blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Alasan Memelihara Kebiasaan Buruk

Membuang kebiasaan buruk bukan perkara mudah. Seseorang mungkin tahu bahwa kebiasaan buruknya itu membahayakan dirinya. Tetapi selalu saja melakukannya dan melakukannya lagi. "Ini bukan karena mereka tidak mengetahui risikonya. Tetapi karena terbiasa memikirkan apa yang dirasa saat ini dan waktu terdekat ke depan bukan ke masa depan yang jauh lebih panjang," kata Cindy Jardine dari University of Alberta. Selama saat ini dirasa baik-baik saja dan esok lusa masih akan baik-baik, tak ada dorongan kuat untuk membuangnya.

Menurut Cindy, ada beberapa alasan kenapa seseorang tetap memlihara kebiasaan buruknya, yaitu karena sifat membangkang bawaan, kebutuhan agar diterima lingkungan sosialnya, ketidakmampuan untuk benar-benar memahami risikonya, sulit merasionalisasi kebiasaan buruknya, dan faktor genetik (cenderung kecanduan).
Judi
Keinginan berjudi sepertinya ada di dalam gen manusia dan tertanam di dalam otak. Inilah kenapa perbuatan yang membahayakan ini terasa begitu biasa. "Para penjudi sering menginterpretasikan bahwa kondisi ‘hampir celaka'' (karena kekalahan demi kekalahan yang dialaminya selama berjudi) sebagai suatu peristiwa spesial yang mendorong mereka untuk melanjutkan berjudi," ujar Luke Clark dari University of Cambridge yang melakukan penelitian mengenai kecenderungan ini. Dari penelitiannya ditemukan bahwa otak manusia merespon kondisi "hampir celaka" itu seolah suatu kemenangan telah terjadi, kendatipun secara teknik peluang terbesarnya adalah gagal. Respon otak yang terlalu cepat membayangkan kemenangan itu mendorong seseorang untuk terus berjudi.
Penelitian lain menunjukkan bahwa seseorang baru akan meninggalkan tempat judi kalau sudah tidak ada lagi yang akan dipertaruhkan. Karena itu, meski secara rasional ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa hanya akan mnenghabiskan uang sejumlah sekian, begitu tiba di tempat judi, batasan itu bisa kebablasan. Ia akan terdorong untuk bertahan dan berjudi lagi selama masih memiliki uang untuk dipertaruhkan. Jangan heran, banyak penjudi yang baru pulang ketika ia sudah tinggal bercawat karena pakaiannya sudah ikut dipertaruhkan. Karena itu menghindari mengunjungi tempat judi akan lebih baik.

Sumber : andriewongso.com


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More