Ada seorang bapak tua yang pekerjaannya adalah menebang pohon dan membuat mebel serta membangun rumah dari kayu hasil tebangannya tersebut. Cara yang digunakan si bapak tua dalam menebang pohon masihlah sederhana: dengan gergaji. Gergaji itu sendiri digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari menebang pohon sampai membuat mebel. Cara semacam itu jelas tidak praktis karena membutuhkan tenaga dan waktu ekstra.
Suatu saat, si bapak tua mendapat informasi bahwa ada sebuah alat canggih yang dapat meringankan pekerjaannya. Tanpa pikir panjang, dia pergi ke toko bangunan di kota itu untuk mencari tahu alat seperti apa yang dapat membantunya. Si pemilik toko lalu menunjukkan alat yang dimaksud tanpa menjelaskan cara penggunaan alat tersebut.
Demi kelancaran pekerjaan, si bapak tua tidak berpikir dua kali untuk membeli alat tersebut meskipun harganya relatif mahal. Untuk memenangi hati konsumen barunya ini, sang pemilik toko memberikan garansi satu bulan uang kembali jika si bapak tua tidak puas dengan barang yang bersangkutan.
Tepat satu bulan kemudian, si bapak kembali ke toko tersebut membawa gergaji "canggih"-nya. Kepada si pemilik toko, bapak itu mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap produk canggih itu. Untuk menjaga kredibilitas, si pemilik toko pun menepati janji mengembalikan uang bapak itu sejumlah harga gergaji canggih yang dibelinya.
Didorong oleh rasa penasaran yang tinggi, pemilik toko kemudian mengecek gergaji canggih itu secara teliti, mulai dari murnya sampai bagian-bagian kecil lainnya. Karena tidak menemukan kejanggalan apa pun, terakhir dia menyalakan alat itu. Mendengar suara gergaji canggih tersebut, si bapak tua tersentak kaget. Dia tambah tercengang lagi ketika pemilik toko menjelaskan bahwa gergaji canggih itu harus dinyalakan terlebih dahulu sebelum digunakan. Selama ini, dia menggunakan gergaji tersebut tanpa menyalakan mesinnya. Tak ayal, bukannya mempermudah pekerjaan, hal itu malahan menguras tenaganya dua kali lipat.
Itulah contoh bagaimana keberadaan teknologi canggih tidak diikuti dengan pemahaman dan pemanfaatan teknologi tersebut secara optimal. Tidak usah jauh-jauh. Coba Anda jawab secara jujur, apakah selama ini Anda sudah memanfaatkan barang-barang canggih ini di sekitar Anda seperti komputer, telepon genggam, dan sebagainya secara optimal?
Kesalahan yang umumnya kita lakukan adalah ketidaksediaan atau kemalasan kita menggunakan sistem yang ada. Dalam pekerjaan sehari-hari, kita sebenarnya sudah dihadapkan pada sistem yang secara rinci menguraikan apa-apa saja yang harus kita lakukan. Namun, tak jarang kita mengabaikan sistem tersebut dan lebih suka mengerjakan sesuatu dengan cara kita sendiri. Walhasil, kerja kita bisa tidak efektif dan akhirnya kita tidak menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan.
Oleh : James Gwee