Semua orang butuh pekerjaan. Setelah mendapatkan pekerjaan, biasanya kita merasa senang bekerja. Namun semangat kerja itu hanya bertahan berapa lama? Titel kita hanyalah paspor kita untuk mendapatkan pekerjaan pertama, setelah itu apa yang bisa membuat diri kita bisa sukses dalam berkarir, bisa mendapatkan kesempatan untuk menjadi yang Terbaik di dunia kerja.
Definisi Strive for Excellence artinya: Kita bekerja "Keras dan Cerdas" dalam mengimplementasikan jalan terbaik untuk mendapatkan hasil. Prestasi dan kontribusi pribadi adalah dasar dari sebuah perusahaan. Kita melakukan bagaimanapun caranya dengan dorongan kuat dan kecepatan dalam pelaksanaan dan komitmen untuk membentuk organisasi dengan kinerja tinggi.
Kompetensi yang harus dimiliki:
· Sikap "Pasti Bisa"
· Kecepatan dalam bertindak
· Meningkatkan kualitas disetiap proses
· Mengejar kinerja jangka pendek dan kestabilan perusahaan jangka panjang
Susi dan Anton, staf HRD perusahaan swasta diminta oleh atasannya untuk memeriksa absensi dari seluruh karyawan untuk mengetahui kinerja mereka selama 3 bulan. Susi menerima pekerjaan tersebut dan selalu mau melakukan yang terbaik (Strive for Excellence adalah salah satu core values yang diterapkan di perusahaan tersebut). Anton menerima pekerjaan tersebut dengan tersungut karena dia sudah dapat banyak pekerjaan, dan dia merasa buat apa menghitung absensi, cuma buang waktu saja. Apa yang dilakukan oleh Susi dan Anton? Anton menerima absensi dan melaporkan kepada manajer HRD 2 hari kemudian, siapa saja yang sering datang terlambat. Sang manajer manggut-manggut kepalanya. Susi begitu semangat mendapatkan tugas tersebut. Dia menggunakan teknik UDTI. U=Understanding the current sutiation, D=Developing the changes, T=Testing the changes, I=Implementing the changes. Dia berusaha mengerti kinerja yang ada dengan membuat tabel absensi dalam bentuk excel, dia membagi menjadi 3 kelompok besar. Yang datang tepat waktu, yang terlambat datang kurang dari 4 hari per bulan, yang terlambat datang ke kantor lebih dari 4 hari per bulan atau 1x per minggu. Setelah itu dia membuat powerpoint dengan pareto analysis dan cause and effect diagram. Dia membuat 6 slides presentasi kepada manajernya yang dimulai dengan data analisis, trend yang sering terjadi di oran tertentu, kemungkinan penyebab dan usul untuk mengatasi keterlambatan. Presentasi tersebut diselesaikan dalam waktu 1 hari, dan besok paginya dipresentasikan kepada manajernya. Manajernya sangat terpana melihat cara Susi bekerja. Apa yang dipikirkan manajernya? Susi orangnya strategic, sangat smart dan work hard. Dia orang yang bisa dipercaya. She always Strive for Excellence.
Sikap mau berhasil dan terbaik adalah membangkitkan semangat untuk menang. Tidak hanya bekerja keras kemudian kita katakan sudah terbaik tetapi juga harus cerdas. Selalu terdorong untuk lebih sempurna lagi.
Bagaimana caranya saya harus menerapkan Strive for Excellence dalam pekerjaan saya? Ini adalah beberapa contoh key behavior dari kompetensi Strive for Excellence:
1. Setiap tugas akan saya kerjakan dengan kecepatan dan kualitas yang terbaik
2. Setiap tugas akan saya selesaikan sampai tuntas, misalnya ada pelanggan yang komplain maka saya akan mencari jawabannya, kembali ke pelanggan tersebut dan menutup kasus itu sampai tuntas. Saya juga akan berusaha mempelajari penyebabnya/akar dari permasalahan tersebut supaya lain kali hal tersebut tidak terjadi lagi
3. Sebelum rapat, saya akan mempersiapkan laporan saya dan bahan yang akan dibicarakan secara professional
4. Saya selalu memeriksa hasil pekerjaan saya (cek dan re-cek) karena saya harus yakin bahwa pekerjaan itu telah saya selesaikan dengan sempurna dan dalam tempo yang singkat
5. Saya rajin bekerja dan menggunakan banyak inisiatif dalam menjalankan tugas, tidak menggunakan cara lama yang monoton
6. Saya orang yang selalu mengejar keberhasilan, bukan orang yang hanya diam saja dan tunggu diperintah
7. Saya datang ke kantor tepat waktu dan bekerja tidak hanya demi jam kerja saja, tapi yang penting tugas harus selesai; artinya saya siap lembur kapan saja dibutuhkan
Diambil dari Human Capital Magazine Juni 2008
Oleh: Susanna S. Hartawan, Managing Director, NBO Indonesia