Pada masa krisis ekonomi, entrepreneur atau wirausahawan perlu mengembangkan kecerdasan emosional. Dengan begitu, ia akan mampu melihat peluang bisnis yang ada disekitarnya. Entrepreneur yang cerdas emosinya tentu juga memiliki “intuisi” yang tajam. Ia dapat menangkap sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Walaupun data tidak lengkap, ia biasanya dapat mengambil konklusi yang pas.
Dalam kondisi apapun, entrepreneur juga harus merupakan orang yang action oriented, bukan no action, dream only. Untuk itu diperlukan kesanggupan berfikir secara detail terhadap hal-hal yang penting. Bila kemudian muncul resiko, dia siap menanggung resiko apapun atas aktifitas bisnisnya. Namun secepat itu pula, dia akan berbenah diri dan melangkah maju untuk lebih baik.
Entrepreneur semacam itu sangat kita butuhkan. Entrepreneur yang cerdas emosinya. Dengan kita berani mengambil resiko, maka akan lebih terbuka dalam mengambil peluang. Sebab, kalau kita baru berusaha setelah “pasarnya” diamankan, itu bukanlah seorang entrepreneur.
Entrepreneur harus punya “keberanian” yang menakjubkan untuk menjadi untung. Harus bisa memanfaatkan setiap “ancaman” menjadi “peluang”. Bukan sekedar berusaha menghindar dari “ancaman”. Dalam kasus ini saya banyak belajar dari entrepreneur cerdas bernama Konosuke Matsushita dari Negara Sakura, pendiri Matsushita Electric Ltd. Jepang.
Dalam biografinya, ia menceritakan, bahwa pada saat Jepang dilanda krisis ekonomi, Matsushita tetap optimis dan berfikir positif. Dia tetap saja melakukan kegiatan yang dilakukannya seperti sebelum krisis ekonomi terjadi. Dia bersikap biasa-biasa saja. Dan dia juga tidak mudah terpengaruh oleh isu. Sebab hal-hal semacam itu akan dapat memperparah keadaan, karena proses bisnisnya menjadi tidak lancar lagi.
Sebagai entrepreneur ketika menghadapi krisis, Matsushita tidak pernah panik. Sikapnya biasa-biasa saja. Seolah-olah tidak ada krisis. Matsushita tetap optimis terhadap kegiatan bisnisnya. Sikap seperti itu bisa saja kita tiru, dan masih relevan dengan kondisi saat ini.
Krisis ekonomi jangan kita jadikan alasan untuk tidak memulai atau mengembangkan bisnis. Bila krisis berakhir, apa yang Anda lakukan. Tetap menjadi pemain atau sekedar penonton? Sebab, ada masa pasca krisis yang diyakini pertumbuhannya akan cepat sekali. Oleh karena itu, sebaiknya kita mencuri start sejak sekarang, untuk memulai atau mengembangkan bisnis yang prospektif di masa depan. Anggap saja sekarang ini tidak ada krisis.
Sumber : purdiechandra.net