Pada dua edisi terakhir, kita sudah membahas tentang dua pos pengeluaran yang jumlahnya bisa membengkak apabila tidak diwaspadai. Pertama adalah telepon, listrik, air. Kedua adalah hadiah dan sumbangan.Sekarang, kita akan membahas pos ketiga, yakni busana & aksesori.
Yang dimaksud busana & aksesori adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari berserta segala pelengkapnya, seperti tas, sepatu, sabuk, dan segala macam perhiasan yang melekat di tubuh ataupun busana Anda. Begitu beragamnya jenis busana dan aksesori hingga tanpa sadar kita sering terbujuk untuk memiliki lebih banyak ragam busana dan aksesori. Tahu-tahu tanpa terasa kita sudah membelanjakan begitu banyak untuk pengeluaran yang satu ini.
Bagaimana caranya agar pengeluaran untuk busana & aksesori tidak kebablasan? Di bawah ini adalahlima tips yang mudah-mudahan bisa bermanfaat.
Yang dimaksud busana & aksesori adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari berserta segala pelengkapnya, seperti tas, sepatu, sabuk, dan segala macam perhiasan yang melekat di tubuh ataupun busana Anda. Begitu beragamnya jenis busana dan aksesori hingga tanpa sadar kita sering terbujuk untuk memiliki lebih banyak ragam busana dan aksesori. Tahu-tahu tanpa terasa kita sudah membelanjakan begitu banyak untuk pengeluaran yang satu ini.
Bagaimana caranya agar pengeluaran untuk busana & aksesori tidak kebablasan? Di bawah ini adalah
1. Beli karena memang Anda butuh
Ya, Anda mesti menanyakan pada diri sendiri, apa benar saya memerlukan barang ini? Pantaskan saya memakainya? Kalaupun saya memang bisa memakainya, seberapa seringkah? Okelah barang itu bagus, tapi bila memang tidak pantas untuk Anda, apa iya kita harus membelinya? Begitu juga jika barang itu hanya untuk dipakai sekali seumur hidup, tentu tidak harus kita membelinya bukan?
Saya jadi ingat pengalaman saya ke pertokoan terkenal di Jakarta beberapa waktu lalu saat saya masih lajang. Saya tertarik masuk ke toko baju-baju pria. Bagus-bagus sekali barangnya. Saya pun membeli dua kemeja kerja dengan motif polos.
Setelah membeli, saya terus berjalan-jalan di pertokoan itu. Menyusuri gang yang lain. Alamak, ternyata ada toko busana lain yang barang jualannya kelihatannya lebih bagus dari yang saya beli tadi. Saya masuk ke toko itu dan, astaga! Baju-baju yang dipajang di dalam juga bagus-bagus. Tapi karena tadi sudah membeli, saya akhirnya tidak beli apa-apa di toko itu. Ketika saya terus berjalan, ternyata ada dua toko lagi yang juga punya kemeja kerja bagus lebih bagus. Sempat juga ada penyesalan, kenapa uang saya saat itu terbatas hingga hanya bisa beli dua baju.
Ketika pulang, saya berpikir kembali, kenapa tadi saya membeli baju? Alasannya adalah karena baju itu bagus. Padahal, bicara soal baju bagus, kalau Anda ke mal, pasti puluhan atau mungkin ratusan bagus yang dijual. Kalau alasan Anda membeli karena baju itu bagus, berarti ada banyak sekali baju yang harus Anda beli. Padahal belum tentu satu saja baju itu Anda butuhkan.
Dalam contoh saya tadi, sebetulnya tidak apa-apa bila saya tidak membeli satu baju sekalipun, karena saat itu saya sudah punyalima kemeja kerja di rumah yang saya pakai bergantian tiap hari. Jadi, kalau ngikutin barang bagus memang enggak ada habisnya. Percayalah, produsen selalu berusaha keras agar busana yang diproduksinya bisa selalu tampil bagus dan menarik.
Ya, Anda mesti menanyakan pada diri sendiri, apa benar saya memerlukan barang ini? Pantaskan saya memakainya? Kalaupun saya memang bisa memakainya, seberapa seringkah? Okelah barang itu bagus, tapi bila memang tidak pantas untuk Anda, apa iya kita harus membelinya? Begitu juga jika barang itu hanya untuk dipakai sekali seumur hidup, tentu tidak harus kita membelinya bukan?
Saya jadi ingat pengalaman saya ke pertokoan terkenal di Jakarta beberapa waktu lalu saat saya masih lajang. Saya tertarik masuk ke toko baju-baju pria. Bagus-bagus sekali barangnya. Saya pun membeli dua kemeja kerja dengan motif polos.
Setelah membeli, saya terus berjalan-jalan di pertokoan itu. Menyusuri gang yang lain. Alamak, ternyata ada toko busana lain yang barang jualannya kelihatannya lebih bagus dari yang saya beli tadi. Saya masuk ke toko itu dan, astaga! Baju-baju yang dipajang di dalam juga bagus-bagus. Tapi karena tadi sudah membeli, saya akhirnya tidak beli apa-apa di toko itu. Ketika saya terus berjalan, ternyata ada dua toko lagi yang juga punya kemeja kerja bagus lebih bagus. Sempat juga ada penyesalan, kenapa uang saya saat itu terbatas hingga hanya bisa beli dua baju.
Ketika pulang, saya berpikir kembali, kenapa tadi saya membeli baju? Alasannya adalah karena baju itu bagus. Padahal, bicara soal baju bagus, kalau Anda ke mal, pasti puluhan atau mungkin ratusan bagus yang dijual. Kalau alasan Anda membeli karena baju itu bagus, berarti ada banyak sekali baju yang harus Anda beli. Padahal belum tentu satu saja baju itu Anda butuhkan.
Dalam contoh saya tadi, sebetulnya tidak apa-apa bila saya tidak membeli satu baju sekalipun, karena saat itu saya sudah punya
2. Anggarkan pembelian Anda bila dirasa perlu
Saya yakin, beberapa dari kita sudah menganggap belanja busana dan aksesori sebagai hobi. Contoh yang paling sering adalah ketika kita baru saja mendapatkan undangan pesta kawin, langsung esoknya toko cari baju dan aksesori.
Nah, apa yang terjadi kalau Anda membeli busana & aksesori secara dadakan? Anda akan mengambil uang yang seharusnya dijatahkan untuk pos lain. Ujungnya-ujungnya, anggaran pembayaran Anda yang lain jadi terganggu.
Mulai sekarang, cobalah buatkan pos pengeluaran khusus untuk busana & aksesori Anda tiap bulan. Dengan demikian, kalau harus membeli busana & aksesori, Anda tidak perlu lagi mengambil dari jatah pos yang lain.
Saya yakin, beberapa dari kita sudah menganggap belanja busana dan aksesori sebagai hobi. Contoh yang paling sering adalah ketika kita baru saja mendapatkan undangan pesta kawin, langsung esoknya toko cari baju dan aksesori.
Nah, apa yang terjadi kalau Anda membeli busana & aksesori secara dadakan? Anda akan mengambil uang yang seharusnya dijatahkan untuk pos lain. Ujungnya-ujungnya, anggaran pembayaran Anda yang lain jadi terganggu.
Mulai sekarang, cobalah buatkan pos pengeluaran khusus untuk busana & aksesori Anda tiap bulan. Dengan demikian, kalau harus membeli busana & aksesori, Anda tidak perlu lagi mengambil dari jatah pos yang lain.
3. Utamakan kualitas daripada kuantitas
Banyak dari kita yang senang dan bangga bila bisa membeli barang yang murah. Untuk busana & aksesori yang menempel di badan Anda, tak ada salahnya kalau Anda memilih busana & aksesori yang lebih bermutu, walaupun harganya sedikit lebih mahal.
Teman saya misalnya, suka sekali memilih baju dari harganya. Dia berpikir, bahwa dengan harga murah, dia bisa membeli tiga hinggalima barang sekaligus. Bagus sih. Tapi barang murah belum tentu kualitasnya bagus, kan ? Betul saja, setelah baju itu dibeli dan dipakai dua tiga kali ia mulai merasa tidak nyaman dengan bahan baju yang dia kenakan. Sudah itu, baru beberapa kali dicuci, warna bajunya cepat sekali memudar.
Akhirnya, coba tebak, baju itu tak pernah lagi dipakai dan dia harus beli baju lagi. Kesimpulannya, yang tadinya dikira harganya murah ternyata justru menguras isi kocek lebih banyak.
Banyak dari kita yang senang dan bangga bila bisa membeli barang yang murah. Untuk busana & aksesori yang menempel di badan Anda, tak ada salahnya kalau Anda memilih busana & aksesori yang lebih bermutu, walaupun harganya sedikit lebih mahal.
Teman saya misalnya, suka sekali memilih baju dari harganya. Dia berpikir, bahwa dengan harga murah, dia bisa membeli tiga hingga
Akhirnya, coba tebak, baju itu tak pernah lagi dipakai dan dia harus beli baju lagi. Kesimpulannya, yang tadinya dikira harganya murah ternyata justru menguras isi kocek lebih banyak.
4. Pandai-pandailah melakukan kombinasi
Pada suatu hari, saya pernah tampil berdua bersama perancang busana Robby Tumewu dalam sebuah seminar internal yang diadakan NOVA di depan kelompok karyawan dan karyawati dari sebuah perusahaan di Indonesia. Masing-masing dari kami, tentu saja, membawakan topik yang berbeda. Saya tampil terlebih dahulu membawakan topik Mengelola Keuangan Keluarga.
Ketika tiba gilirannya, Robby membawakan topik padu padan busana. Saya sendiri belum pernah mengikuti acara sejenis. Karena itu, saya tertarik mengikutinya. Betul juga, ternyata sangat menarik. Di situ, Robby sempat mengucapkan satu kalimat sederhana yang terus saya ingat sampai sekarang. Yakni, "Untuk terlihat menarik dalam hal penampilan, Anda tidak perlu memiliki busana & aksesori dalam jumlah yang sangat banyak. Yang perlu Anda lakukan adalah cukup dengan belajar mengombinasikan warna serta model dari busana & aksesori yang sudah Anda punya."
Saya berpikir lagi dan mengingat-ingat, betul juga. Banyakkan anggota keluarga kita yang memiliki busana hingga satu, dua atau tiga lemari besar di kamarnya? Belum lagi sepatu, jam tangan atau bros misalnya? Mereka mengeluarkan banyak sekali uang untuk penampilannya agar bisa terlihat lain dalam tiap acara yang dihadirinya. Mereka beranggapan harus memiliki satu (pasang) busana yang berbeda untuk tiap acara. Dan untuk itu, jelas akan ada pembelian busana baru yang harus dilakukan. Padahal, kata Robby, Anda bisa saja memakai busana lama Anda, asalkan Anda pintar menukar atau memainkan kombinasinya. Dengan demikian, pembelian busana & aksesori baru bisa dikurangi, dan otomatis Anda juga jadi lebih hemat kan ?
Pada suatu hari, saya pernah tampil berdua bersama perancang busana Robby Tumewu dalam sebuah seminar internal yang diadakan NOVA di depan kelompok karyawan dan karyawati dari sebuah perusahaan di Indonesia. Masing-masing dari kami, tentu saja, membawakan topik yang berbeda. Saya tampil terlebih dahulu membawakan topik Mengelola Keuangan Keluarga.
Ketika tiba gilirannya, Robby membawakan topik padu padan busana. Saya sendiri belum pernah mengikuti acara sejenis. Karena itu, saya tertarik mengikutinya. Betul juga, ternyata sangat menarik. Di situ, Robby sempat mengucapkan satu kalimat sederhana yang terus saya ingat sampai sekarang. Yakni, "Untuk terlihat menarik dalam hal penampilan, Anda tidak perlu memiliki busana & aksesori dalam jumlah yang sangat banyak. Yang perlu Anda lakukan adalah cukup dengan belajar mengombinasikan warna serta model dari busana & aksesori yang sudah Anda punya."
Saya berpikir lagi dan mengingat-ingat, betul juga. Banyak
5. Cari tempat lain yang lebih murah
Anda suka mencari busana & aksesori di mal? Bagus sekali, karena di sini biasanya ada banyak variasi pilihan. Tapi, pernahkah terpikir oleh Anda untuk mencari barang-barang tersebut di tempat lain yang memberikan harga miring? Saya tahu memang tidak mudah, karena Anda mungkin harus mencarinya dulu.
Jangan lupa bahwa terkadang pembelian yang Anda lakukan di mal biasanya jadi lebih mahal karena adanya unsur kenyamanan yang Anda dapatkan. Bukankah toko tersebut membayar sewa ruangan dan juga pembiayaan tambahan untuk AC, tata interior, cahaya, dan juga para pegawai.
Mungkin saja kalau Anda mau mencoba meluangkan waktu sebentar untuk mencari di tempat lain, bisa saja Anda menemukan barang yang sama, tapi dengan harga yang lebih murah
Anda suka mencari busana & aksesori di mal? Bagus sekali, karena di sini biasanya ada banyak variasi pilihan. Tapi, pernahkah terpikir oleh Anda untuk mencari barang-barang tersebut di tempat lain yang memberikan harga miring? Saya tahu memang tidak mudah, karena Anda mungkin harus mencarinya dulu.
Jangan lupa bahwa terkadang pembelian yang Anda lakukan di mal biasanya jadi lebih mahal karena adanya unsur kenyamanan yang Anda dapatkan. Bukankah toko tersebut membayar sewa ruangan dan juga pembiayaan tambahan untuk AC, tata interior, cahaya, dan juga para pegawai.
Mungkin saja kalau Anda mau mencoba meluangkan waktu sebentar untuk mencari di tempat lain, bisa saja Anda menemukan barang yang sama, tapi dengan harga yang lebih murah