Persepsi kita mempengaruhi emosi kita, dan pada gilirannya akan berpengaruh pada tindakan kita. Jadi, pertama berawal dari persepsi kita, lalu muncul emosi, berikutnya muncul aksi atau tindakan kita.
Simaklah kisah berikut. Ada sekelompok wisatawan asing yang tertahan di suatu tempat asing di luar kota . Mereka kekurangan makanan. Setelah beberapa hari, mereka hanya menemukan bahan makanan yang ternyata sudah kadaluarsa. Karena lapar, mereka ingin menyantapnya juga, tapi sebelum menyantap, makanan itu diujicobakan pada seekor anjing. Ternyata enjing itu menikmatinya dan tampak tak ada efek samping apa-apa.
Keesokan harinya, mereka tahu bahwa anjing itu mati. Lantas, semua wisatawan mulai menjadi cemas. Banyak yang mulai muntah dan mengeluh bahwa badan mereka panas atau terserang diare. Akhirnya, seorang dokter dipanggil untuk merawat mereka. Sang dokter mulai mencari sebab-musabab kematian anjing yang dijadikan hewan percobaan tersebut. Ketika dilacak lebih lanjut, akhirnya ketahuan bahwa ternyata anjing itu mati bukan karena keracunan, tapi karena dilindas mobil. Segera saja, para wisatawan berangsur-angsur merasa lebih baik.
Ada kisah lain. Ketika Dudung kehilangan sepeda motornya, ia mencurigai tetangganya. Semakin dia diamati, semakin ia merasa bahwa perilaku tetangganya seperti seorang pencuri. Tapi, beberapa minggu kemudian polisi menemukan motornya yang ternyata nyaris dibawa ke kota lain oleh sekomplotan penjahat. Setelah motornya kembali, Dudung pun melihat bahwa perilakunya tetangganya tidak lagi seperti seorang pencuri.
Lihatlah bagaimana cerita diatas menggambarkan bagaimana persepsi kita mempengaruhi emosi yang kita rasakan. Bahaya sekali bila perilaku kita sekedar mengikuti perasaan kita.
Jika kita dihadapkan pada situasi demikian, bagaimana reaksi kita seharusnya?
Langkah pertama, cobalah untuk tetap netral. Jangan membesar-besarkan apa yang kita rasakan. Jengan melakukan apa pun dari perasaan yang berasal dari sesuatu yang belum teruji kebenarannya. Terbukalah terhadap beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
Langkah kedua, lakukan check and recheck atas persepsi kita, untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya dari suatu peristiwa. Jika perlu, konfirmasikan atau bicarakan langsung dengan orang-orang yang terlibat untuk menghindari kesalahan interpretasi.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, berbagai kesalahan tindakan karena kesalahan persepsi akan bisa kita atasi.
Be emotionally intellegent.