digelar garage sale. Banyak keluarga berusaha membersihkan gudang dan seluruh rumah mereka dari barang-barang yang sudah tidak berguna lagi. Barang-barang yang tak terpakai lagi itu dikumpulkan dan ‘dibuang’ dengan cara dijual di depan garasi mereka. Biasanya, barang-barang yang dijual itu pun masih dalam kondisi bagus. Tentu saja, bagi pemiliknya, barang-barang itu sebetulnya mengganggu dan hanya sampah.
Dalam kehidupan kita pun, banyak ‘sampah’ yang tanpa sadar terus-menerus kita timbun. Tanpa sadar, sampah itu mulai mensabotase hidup Anda. Saya mempunyai satu saran untuk dilakukan. Agendakan waktu Anda beberapa hari dalam satu tahun untuk melakukan pembersihan sampah kehidupan Anda. Manfaatnya bakalan luar biasa. Stres akan berkurang. Hidup terasa lebih nyaman. Laju produktivitas Anda juga meningkat.
Sebelumnya, Anda perlu memahami beberapa sampah dalam kehidupan Anda. Lalu seleksilah dan kemudian buanglah. Saya menyarankan minimal ada 7 sampah kehidupan yang layak disikapi.
Sampah pertama? Jelas, yakni barang-barang di sekitar Anda. Barang-barang yang telah Anda kumpulkan selama bertahun-tahun. Barang-barang itu teronggok dan jarang dijamah lagi. Barang-barang itu biasanya Anda pikirkan sebagai suatu yang sayang kalau dibuang. Tapi, Anda sama sekali urung untuk menyentuhnya. Seperti kertas atau brosur yang terserak di meja atau rak-rak buku. Anda pikir semua itu masih berguna nantinya. Tapi, dalam praktik, Anda tidak pernah menyentuhnya. Akhirnya, kertas itu menumpuk dan menyatu dengan debu dan menimbulkan kesan tidak nyaman.
Selain itu, perhatikan juga barang-barang yang sudah rusak atau produk yang sudah melewati tenggat expiry date. Termasuk barang-barang yang sebenarnya sudah tidak Anda gunakan lagi, tetapi dirasa sayang kalau dibuang. Seperti tumpukan baju mahal yang teronggok di dalam lemari. Bersikap dan berpikirlah realistis. Ada barang yang mungkin seumur hidup Anda, tidak akan berguna lagi. Daripada menggunung dan mengganggu, buanglah jauh-jauh barang tersebut. Biarkan ruang hidup Anda terasa plong dan berudara nyaman. Situasi ini bisa meningkatkan produktivitas Anda. Anda tidak perlu berlama-lama mencari barang karena begitu banyaknya tumpukan barang tak berharga tergeletak dan menyatu dengan debu.
Sampah kedua adalah zat-zat tidak berguna di dalam tubuh. Ini pun perlu Anda bersihkan. Tak jarang, karena pola makan dan hidup tidak teratur, tubuh kita menimbun tumpukan zat-zat yang mengganggu kesehatan. Perlulah Anda mengeluarkan zat-zat itu dengan rajin berolahraga atau pun mengalami proses detox. Proses ini merupakan upaya mengeluarkan berbagai racun dan sampah dalam tubuh. Detox tidak perlu mahal. Ada satu jenis detox murah dengan rajin mengkonsumsi buah-buahan atau jus segar selama beberapa hari.
Sampah ketiga adalah sampah-sampah dalam relasi sosial kita. Sebagai mahkluk sosial, kita membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Tapi, ada saatnya kita memberikan evaluasi pada orang-orang di sekeliling kita. Kita tidak membuang mereka. Robert Kiyosaki, penulis terkenal mengatakan, “…kita perlu mengambil jarak dengan mereka yang bisa mencuri mimpi kita…” Mereka mengkondisikan kita tidak berhasil dari perwujudan mimpi-mimpi itu. Menjauhi tidak selalu berarti fisik. Nah, Anda mencoba mengambil jarak dengan situasi yang gemar meremehkan, membuat Anda tidak bersemangat, patah arang, atau terdemotivasi. Kita sebaiknya sadar dan waspada pada kondisi ini.
Sampah kelima adalah sisa-sisa masa lalu yang menjadi penghambat kehidupan kita sekarang. Sampah itu bisa berupa luka-luka batin yang masih terus-menerus dan kita bawa hingga sekarang. Akibatnya menjadi beban yang luar biasa beratnya. Ini bisa berupa sampah-sampah sisa kejayaan masa lampau yang terus-menerus kita bawa terus sebagai nostalgia tanpa mau meningkatkan diri. Kita terbekap pada romantisme masa lalu. Ada seorang artis tua yang setiap saat selalu menyombongkan kejayaannya. Tapi, tidak mengembangkan diri pada saat sekarang. Akibatnya? Ia tersisihkan.
Sampah keenam adalah sampah pikiran kita. Banyak pikiran yang membentuk kehidupan Anda sekarang. Di antara pikiran itu ada yang Anda warisi dan ada pula yang Anda pelajari. Ada yang bagus, tetapi ada pula yang menghambat. Sadari sampah pikiran itu, dan belajarlah membuangnya. Katakan lagi kepada pikiran itu dengan pikiran lain yang menurut Anda lebih memberdayakan. Untuk membuang sampah pikiran ini, ada baiknya Anda mengambil waktu untuk rileks atau bermeditasi sejenak. Renungkan keyakinan dan nilai-nilai yang Anda hayati. Cek lagi mana yang baik dan mana yang membuat hidup Anda makin keropos.
Akhirnya, sampah terakhir adalah, tentunya kalau kita menganggap diri sebagai mahkluk spiritual, adalah sampah dosa kita. Timbunan dosa kita bisa membuat kita terjerat. Efeknya bisa sampai pada kehidupan kekekalan kita. Sesekali ada baiknya kita menilai pula apa hal-hal keliru dan ‘dosa’ menurut keyakinan kita yang masih terus-menerus kita nikmati. Dalam prayer therapy dikatakan dosa dan dilema atas kesalahan melawan hati nurani, akhirnya akan menghambat laju kehidupan kita. Ada pemikiran menarik pula, jangan sampai dosa menghambat rencana Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita.
Semoga dengan membersihkan sampah kehidupan kita, hidup kita menjadi lebih bersemangat, lebih damai, dan lebih optimal. Kebersihan benar-benar pangkal kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan batin kita. Awalilah dari rumah Anda!
Sumber : hrexcellency.com