blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Susu dan Sepotong Roti

Di suatu malam yang pekat, tampak seorang pemuda pengembara sedang berlari-lari kecil di tengah hujan badai. Ia berusaha menemukan sebuah tempat berteduh yang bisa melindungi tubuhnya dari deraaan hujan badai. Pemuda pengembara itu mencoba berteduh di bawah sebuah pohon, lalu berpindah ke teras sebuah rumah sederhana, yang tak jauh dari tempatnya berteduh saat itu.
Dengan tubuh basah kuyup, dia mencoba beristirahat dan melepaskan lelah. Rupanya, pemuda pengembara itu sedang kehabisan bekal makanan. Ia menggigil kedinginan sekaligus harus menahan rasa lapar yang menggigit, hingga kepalanya berkunang-kunang.
Tak lama berselang, datang seorang perempuan setengah baya. Ternyata, perempuan itu adalah si pemilik rumah, yang terasnya dijadikan tempat berteduh oleh pemuda pengembara tadi. Melihat kedatangan si pemilik rumah, pemuda itu buru-buru memohon izin dengan sopan. “Maaf, Bu... Saya hanya menumpang berteduh. Mohon Ibu tidak merasa terganggu dan mengizinkan saya barang sesaat...”

Sambil menganggukkan kepala dan tersenyum bijak, perempuan itu bergegas masuk ke dalam rumah. Tak lama berselang, ia kembali dengan membawa semangkuk susu hangat dan sepotong roti. “Nak, kelihatannya kamu kedinginan dan kelaparan. Ini ada sepotong roti dan semangkuk susu untuk menghangatkan perutmu. Maaf, hanya ini makanan yang Ibu punya,” kata perempuan pemilik rumah.
Ooh, terima kasih, Bu.” pemuda pengembara menerima pemberian itu dengan suara dan tangan gemetaran. Lalu sambil malu-malu dan rasa syukur teramat dalam, ia langsung menghabiskan roti dan susu hangat dihadapannya.
Tahun berganti tahun. Dikisahkan, suatu hari di sebuah rumah pengobatan yang besar dan terkenal, tengah berlangsung kesibukan luar biasa. Beberapa orang sedang menandu seorang perempuan tua dalam keadaan pingsan. Tampak kondisinya sangat kritis akibat penyakit akut yang dideritanya selama bertahun-tahun. Untuk menyelamatkan nyawanya, kepala tabib memutuskan melakukan tindakan operasi.
Beberapa hari kemudian, usai menjalani operasi dan memasuki proses penyembuhan, perempuan tua itu tampak bingung dan tidak tenang. Pikirannya terus tertuju pada biaya pengobatan dan perawatan yang sudah pasti sangat mahal. “Dari mana aku bisa membayarnya?” tanyanya dalam hati. Ia memberanikan diri menanyakan besarnya biaya pengobatan kepada si perawat. Tak lama berselang, si perawat mendatanginya kembali dengan membawa sepucuk surat. Dengan perasaan rendah di terimanya surat tersebut dan segera pula dibacanya.
Ibu yang baik. Perkenalkan, saya adalah tabib ketua yang mengoperasi dan merawat Ibu. Seluruh biaya pengobatan telah saya lunasi. Ini sebagai tanda terima kasih saya atas pemberian semangkuk susu dan sepotong roti yang pernah Ibu berikan dahulu. Sayalah si pemuda kelaparan yang dulu berteduh di teras rumah Ibu. Semoga Tuhan memberi kesehatan dan umur panjang kepada Ibu. Salam sejahtera.”
Setelah membaca surat itu, meneteslah air mata haru bercampur lega. Perempuan tua itu tidak pernah menyangka, bahwa perbuatan kecil tanpa pamrih yang dilakukannya bertahun-tahun yang lalu, ternyata membuahkan kebaikan yang tidak terkira di kemudian hari. Bukan hanya jiwanya terselamatkan, tetapi seluruh biaya pengobatannya pun lunas, tanpa ia harus mengeluarkan uang sepeser pun. “Hidupku sungguh beruntung...,” bisik perempuan tua itu bahagia.
Pembaca yang budiman.
Kisah tadi sungguh luar biasa dan mengajarkan kepada kita akan pentingnya melakukan perbuatan baik, sekecil apapun perbuatan biak itu. Kisah tadi juga mengingatkan saya pada kata mutiara yang berbunyi:
Orang yang berbuat jahat, walau bencana belum tiba, tetapi rezeki telah menjauhinya.
Orang yang berbuat baik, walau rezeki belum tiba, tetapi bencana telah menjauhinya.
Kata-kata mutiara di atas sesuai dengan kebiasaan saya, bahwa keberuntungan bisa diciptakan dan dimiliki oleh siapa saja. Keberuntungan tidak muncul begitu saja, tetapi melalui sebab-sebab yang kita ciptakan, yang biasanya berbentuk tindakan-tindakan tertentu. Tidak ada keberuntungan yang berasal dari ruang hampa. Tidak ada keberuntungan tanpa diawali sebuah tindakan, baik yang disadari dan sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu, atau tindakan yang dilakukan secara mekanis. Jadi, keberuntungan adalah akibat dari sebab-sebab yang kita ciptakan atau kita perbuat.
Seperti pepatah mandarin yang artinya kebaikan mendatangkan kebaikan atau balasan yang setimpal. Kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan, biasanya atau besar kemungkinan mendatangkan rentetan kebaikan pula di kemudian hari. Demikian juga dengan keberuntungan. Satu keberuntungan akan mengundang keberuntungan-keberuntungan lainnya. Satu kesuksesan pun akan mengundang kesuksesan-kesuksesan lainnya.
Jadi, mari kita bersihkan hati, jauhi niatan-niatan melakukan perbuatan jahat, tidak menyenangkan, menyakiti orang lain, atau merendahkan harga diri dan martabat orang. Setiap kali ada hasrat atau pikiran tak terkendali yang mengarah pada perbuatan jahat, ingatlah selalu; orang yang suka berbuat jahat dijauhi rezeki dan didekati bencana. Sebaliknya orang yang suka berbuat baik dijauhi bencana dan didekati rezeki.
Mari kita membiasakan diri melakukan perbuatan-perbuatan baik setiap hari. Sekecil apapun perbuatan itu. Sesungguhnya, orang yang berbuat baik adalah orang yang benar-benar beruntung hidupnya.


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More