blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Be an Authentic Leader to Lead Gen Y


Pengalaman memimpin sebuah perusahaan startup digital adalah pengalaman mengelola workforce yang terdiri dari 90% — bahkan lebih — generasi Y. Kelompok workforce berusia 22 hingga 32 tahun ini (yang lahir tahun 1980-an) akan segera mendominasi keseluruhan workforce di Indonesia, dimana saat ini sudah terjadi di industri kreatif dan digital.
Banyak sekali studi sudah dilakukan mengenai gen Y. Kelompok umur ini sangat menarik para peneliti maupun publik secara umum karena memiliki karakteristik unik yang mewakili era saat ini. Era yang ditandai dengan keterbukaan dan serba cepat/instan ini yang salah satunya dipicu oleh perkembangan tren teknologi informasi.
Sesuai dengan eranya, gen Y memiliki sifat-sifat seperti sangat percaya diri, suka tampil, ambisius, yang seringkali menimbulkan efek samping sulit diatur. Mereka bukan tipe yang manut-manut saja, tetapi selalu membutuhkan nalar dari setiap tindakan, untuk dicocokkan pada nalar mereka sendiri.
Mereka bukan tipe yang mengikuti hanya karena senioritas ataupun jabatan. Mereka perlu merasa melakukan sesuatu atas dorongan inisiatif sendiri, bukan karena disuruh. Di dalam darah mereka mengalir kebutuhan untuk membuktikan diri sendiri bahwa mereka bisa.
Karena keinginan berprestasi sudah ada dari sananya (alamiah) bagi mereka, tugas manajemen (perusahaan) adalah menciptakan sebuah lingkungan agar mereka dapat berprestasi secara maksimal. Termasuk dalam pertanyaan gaya manajemen adalah, seberapa besar kontrol yang harus diterapkan perusahaan kepada karyawan? Terlalu banyak kontrol menunjukkan kepercayaan yang rendah dan dapat mematikan kreativitas. Terlalu sedikit kontrol khawatir karyawan bertindak seenaknya dan tidak mendukung kepentingan bisnis perusahaan.
Dari pengalaman saya sendiri, dalam mengatasi gen Y dengan karakteristik seperti dikemukakan di atas, kebanyakan kita atur malah menimbulkan efek turn off, sehingga pada akhirnya hasilnya tidak efektif. Mereka membutuhkan lingkungan dimana mereka bisa bebas berekspresi sekaligus penuh tantangan. Mereka selalu haus untuk belajar hal baru, dan sebagai pengarahnya mereka membutuhkan pemimpin yang otentik.
Apa itu pemimpin yang otentik? Lynda Grayton dalam bukunya The Shift, the Future of Work is Already Here mengatakan, kepemimpinan yang dibutuhkan saat ini dan untuk mengantisipasi masa depan adalah kepemimpinan yang transparan dan otentik. Sesuai dengan definisi kata-kata otentik, maka pemimpin yang otentik mungkin bisa diartikan secara sederhana ya berarti benar-benar pemimpin.
Pemimpin sejati atau true leader bukan hanya sebuah posisi. Ini untuk membedakan antara kepemimpinan dengan posisi. Di era ini Anda bisa saja mempunyai posisi yang berkuasa, tetapi tidak secara otomatis membuat Anda seorang pemimpin.
Di sinilah yang membuat memimpin gen Y tidaklah mudah. Banyak yang mengeluh sulit mengatur kelompok umur ini. Posisi dan otoritas bukanlah pasangan secara alamiah. Tidak jarang, Anda harus bekerja keras mendapatkan (earn) otoritas (authority) itu.
Sampai di sini saya jadi teringat bahwa dalam online marketing dikenal tiga jenis media: paid, owned, dan earned. Paid adalah media yang kita bayar, contohnya pasang iklan (online advertising). Owned adalah media yang kita miliki sendiri, misalnya web/blog kita sendiri, akun social media kita (Facebook dan Twitter kita sendiri). Dan earned, adalah percakapan-percakapan di social media maupun media digital lain yang terjadi secara organik tentang sebuah brand, yang merupakan suatu reputasi yang di-earned oleh brand tersebut melalui kerja keras dan usaha membangun brand dalam jangka panjang.
Terasa bukan media mana yang paling menantang? Di era social media ini, Anda tidak bisa lagi “membeli” persepsi/citra baik semudah Anda membayar iklan. Anda harus mendapatkan (earn) semua itu dengan usaha.
Sama halnya dengan mendapatkan otoritas Anda sebagai seorang pemimpin. Anda bisa saja seorang manajer atau direktur, di atas kartu nama Anda tertulis bahwa Anda adalah seorang pemimpin (owned authority). Atau mungkin Anda adalah seorang pemilik usaha yang menggaji karyawan (paid authority). Tetapi hanya true leader yang mendapatkan (earned) authority melalui pembuktian secara konstan akan siapa dirinya.
Bill George, seorang profesor Harvard Business School dalam satu studinya yang terkenal tentang kepemimpinan menyimpulkan, seseorang tidak perlu terlahir dengan karakteristik tertentu untuk bisa memimpin.
Anda juga tidak perlu menduduki posisi teratas dalam suatu organisasi. Siapa pun bisa menjadi seorang pemimpin sejati. Perjalanan ini dimulai dari pemahaman yang baik tentang diri sendiri dan terus belajar dari pengalaman.
Pemimpin sejati selalu menyisihkan waktu untuk memeriksa kembali dan merenungkan pengalaman mereka, dengan cara ini mereka terus bertumbuh sebagai individu maupun sebagai pemimpin.
Karena pemahaman yang baik tentang diri sendiri adalah kuncinya, maka penyangkalan diri (denial) adalah musuh utama pemimpin otentik. Pemimpin otentik tidak takut, bahkan selalu meminta, dan juga mendengarkan, masukan dari bawahannya.
Bill George juga berpendapat bahwa kepemimpinan yang otentik adalah syarat untuk pencapaian bisnis jangka panjang. Mungkin Anda bisa mendapatkan hasil jangka pendek tanpa menjadi otentik, tetapi kepemimpinan otentik adalah satu-satunya jalan untuk menciptakan hasil jangka panjang.
Dalam bahasa sederhananya, berani terbuka dan transparan. Sudah tidak jamannya lagi untuk menutup-nutupi, bersembunyi di balik posisi/jabatan. Ketika dipromosikan sebagai pemimpin, jangan mengira itu otomatis sebagai kekuasaan. Itu hanya berarti owned authority. Anda harus bekerja keras untuk mendapatkan kekuasaan sejati.
Karena itu ketika dipromosikan sebagai seorang pemimpin, bukan berarti Anda bisa duduk santai dan menyuruh-nyuruh bawahan. Anda malah harus bekerja lebih keras, datang lebih awal, dan pulang lebih malam. Anda harus semakin rajin belajar, membaca, bergaul, memperluas wawasan, dsbnya, jangan sampai kalah oleh bawahan Anda.
Saat ini tidak mungkin lagi Anda bisa menyuruh bawahan Anda melakukan sesuatu, padahal bawahan Anda tidak melihat Anda capable dalam melakukan task tersebut. Selamat datang ke dunia yang serba terbuka. Ini adalah era gen.Y. Anda bukanlah pemimpin kecuali Anda berhasil memimpin gen Y ini.
Oleh: Meisia Chandra

Sumber : portalhr.com


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More