Kalau mengalami banyaknya janji yang tidak “bisa dipegang”, maka kita bisa jadi memandang kata “janji” sebagai hal yang negatif. Saat teman saya mengalami kesulitan dalam proses melahirkannya, atasannya menjanjikan bantuan dana dari manajemen. Namun, sampai bayinya berusia 5 bulan, bantuan tersebut tidak kunjung “keluar”. Ia lalu mulai menyindir-nyindir atasannya karena hanya mengucapkan “janji - janji surga”.
Bagaimana dengan pengusaha kondang dan terkenal bijaksana yang berjanji untuk menanam hutan bakau dan ketapang di lahan pengganti, setelah menutup lahan seluas 1.154,49 hektar, yang konon tadinya bisa menampung 16 juta meter kubik air sebelum masuk ke laut di lingkungan bandara Soekarno-Hatta? Tampaknya menagih janji di lingkungan kita sering tidak sekeras intensitas mengucapkannya.