Pengaruh krisis ekonomi global belum akan surut hingga tahun depan. Mengempisnya kegiatan ekonomi dari tingkat pertumbuhan sebelum krisis,yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran di Tanah Air, akan menjadi fenomena yang masih kita dengar hingga kurun waktu tersebut.
Selain itu, perjalanan hidup yang kita lalui ke depan pun akan tetap diwarnai ketidakpastian akibat munculnya beragam kejadian tak terduga misalnya bencana alam, wabah penyakit, dan bentuk kemalangan lainnya. Kita pun akan berhadapan dengan risiko fluk-tuasi pasar, baik di pasar modal maupun pasar keuangan.
Belum hilang dari ingatan kengerian dan amarah yang muncul manakala kita menyaksikan tayangan peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel The Ritz Carlton pada 17 Juli lalu. Kejadian tersebut memang menimbulkan kegeraman dan rasa duka yang cukup mendalam bagi kita.
Tragedi 17 Juli 2009 tentu tidak akan membuat kita surut untuk terus bersikap optimistis dalam memacu produktivitas dan output pada setiap aktivitas kita masing-masing. Kita perlu sehati untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi gangguan ataupun ancaman yang bisa mencabik harapan munculnya kesejahteraan sosial dan ekonomi di negeri ini.
Rasa persatuan untuk membela martabat bangsa dengan optimisme dalam menjalankan beragam aktivitas harus tetap ada dalam diri kita. Apa pun aral yang membentang di depan,selayaknya kita harus tetap melangkah demi kehidupan yang lebih baik di kemudian hari.
Secercah Harapan Sektor Asuransi
Dalam skala global, guncangan krisis ekonomi yang menyebabkan runtuhnya harapan pertumbuhan ekonomi di seantero dunia bagaimanapun turut berpengaruh terhadap dinamika pertumbuhan industri asuransi dunia. Menurut siaran pers yang dilansir Swiss Re-lembaga reasuransi terbesar di dunia- pada 30 Juni 2009, premi asuransi dunia 2008 hanya bertumbuh tipis menjadi USD4,270 miliar.
Premi asuransi jiwa dunia pun turun 3,5 persen. Turunnya total premi tersebut sebagian besar diakibatkan oleh menurunnya penjualan produk-produk asuransi jiwa yang dikaitkan dengan investasi bertipe unit link dan produkproduk asuransi jiwa dengan premi tunggal di berbagai negara-negara maju.Pada saat yang sama, berbagai produk asuransi jiwa tradisional tetap terus diminati masyarakat, tetapi tampaknya pertumbuhan premi produk tersebut tidak bisa menutupi angka penurunan premi penjualan produk-produk bertipe unit link.
Bagaimana kondisi industri asuransi jiwa nasional? Setali tiga uang.Berdasarkan data AAJI,pendapatan premi produksi baru (new business) pada kuartal IV/2008 turun 1,4 persen menjadi Rp30,2 triliun, ketimbang pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp30,6 triliun.Pendapatan premi baru produk unit link pada kuartal IV/2008 justru meningkat 0,5 persen menjadi Rp13,93 triliun, ketimbang pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp13,86 triliun.
Secara total, akumulasi premi nasional yang disumbangkan premi lanjutan (renewal) masih bertumbuh di atas dua digit (19,9 persen), dari Rp13,8 triliun pada kuartal IV/2007 menjadi Rp16,5 triliun pada kuartal IV/2008. Dari sudut pandang pertumbuhan ekonomi nasional,kita patut bersyukur karena PDB per kapita kita masih bisa bertumbuh positif di tengah-tengah lesunya pertumbuhan ekonomi dunia.
Secara faktual, Indonesia mencatatkan diri sebagai satu di antara tiga negara di dunia dengan magnitude jumlah penduduk besar yang berhasil mencatat pertumbuhan PDB per kapita yang positif di kawasan Asia, selain China dan India.Secara khusus, di sektor asuransi, penetrasi asuransi nasional memang masih sangat rendah bila dibandingkan penetrasi yang sama di negaranegara maju.
Kedua fakta empiris ini memberikan harapan yang bagus bagi ruang pertumbuhan pendapatan premi asuransi jiwa untuk tetap bertumbuh pada tingkatan yang lebih progresif pascapuncak krisis ekonomi global dan ledakan bom di Jakarta. Umumnya, pertumbuhan di sektor asuransi lebih banyak didorong oleh kebutuhan masyarakat kelas menengah terhadap polis asuransi jiwa.
Kelompok masyarakat pada level ini mengalami peningkatan kesejahteraan secara bertahap seiring bertumbuhnya angka PDB. Mereka pun berperan sebagai pendorong meningkatnya penetrasi asuransi jiwa dan konsumsi seluruh jasa keuangan secara umum. Berdasarkan fakta tersebut, industri asuransi dan nasabah asuransi seyogyanya sama-sama mendapatkan keuntungan dari kondusivitas yang terjadi pada pertumbuhan di sektor asuransi jiwa.
Di satu sisi, penguatan pada sektor pasar modal akan kembali mendorong berkembangnya kebutuhan pasar terhadap produk-produk investasi seperti pada era 2007. Saat itu pasar modal mengalami pertumbuhan yang solid, dengan berbagai produk investasi terus bertumbuh dan berkembang, termasuk produk asuransi unit link.
Di sisi lain,pasar asuransi terus bertumbuh dan daya tariknya mendorong persaingan yang semakin ketat. Menjadi fenomena global bahwa kalangan regulator keuangan, termasuk regulator di bidang perasuransian, semakin aktif berperan dalam membina dan mengatur perusahaan-perusahaan asuransi.
Kondisi ini diharapkan bisa menghasilkan persaingan yang sehat, dan berdampak baik bagi masyarakat sebagai calon pemegang polis. Mengapa demikian? Ketatnya persaingan antarperusahaan asuransi seyogyanya dibarengi pembinaan dan pengaturan yang efektif dari regulator untuk mendorong terciptanya profesionalisme layanan.
Dengan demikian, kepercayaan masyarakat tentang pentingnya asuransi semakin meningkat. Seluruh pemangku kepentingan tentu berharap bakal terciptanya industri asuransi yang sehat, inovatif, dan dapat diandalkan. Seiring rampungnya penyelengga raan Pemilu Presiden 2009 yang berjalan lancar dan aman, kita semua berharap negeri ini bisa membangun serta mengejar citacita dan harapan yang belum tercapai untuk direalisasikan dalam perjalanan bangsa lima tahun ke depan.
Secara khusus, sektor asuransi jiwa nasional berharap agar pemerintah memiliki kemauan yang kuat sekaligus menciptakan kondusivitas guna meningkatkan peran asuransi sebagai pilar penopang dalam pengumpulan dana domestik berjangka panjang.
Sektor asuransi diharapkan juga bisa berperan sebagai investor institusi pada berbagai proyek infrastruktur jangka panjang yang dicanangkan pemerintah. Selain itu, sektor asuransi pun diharapkan berfungsi efektif dalam memberikan mekanisme transfer risiko bagi masyarakat. Semua itu bisa memberikan outlook yang positif dalam jangka panjang bagi pertumbuhan asuransi jiwa nasional. (*)
EDDY KA BERUTU
Praktisi Asuransi dan Ketua Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan AAJI
Selain itu, perjalanan hidup yang kita lalui ke depan pun akan tetap diwarnai ketidakpastian akibat munculnya beragam kejadian tak terduga misalnya bencana alam, wabah penyakit, dan bentuk kemalangan lainnya. Kita pun akan berhadapan dengan risiko fluk-tuasi pasar, baik di pasar modal maupun pasar keuangan.
Belum hilang dari ingatan kengerian dan amarah yang muncul manakala kita menyaksikan tayangan peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel The Ritz Carlton pada 17 Juli lalu. Kejadian tersebut memang menimbulkan kegeraman dan rasa duka yang cukup mendalam bagi kita.
Tragedi 17 Juli 2009 tentu tidak akan membuat kita surut untuk terus bersikap optimistis dalam memacu produktivitas dan output pada setiap aktivitas kita masing-masing. Kita perlu sehati untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi gangguan ataupun ancaman yang bisa mencabik harapan munculnya kesejahteraan sosial dan ekonomi di negeri ini.
Rasa persatuan untuk membela martabat bangsa dengan optimisme dalam menjalankan beragam aktivitas harus tetap ada dalam diri kita. Apa pun aral yang membentang di depan,selayaknya kita harus tetap melangkah demi kehidupan yang lebih baik di kemudian hari.
Secercah Harapan Sektor Asuransi
Dalam skala global, guncangan krisis ekonomi yang menyebabkan runtuhnya harapan pertumbuhan ekonomi di seantero dunia bagaimanapun turut berpengaruh terhadap dinamika pertumbuhan industri asuransi dunia. Menurut siaran pers yang dilansir Swiss Re-lembaga reasuransi terbesar di dunia- pada 30 Juni 2009, premi asuransi dunia 2008 hanya bertumbuh tipis menjadi USD4,270 miliar.
Premi asuransi jiwa dunia pun turun 3,5 persen. Turunnya total premi tersebut sebagian besar diakibatkan oleh menurunnya penjualan produk-produk asuransi jiwa yang dikaitkan dengan investasi bertipe unit link dan produkproduk asuransi jiwa dengan premi tunggal di berbagai negara-negara maju.Pada saat yang sama, berbagai produk asuransi jiwa tradisional tetap terus diminati masyarakat, tetapi tampaknya pertumbuhan premi produk tersebut tidak bisa menutupi angka penurunan premi penjualan produk-produk bertipe unit link.
Bagaimana kondisi industri asuransi jiwa nasional? Setali tiga uang.Berdasarkan data AAJI,pendapatan premi produksi baru (new business) pada kuartal IV/2008 turun 1,4 persen menjadi Rp30,2 triliun, ketimbang pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp30,6 triliun.Pendapatan premi baru produk unit link pada kuartal IV/2008 justru meningkat 0,5 persen menjadi Rp13,93 triliun, ketimbang pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp13,86 triliun.
Secara total, akumulasi premi nasional yang disumbangkan premi lanjutan (renewal) masih bertumbuh di atas dua digit (19,9 persen), dari Rp13,8 triliun pada kuartal IV/2007 menjadi Rp16,5 triliun pada kuartal IV/2008. Dari sudut pandang pertumbuhan ekonomi nasional,kita patut bersyukur karena PDB per kapita kita masih bisa bertumbuh positif di tengah-tengah lesunya pertumbuhan ekonomi dunia.
Secara faktual, Indonesia mencatatkan diri sebagai satu di antara tiga negara di dunia dengan magnitude jumlah penduduk besar yang berhasil mencatat pertumbuhan PDB per kapita yang positif di kawasan Asia, selain China dan India.Secara khusus, di sektor asuransi, penetrasi asuransi nasional memang masih sangat rendah bila dibandingkan penetrasi yang sama di negaranegara maju.
Kedua fakta empiris ini memberikan harapan yang bagus bagi ruang pertumbuhan pendapatan premi asuransi jiwa untuk tetap bertumbuh pada tingkatan yang lebih progresif pascapuncak krisis ekonomi global dan ledakan bom di Jakarta. Umumnya, pertumbuhan di sektor asuransi lebih banyak didorong oleh kebutuhan masyarakat kelas menengah terhadap polis asuransi jiwa.
Kelompok masyarakat pada level ini mengalami peningkatan kesejahteraan secara bertahap seiring bertumbuhnya angka PDB. Mereka pun berperan sebagai pendorong meningkatnya penetrasi asuransi jiwa dan konsumsi seluruh jasa keuangan secara umum. Berdasarkan fakta tersebut, industri asuransi dan nasabah asuransi seyogyanya sama-sama mendapatkan keuntungan dari kondusivitas yang terjadi pada pertumbuhan di sektor asuransi jiwa.
Di satu sisi, penguatan pada sektor pasar modal akan kembali mendorong berkembangnya kebutuhan pasar terhadap produk-produk investasi seperti pada era 2007. Saat itu pasar modal mengalami pertumbuhan yang solid, dengan berbagai produk investasi terus bertumbuh dan berkembang, termasuk produk asuransi unit link.
Di sisi lain,pasar asuransi terus bertumbuh dan daya tariknya mendorong persaingan yang semakin ketat. Menjadi fenomena global bahwa kalangan regulator keuangan, termasuk regulator di bidang perasuransian, semakin aktif berperan dalam membina dan mengatur perusahaan-perusahaan asuransi.
Kondisi ini diharapkan bisa menghasilkan persaingan yang sehat, dan berdampak baik bagi masyarakat sebagai calon pemegang polis. Mengapa demikian? Ketatnya persaingan antarperusahaan asuransi seyogyanya dibarengi pembinaan dan pengaturan yang efektif dari regulator untuk mendorong terciptanya profesionalisme layanan.
Dengan demikian, kepercayaan masyarakat tentang pentingnya asuransi semakin meningkat. Seluruh pemangku kepentingan tentu berharap bakal terciptanya industri asuransi yang sehat, inovatif, dan dapat diandalkan. Seiring rampungnya penyelengga raan Pemilu Presiden 2009 yang berjalan lancar dan aman, kita semua berharap negeri ini bisa membangun serta mengejar citacita dan harapan yang belum tercapai untuk direalisasikan dalam perjalanan bangsa lima tahun ke depan.
Secara khusus, sektor asuransi jiwa nasional berharap agar pemerintah memiliki kemauan yang kuat sekaligus menciptakan kondusivitas guna meningkatkan peran asuransi sebagai pilar penopang dalam pengumpulan dana domestik berjangka panjang.
Sektor asuransi diharapkan juga bisa berperan sebagai investor institusi pada berbagai proyek infrastruktur jangka panjang yang dicanangkan pemerintah. Selain itu, sektor asuransi pun diharapkan berfungsi efektif dalam memberikan mekanisme transfer risiko bagi masyarakat. Semua itu bisa memberikan outlook yang positif dalam jangka panjang bagi pertumbuhan asuransi jiwa nasional. (*)
EDDY KA BERUTU
Praktisi Asuransi dan Ketua Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan AAJI
Sumber : okezone.com