blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Membangun FUN Dalam Rutinitas Kerja

Ratusan tahun yang lalu, Confucius memberi nasihat, “Carilah pekerjaan yang Anda senangi, maka seumur hidup Anda tidak perlu lagi menyebut Anda bekerja”. Namun apa yang kita saksikan? Kita dibesarkan dalam lingkungan yang mengajarkan mitos: kerja adalah beban, kerja adalah tugas berat yang harus dipikul.

Rasanya, amat sulit menerapkan nasihat Confucius tersebut dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Bagi kebanyakan orang, kerja memuat beban emosi negatif yang tinggi. Biasanya, kerja berarti menyebalkan, membosankan dan orang tidak sabar menunggu-nunggu jam kerja berakhir. Tak mengherankan jika dari dunia kerja, keluarlah komentar semacam, “TGIF=Thank God It’s Friday”, “I hate Monday”. Intinya, bekerja, adalah rutinitas yang menyebalkan. Demikian, banyak orang hidup dengan prinsip tersebut.
Sampai-sampai, muncul pula kalimat, “If work was fun, it wouldn’t be called work, right”? (“Kalau kerja itu menyenangkan, maka tidak akan disebut kerja, betul kan?) Jawabannya ternyata SALAH!
Belakangan ini, mulai muncul banyak buku yang membahas pentingnya unsur FUN dalam pekerjaan, termasuk pula unsur bermain. Dimulai tatkala, buku FISH yang menceritakan filosofi “bermain” di sebuah tempat penjualan ikan di Seattle bernama Pike Place Fish, ternyata bisa menjadi tempat amat produktif dan menginspirasi dunia bisnis karena semangat “bermainnya”. Belakangan, muncul kajian lebih detil lagi yang dilakukan Leslie Yerkes untuk menghimpun kisah sukses perusahaan karena faktor FUN di tempat kerjanya.
Leslie Yerkes, pengarang yang terkenal dengan bukunya Fun Works yang dirilis bulan Juni 2001, menceritakan dengan detil 11 perusahaan yang memberikan keteladanan soal penyatuan fun dan work atau yang dikenal “fun-work fusion”. Selama beberapa masa, bukunya telah dipajang di The New York Times, Financial Times serta Fortune sebagai buku yang direkomendasikan untuk dibaca oleh para eksekutif.
Hal yang menarik dalam buku tersebut adalah komentar Yerkes bahwa selama kurun waktu 1,5 abad, karyawan selalu mendengar bahwa antara kerja (work) serta kesenangan (fun) adalah dua hal yang tidak kompatibel, tidak klop. Logika yang selalu dibangun adalah kalau orang memiliki terlalu banyak kesenangan dalam kerja, lantas kapan pekerjaannya selesai? Namun, kenyataannya, menurut Yerkes, tidaklah demikian. Kesenangan (fun) adalah energi yang memberikan vitalitas kerja. Bahkan Yeskes menambahkan, “If you want to succeed at business, get the fundamentals right, but don’t forget to have fun.” (Jika Anda ingin sukses dalam bisnis, lakukan hal-hal fundamental secara benar, tetapi jangan melupakan untuk tetap memiliki kesenangan).
Apa yang diucapkan Yerkes menjadi menarik, ketika koran terkenal Sunday Times mengelurkan daftar 100 Best Companies to Work For pada edisi khususnya tanggal 3 Februari 2003 lalu. Terhadap daftar tersebut, tidaklah banyak yang terkejut. Salah satu yang dibahas secara  mendalam adalah ciri-ciri orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut. Dalam datar tersebut, Microsoft menempati urutan teratas. Sementara itu, dalam daftarnya masih ada nama-nama perusahaan yang ternyata meletakkan “fun” sebagai salah satu nilai kerja mereka,  seperti: Peoplesoft, SAP, American Express, Unilever, Marks & Spencer, juga Volkwagen Group UK.
Menurut kajian Sunday Times, sering terjadi, faktor fun (senang) diabaikan. Namun ketika daftar perusahaan ‘ternyaman untuk bekerja’ ini diumumkan, kesimpulanpun muncul dengan sendirinya. Nyatanya, perusahaan yang sukses tidaklah selalu harus terlalu serius. Justru yang menarik, perusahaan pilihan tersebut bukanlah perusahaan yang melulu melakukan investasi modal, tetapi juga pada ‘perasaan’ karyawannya. Perusahaan yang menghargai kesenangan kerja karyawannya, tampak lebih produktif dan secara signifikan lebih memberikan profit. Pada gilirannya, kinerja perusahaan ini menunjukkan dengan level kepuasan karyawan yang tinggi, mereka akhirnya mampu memberi level kepuasan yang tinggi pada pelanggannya.
Bagaimana membangun FUN?
Microsoft memberikan kesempatan pada karyawannya mendekorasi ruang kerjanya, sehingga menjadi tempat yang membetahkan. Unilever menginvestasikan modal untuk perlengkapan bermain bagi karyawan yang dapat dilakukan di sela-sela waktu istirahatnya. Southwest Airlines, sengaja merekrut orang-orang yang memiliki spontanitas dan rasa humor tinggi dalam melayani penumpang. Sementara, Pike Place Fish, tempat penjualan ikan yang terkenal membangun semangat, “We are not WORKING, we are PLAYING”. Bagaimana dengan tempat kerja Anda?
Pertanyaannya, bagaimanakah menyulap tempat bekerja kita, sehingga menjadi tempat kerja yang menyenangkan seperti kisah-kisah perusahaan di atas, namun tetap profitable? Kuncinya, terletak pada kata FUN.
1.       Fokuskan pada hal-hal yang menyenangkan dan menarik di kantor. Masalah kerja adalah masalah sikap. Kebanyakan kerja menjadi membosankan, karena sikap kerja negatif. Saya jadi teringat cerita tentang karyawan pengeluh yang selalu berkeluh kesah soal tempat kerjanya yang tidak menyenangkan. Menurutnya, meja kerjanya terlalu di pojok, kurang penerangan dan terpencil dari pergaulan kantor. Perusahaan lalu memutuskan memindahkannya ke tempat eksklusif dengan ruang khusus di tempat yang memungkinkan ia bertemu banyak karyawan. Apa yang terjadi berikutnya, bukannya bersyukur, ia pun mulai mengeluh lagi, “Tempatnya terlalu hiruk pikuk. Ruangannya terlalu empuk, membuat orang mengantuk”. Selama pikiran kita masih disetel untuk melihat hal-hal yang buruk di kantor, maka kita akan terus-menerus membuat litani kesulitan dan kesengsaraan di kantor. Pertama-tama, mindset kita perlu diubah untuk melihat sisi positif dari pekerjaan kita saat ini. Semakin banyak hal positif terlihat, semakin besar peluang bagi kita untuk mencintai tempat kerja kita.
2.       Upayakan melibatkan semua. Jadikan kesenangan di tempat kerja sebagai sesuatu yang inklusif, melibatkan orang sebanyak-banyaknya. Saya teringat pengalaman sewaktu saya menjalani magang kerja di Kanada, di Executive Network. Disana, terdapat kebiasaan memberi hadiah bagi cerita-cerita konyol dari karyawan. Ada hadiah mingguan bagi kategori humor terlucu. Ada juga hadiah bagi pengalaman karyawan terlucu. Setiap minggu, kami dapat membaca cerita-cerita sharing antar karyawan yang mengocok perut. Hal ini menyebabkan tempat kerja, menjadi tidak angker dan orang mulai menikmati hubungan dan interaksi yang terjadi.
3.       Nikmati humor dan ciptakan humor di tempat kerja. Humor tidak harus menunggu. Setiap saat, kita dapat menciptakan humor di tempat kerja. Caranya adalah membangun antena humor dan mulai peka terhadap hal-hal yang bisa dibuat menjadi humor. Inilah kunci Herb Kelleher yang membangun identitas Southwest Airlines yang “humoris”. Setiap kali office inspection, Herb memasang antena humornya dan berkeliling mencari apa yang bisa dikomentarinya secara humoris. Ia selalu mengatakan, “Saya bukan seorang humoris, tetapi saya berusaha menjadi seorang yang penuh humor”. Hasilnya, dalam sejarahnya Soutwest Airlines justru berjaya tatkala banyak penerbangan di Amerika ambruk dilanda resesi. Hasil penelitian lain, yang pernah dilakukan oleh majalah HR Focus (edisi February 1993), majalah komunitas Society of Human Resource Managers mengungkapkan: 96% eksekutif yang disurvei Accountemps percaya, karyawan dengan rasa humor tinggi bekerja lebih baik dibanding yang rasa humornya rendah. Penelitian juga menunjukkan mereka yang menyenangi pekerjaannya, ternyata lebih produktif, lebih kreatif dan selain itu, memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih baik.
Akhirnya, kita melihat bahwa komentar jaman Aristoteles bahwa, “Kerja adalah perbudakan”, tidaklah selalu benar. Bahkan di masa sekarang, kerja tidak selalu harus berarti memeras keringat dengan peluh bercucuran. Kerja tidak selalu berarti perpiration (keringat), tetapi kerja unggul yang sesungguhnya adalah inspiration. Inilah yang oleh Paul Krugman, seorang ekonom terkenal, sebagai biang keladi kegagalan bisnis di Asia tahun 1998-an. Menurutnya, bisnis di Asia terlalu mengandalkan kerja keras, tetapi kekurangan semangat dan kreativitas. Jika kita percaya apa yang dikatakan Krugman, maka jelas kreativitas menjadi fundamental kesuksesan bisnis di masa-masa mendatang. Dan sangat nyata sekali, kreativitas hanya bisa dibangun oleh mereka-mereka yang menyenangi tempat dan lingkungan kerjanya. Karena itulah, tak mengherankan jika kita katakan FUN adalah unsur yang jauh lebih FUNdamental untuk bisnis kita saat ini.
Sumber : hrexcellency.com


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More