blocknotinspire.blogspot.com berisi Kumpulan Business Ethics, Business Tips, Inspire Spirit, Leadership and Culture , Love and Life, Management HR, Motivasi Spirit, Smart Emotion, Success Story, Tips Keuangan, Tips Marketing dan Tips Sehat Semoga Bisa Menjadikan Anda lebih SUKSES dari hari kemarin.
Kunjungi Versi Mobile KLIK http://blocknotinspire.blogspot.com/?m=1 atau ( KLIK DISINI )

Persepsi dan Emosi kita

Persepsi kita mempengaruhi emosi kita, dan pada gilirannya akan berpengaruh pada tindakan kita. Jadi, pertama berawal dari persepsi kita, lalu muncul emosi, berikutnya muncul aksi atau tindakan kita.
Simaklah kisah berikut. Ada sekelompok wisatawan asing yang tertahan di suatu tempat asing di luar kota. Mereka kekurangan makanan. Setelah beberapa hari, mereka hanya menemukan bahan makanan yang ternyata sudah kadaluarsa. Karena lapar, mereka ingin menyantapnya juga, tapi sebelum menyantap, makanan itu diujicobakan pada seekor anjing. Ternyata enjing itu menikmatinya dan tampak tak ada efek samping apa-apa.

Keesokan harinya, mereka tahu bahwa anjing itu mati. Lantas, semua wisatawan mulai menjadi cemas. Banyak yang mulai muntah dan mengeluh bahwa badan mereka panas atau terserang diare. Akhirnya, seorang dokter dipanggil untuk merawat mereka. Sang dokter mulai mencari sebab-musabab kematian anjing yang dijadikan hewan percobaan tersebut. Ketika dilacak lebih lanjut, akhirnya ketahuan bahwa ternyata anjing itu mati bukan karena keracunan, tapi karena dilindas mobil. Segera saja, para wisatawan berangsur-angsur merasa lebih baik.
Para pembaca, itulah kekuatan persepsi yang mempengaruhi perasaan maupun perilaku kita. Karena mempresepsi bahwa anjing itu mati, gara-gara makanan basi, para wisatawan itu pun mulai merasa sakit; tetapi, begitu mereka tahu bahwa anjing itu mati karena alasan lain, mereka pun cepat sembuh.
Ada kisah lain. Ketika Dudung kehilangan sepeda motornya, ia mencurigai tetangganya. Semakin dia diamati, semakin ia merasa bahwa perilaku tetangganya seperti seorang pencuri. Tapi, beberapa minggu kemudian polisi menemukan motornya yang ternyata nyaris dibawa ke kota lain oleh sekomplotan penjahat. Setelah motornya kembali, Dudung pun melihat bahwa perilakunya tetangganya tidak lagi seperti seorang pencuri.
Para pembaca, dalam kehidupan kerja pun banyak kejadian yang serupa. Ini kisah tentang sekawanan satpam (petugas security) di suatu supermarket. Salah seorang satpam membuat laporan yang mencurigai seorang ibu yang hamil. Laporan lewat handy talky itu begitu meyakinkan dan seru, sehingga ibu itu lantas diseret paksa setelah melewati kasir dan digiring layaknya seorang pencuri keruang interogasi. Akibatnya, ibu itu tidak menerima dan menulis surat komplain yang membuat toko tersebut minta maaf. Masalahnya, ibu itu tidak terbukti mengambil apa pun.

Ada cerita lain mengenai seorang atasan yang mendapat laporan bahwa seorang anak buah terbaiknya mungkin akan ditarik oleh kompetitor. Tanpa mengkonfirmasi, atasan itu merasa sakit hati, terus menyimpan rasa marah dan jengkel karena merasa dikhianati. Ia merasa telah membesarkan anak buahnya tersebut, tapi kenapa balasan yang yang diterimanya seperti itu? Ia jengkel dan memperlihatkan sikap sinis kepada anak buahnya tersebut. Belakangan bahwa ternyata anak buahnya itu tidak punya niat apa pun untuk pindak ke perusahaan kompetitor. Rupanya ia hanya iseng ingin tahu bagaimana harga pasarannya saat ini, tapi sang pemimpin itu sudah terlalu curiga dan bersikap sinis. Ketika menyadari kekeliruannya, perilakunya sudah terlanjur menimbulkan sakit hati pada anak buahnya. Di akhir tahun anak buahnya itu betul-betul keluar dan berpindah ke kompetitornya.
Lihatlah bagaimana cerita diatas menggambarkan bagaimana persepsi kita mempengaruhi emosi yang kita rasakan. Bahaya sekali bila perilaku kita sekedar mengikuti perasaan kita.
Jika kita dihadapkan pada situasi demikian, bagaimana reaksi kita seharusnya?
Langkah pertama, cobalah untuk tetap netral. Jangan membesar-besarkan apa yang kita rasakan. Jengan melakukan apa pun dari perasaan yang berasal dari sesuatu yang belum teruji kebenarannya. Terbukalah terhadap beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
Langkah kedua, lakukan check and recheck atas persepsi kita, untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya dari suatu peristiwa. Jika perlu, konfirmasikan atau bicarakan langsung dengan orang-orang yang terlibat untuk menghindari kesalahan interpretasi.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, berbagai kesalahan tindakan karena kesalahan persepsi akan bisa kita atasi.
Be emotionally intellegent.


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More